Ethicaldigest

Performa Capsule Endoscopy dalam Diagnosis Ulkus Peptikum

dr. Hendra

Dokter Umum Puskesmas Sintang, Kalimantan Barat

Ulkus Peptikum

Definisi

Destruksi integritas mukosa di abdomen dan atau duodenum yang berakibat pada defek atau erosi karena proses inflamasi aktif.1 Penyakit ulkus peptikum meliputi ulkus gaster ataupun duodenum. Ulkus didefinisikan sebagai kerusakan permukaan mukosa berukuran >5mm, dengan kedalaman sampai submucosa. Duodenal ulcers (DUs) dan gastric ulcers (GUs); menunjukkan banyak kesamaan dalam patogenesis, diagnosis dan terapi, namun ada beberapa hal yang menjadi perbedaan.2

Epidemiologi

Ulkus peptikum merupakan masalah kesehatan global dengan insiden berkisar antara 5 sampai 10%. Secara umum, kejadian ulkus peptikum telah menurun dikarenakan semakin meningkatnya higienitas dan sanitasi serta pemberian NSAID secara tepat. Ulkus duodenum empat kali lebih sering daripada ulkus gaster dan lebih sering terjadi pada laki-laki daripada wanita.3

Etiopatogenesis

Prinsip dasar : keseimbangan asam di dalam lambung serta proteksi mukosa lambung

Ulkus peptikum dapat terjadi akibat gangguan keseimbangan antara sistem pertahanan mukosa di gastroduodenal dan faktor-faktor yang dapat merusak sistem pertahanan mukosa tersebut (dalam hal ini asam lambung dan pepsin).1,2

Gambar 1. Komponen pertahanan mukosa lambung

Ulkus peptikum dapat terjadi jika1,2:

  • Produksi asam di dalam lambung meningkat
  • Perlindungan mukosa dalam lambung terhadap zat bersifat asam menurun
Gambar 2. Penyebab ulkus peptikum

Manifestasi klinis

Secara umum pasien ulkus peptikum biasanya mengeluhkan dispepsia. Dispepsia adalah suatu sindroma klinis saluran cerna seperti mual, muntah, nyeri ulu hati, sendawa, dan heartburn. Pasien ulkus peptikum memberikan keluhan nyeri ulu hati, discomfort disertai muntah. Pada ulkus duodenum rasa nyeri timbul saat pasien merasa lapar, rasa sakit hilang setelah makan dan konsumsi antasida. Sedangkan pada ulkus gaster, nyeri timbul setelah makan.2

Diagnosis

Penegakan diagnosis ulkus peptikum berdasarkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Pemeriksaan Fisik

Ulkus peptikum tanpa komplikasi, jarang menunjukkan kelainan dalam pemeriksaan fisik. Epigastric pain dan penurunan berat badan dapat dijumpai pada ulkus gaster tanpa komplikasi. Namun, jika sudah terjadi komplikasi seperti  perforasi, pasien akan mengalami perasaan sangat nyeri, perdarahan, nyeri tekan abdomen, serta peristaltik usus yang menurun.2

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien ulkus peptikum seperti pemeriksaan laboratorium, radiologi, endoskopi ataupun analisis cairan lambung.1,2

Terapi

Tujuan terapi pada ulkus peptikum adalah sebagai berikut.2

  1. Menghilangkan keluhan(nyeri, dispepsia)
  2. Memperbaiki ulkus
  3. Mencegah rekurensi ulkus
  4. Mencegah komplikasi

Terapi terdiri atas non medikamentosa, medikamentosa dan operatif.

Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi akibat ulkus peptikum adalah perdarahan, perforasi, obstruksi atau stenosis.2

Capsule  Endoscopy(CE)

Capsule Endoscopy(CE)  adalah suatu teknik pilihan non invasif untuk evaluasi patologi gastrointestinal. Teknik endoskopi konvensional cukup sering membuat ketidaknyamanan pada pasien, menyebabkan rasa sakit dan membutuhkan sedasi serta terdapat kemungkinan perdarahan. Sejak tahun 2000, Capsule Endoscopy(CE) telah diperkenalkan, suatu metode non invasif yang dapat memberikan gambaran patologi gastrointestinal. Capsule Endoscopy(CE) merupakan metode pemeriksaan yang non invasif, tidak nyeri, dan tidak memerlukan sedasi selama proses pemeriksaan. 4

Gambar 3. Bentuk Capsule Endoscopy

Hal yang harus diperhatikan juga adalah eksresi dari kapsul. Retensi kapsul tidak sering terjadi namun lebih tinggi kemungkinannya pada pasien dengan striktur saluran pencernaan.5 Insiden retensi kapsul yang pernah dilaporkan adalah sebesar 0 hingga 13%.6

Prosedur pemeriksaan Capsule Endoscopy

Prosedur Capsule Endoscopy(CE) dilakukan dengan menelan kapsul yang berisi kamera berwarna, baterai, sumber cahaya, dan transmitter. Kamera akan mengambil dua gambar setiap detik selama delapan jam, lalu mengirimkan data tersebut ke dalam recorder yang dipasangkan pada pinggang pasien.  Setelah kapsul tertelan oleh pasien, maka kapsul tersebut akan bergerak secara alami melalui jalur gastrointestinal. Setelah delapan jam, recorder akan diambil oleh perawat kemudian dievaluasi oleh dokter. Kapsul bersifat disposable dan akan tereksresi secara alami melalui pergerakan usus.7

Gambar 4. Pemeriksaan Capsule Endoscopy

Kontraindikasi  Capsule Endoscopy

Kontraindikasi pemeriksaan Capsule Endoscopy(CE)  adalah tersangka obstruksi, fistula, adanya gangguan motilitas usus, pemakaian cardiac pacemaker, gangguan menelan, kehamilan, dan anak-anak di bawah usia 2 tahun.8

Performa Diagnostik Capsule Endoscopy

Pada penelitian tahun 2016, sebanyak 350 pasien, jika dibandingkan dengan gastroskopi konvensional sebagai baku emas, didapatkan sensitivitas, spesifisitas, PPV, dan NPV dari Capsule Endoscopy(CE) dalam mendeteksi lesi gastrointestinal adalah 90.4% (95% CI, 84.7 – 96.1), 94.7% (95% CI, 91.9 – 97.5), 87.9% (95% CI, 81.7 – 94.0), dan 95.9% (95% CI, 93.4 – 98.4), secara berturut-turut. Capsule Endoscopy(CE) memiliki akurasi diagnostik sebesar 93.4% (95% CI, 90.83 – 96.02). Penggunaan Capsule Endoscopy(CE)  memiliki akurasi diagnostik yang tinggi dan merupakan metode pemeriksaan yang berpotensi sebagai screening dalam lesi gastrointestinal.9

Pada penelitian Bamidis tahun 2010, yang membandingkan kelompok pasien ulkus dan sehat, didapatkan akurasi diagnostik Capsule Endoscopy(CE) untuk mendeteksi adanya ulkus sebesar 91,75%.10

Kesimpulan

Ulkus peptikum merupakan masalah kesehatan global yang cukup sering ditemukan dalam praktik kedokteran. Capsule Endoscopy(CE)  hadir sebagai teknik endoskopi yang tidak invasif, lebih nyaman dan painless untuk pasien. Beberapa penelitian menunjukkan Capsule Endoscopy memiliki akurasi diagnostik yang baik (>90%) dalam mendeteksi ulkus dan lesi gastrointestinal.  

Daftar Pustaka:

  1. Longo, et all. Harrison’s Principles of Internal Medicine 18th Edition. New York: The McGraw-Hill Companies. 2012.
  2. Sudoyo A W, Setyohadi B, Alwi I dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. Jakarta. 2009.
  3. Malik TF, Gnanapandithan K, Singh K. Peptic Ulcer Disease. NCBI. 2020.
  4. Vasquez JR, Arias FA, Monts JF, Alvares AC, Bautista FJ, Gutierrez MH. Capsule endoscopy in patients refusing conventional endoscopy. World J Gastroenterol. 2014.
  5. Enns R. Capsule endoscopy: Specifics for enhanced performance. Can J Gastroenterol. 2006; 20(9): 575–577.
  6. Wang A, Baneerje S. Wireless capsule endoscopy. Gastrointestinal Endoscopy Journal. 2013.
  7. The Hillingdon Hospital. What is Capsule Endoscopy? NHS Foundation Trust. 2011.
  8. Bandorski D, Kurniawan N, Baltes P, Hoeltgen R, Hecker M, Stunder D, et al. Contraindications for video capsule endoscopy. World J Gastroenterol. 2016; 22(45): 9898–9908.
  9. Liao Z, Hou X, Hu EQ, Sheng JQ, Ge ZZ, Jiang B, et al. Accuracy of Magnetically Controlled Capsule Endoscopy, Compared With Conventional Gastroscopy, in Detection of Gastric Diseases. Clinical Gastroenterology and Hepatology. 2016.
  10. Charisis V, Tsiligiri A, Hadjileontiadis LJ, Liatsos CN, Mavrogiannis CC, Sergiadis GD, et al. Ulcer Detection in Wireless Capsule Endoscopy Images Using Bidimensional Nonlinear Analysis. MEDICON. 2010.