Ethicaldigest

Tatalaksana Hipertensi Kehamilan, Mulai Non farmakologis Hingga Obat

Tatalaksana hipertensi kehamilan bergantung pada tekanan darah, umur kehamilan dan ada atau tidaknya faktor resiko maternal dan fetal yang terkait. Sebagian besar wanita dengan hipertensi yang telah ada sebelumnya, saat hamil mempunyai hipertensi ringan sampai sedang (140-160/90-109 mmHg), dan beresiko rendah terjadi komplikasi kardiovaskuler dalam suatu  periode singkat semasa hamil. Wanita dengan hipertensi esensial dan fungsi ginjal normal, merupakan kandidat terapi non-farmakologis karena tidak ada bukti bahwa dengan pemberian obat membawa hasil lebih baik untuk neonatus.

Penatalaksanaan Non-farmakologis dan pencegahan

Termasuk pengawasan ketat, pembatasan aktivitas dan istirahat dengan posisi miring ke kiri. Penanganan ini harus dipertimbangkan untuk pasien dengan tekanan darah sistolik 140-150 mmHg, dan atau diastolik 90-99mmHg.

Dianjurkan diet normal tanpa disertai restriksi/ pembatasan garam, terutama jika mendekati saat melahirkan karena dapat menyebabkan penurunan volume intravaskular. Pemberian suplemen kalsium minimal 1 gr/ hari selama kehamilan, hampir setengah pasien pre-eklampsia tidak menimbulkan bahaya apa pun. Efek terbesar terjadi pada wanita beresiko tinggi. Namun bagaimana pun, penambahan kalsium untuk mencegah hipertensi adalah bertentangan. Suplemen minyak ikan, vitamin dan gizi tidak mempunyai peran dalam pencegahan hipertensi.

Menurunkan berat badan tidak dianjurkan selama kehamilan pada wanita obesitas, karena dapat menyebabkan penurunan berat badan dan gangguan pertumbuhan janin. Namun, ibu dengan obesitas dapat mengakibatkan dampak buruk, bagi ibu mau pun janinnya. Pedoman untuk rentang berat badan sehat pada kehamilan telah dibentuk, di mana wanita hamil dengan indeks massa tubuh normal (BMI, 25 kg/m2) maka penambahan berat badan yang dianjurkan adalah 11,2-15,9 kg. Sedangkan untuk ibu hamil dengan kelebihan berat badan (BMI 25,0-29,9 kg/m2), peningkatannya 6,8-11,2 kg, dan untuk ibu hamil yang obesitas (BMI ≥ 30 kg/m2) peningkatan berat badan yang dianjurkan 6,8 kg.

Penatalaksanaan Farmakologis dan pencegahan

Terdapat konsensus bahwa penggunaan obat untuk hipertensi berat pada kehamilan, dapat memberi manfaat. Namun, pengobatan untuk kondisi hipertensi ringan masih merupakan kontroversi, karena dapat mengganggu perfusi uteroplasenta dan membahayakan perkembangan janin, meski pun mungkin berguna bagi ibu karena dapat menurunkan tekanan darah.

Obat pilihan pertama untuk hipertensi pada kehamilan adalah alfa metildopa. Labetolol memberikan efektivitas sebanding dengan metildopa, dan dapat diberikan secara intra vena pada kondisi berat. Pemberian metoprolol juga direkomendasikan.

Calcium Channel blocker seperti nifedipin (oral) atau isradipine, adalah obat pilihan kedua untuk terapi hipertensi. Obat-obatan golongan di atas dapat digunakan pada hipertensi emergensi atau hipertensi akibat pre-eklampsia. Potensi sinergis dengan magnesium sulfat, dapat menginduksi hipertensi maternal dan hipoksia janin. Uradipil dapat digunakan untuk hipertensi emergensi.

Magnesium sulfat intra vena merupakan obat yang dipilih untuk mengatasi kejang dan mencegah eklamspsia. Penggunaan diuretik harus dihindari, karena menurunkan aliran darah ke plasenta dan tidak direkomendasikan untuk diberikan pada kasus pre-eklampsia. Penggunaan ACE inhibitor, ARB dan inhibitor renin langsung, merupakan kontraindikasi saat kehamilan karena bersifat toksik terhadap fetus terutama pada trimester kedua dan ketiga. Jika tidak sengaja meminumnya pada saat trimester pertama, maka ganti dengan obat yang lain dan dianjurkan monitoring ketat termasuk dengan USG janin.

Tekanan darah sistole ≥170mmHg atau diastole ≥110mmHg pada wanita hamil, merupakan keadaan emergensi dan indikasi untuk rawat inap. Penatalaksanaan farmakologis dapat dengan labetolol iv atau methyldopa oral atau nifedipine. Hydralazine iv tidak lagi digunakan, karena efek samping perinatal yang lebih besar dibanding obat yang lain.

Pilihan utama untuk krisis hipertensi adalah infus sodium nitroprusside 0.25–5.0 µg/kg/min. Pemberian sodium nitroprusside jangka panjang, berhubungan dengan peningkatan terjadinya keracunan cyanide pada janin akibat nitroprusside yang dimetabolisme menjadi thiocyanate. Pilihan utama untuk pasien pre-eklampsia dengan edema paru adalah infus nitrogliserin (glyceryl trinitrate) 5 µg/min, dan ditingkatkan bertahap tiap 3-5 menit sampai dosis maksimum 100µg/min.

Persalinan

Induksi persalinan diindikasikan pada pre-eklampsia dengan kondisi buruk seperti gangguan pengelihatan, abnormalitas koagulasi atau distres janin.

Menyusui

Pada ibu menyusui, proses laktasi tidak meningkatkan tekanan darah. Semua obat antihipertensi diekskresikan melalui air susu ibu dengan konsentrasi sangat rendah, kecuali propanolol dan nifedipin.

Prognosis setelah kehamilan

Tekanan darah biasanya meningkat selama 5 hari pertama masa nifas, hipertensi postpartum sering dijumpai. Hindari penggunaan metildopa karena resiko depresi postpartum. Wanita yang mengalami hipertensi pada kehamilan pertama dengan onset yang lebih cepat, akan meningkatkan rekurensi  terjadinya hipertensi pada kehamilan berikutnya. Wanita dengan hipertensi gestasional dan pre-eklampsia, umumnya meningkatkan resiko terjadinya hipertensi, stroke dan penyakit jantung koroner pada masa tua.

Pada pasien dengan pre-eklampsia, resiko relatif berkembang menjadi penyakit jantung koroner 2x lipat, dan hipertensi hampir 4x lipat lebih besar dibanding wanita hamil yang normal. Modifikasi gaya hidup merupakan indikasi primer untuk menurunkan risiko kardiovaskuler di kemudian hari. Direkomendasikan kontrol teratur ke dokter untuk pemeriksaan tekanan darah dan faktor metabolik tiap tahun.

Hipertensi Kehamilan, Perubahan Fisiologis Tingkatkan Risiko Hipertensi