Ethicaldigest

Hipertensi Kehamilan, Perubahan Fisiologis Tingkatkan Risiko Hipertensi

Hipertensi merupakan masalah medis tersering yang ditemukan pada kehamilan. Kondisi ini bahkan merupakan penyebab penting mortalitas dan morbiditas bagi ibu dan janin yang dikandungnya. “Kondisi ini berkontribusi pada sekitar 14% dari jumlah kehamilan yang ada setiap tahunnya, dan menyumbang sedikitnya 25% dari kasus perawatan antenatal di rumah sakit,” jelas dr. Ardiansjah Dara Sjahruddin, SpOG, MKes. Kasus hipertensi pada kehamilan meliputi beberapa spektrum, seperti halnya pre-eklamsi, yang menjadi penyebab utama kematian pada ibu di Inggris.

Perubahan Fisiologi Normal Tekanan Darah selama Kehamilan

Pada awal trimester pertama kehamilan terjadi penurunan tekanan darah, hal ini karena vasodilatasi aktif, yang dicapai melalui mekanisme mediator lokal seperti prostacyclin dan nitric oxide. Penurunan tekanan darah terutama mempengaruhi tekanan diastolik, yang akan turun mencapai 10 mmHg pada gestasi usia 13-20 minggu. Tekanan darah akan terus turun setidaknya hingga minggu ke 22-24.

Setelah kondisi ini terjadi, selanjutnya secara perlahan terjadi peningkatan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah biasanya terjadi hingga lima hari pertama postnatal. Meski pun pada beberapa wanita yang saat awal periode kehamilan tekanan darahnya normal, mereka umumnya akan mengalami hipertensi pada periode awal postnatal. Hal ini kemungkinan merefleksikan derajat instabilitas vasomotor.

Definisi Hipertensi pada Kehamilan dan Pengukuran Tekanan Darah

Hipertensi pada kehamilan dapat didiagnosa melalui peningkatan tekanan darah absolut atau melalui peningkatan darah relatif, yang didapat melalui pencatatan saat melakukan pemeriksaan rutin kehamilan.

Nilai absolut tekanan darah sistolik adalah >140 mmHg dan diastolik >90 mmHg. Meski demikian, kondisi ini harus diketahui sebagai akibat dari adanya kehamilan. Definisi untuk peningkatan tekanan darah relative, setidaknya harus menggabungkan tekanan darah sistolik dan diastolik, di mana tekanan darah sistolik >30 mmHg dan tekanan diastolik >15 mmHg, diatas tekanan darah awal yang sudah dicatat sebelumnya. Tekanan darah harus meningkat sedikitnya pada 2 kesempatan dan pengukuran harus dilakukan dengan posisi duduk menggunakan cuff yang sesuai.

Berdasarkan klasifikasi dari the National High Blood Pressure Education Program Working Group on Blod Pressure in Pregnancy, hipertensi pada kehamilan dapat diklasifikasikan menjadi 4 kategori. Yaitu hipertensi kronik, preeklamsia-eklamsi, preeclampsia superimposed on chronic hypertension, dan hipertensi gestational.

Hipertensi kronis

Hipertensi kronis didefinisikan sebagai tekanan darah yang melebihi nilai 140/90 mmHg sebelum kehamilan, atau sebelum kehamilan 20 minggu. Data menunjukkan, sekitar 20-25% wanita hamil dengan hipertensi kronis dapat berkembang menjadi preeklamsia, selama kehamilan. Dari data berbasis populasi menunjukkan bahwa 1% kehamilan disertai komplikasi berupa hipertensi kronis, 5-6% hipertensi gestational tanpa proteinuria dan 1-2% dengan preeklamsia.

Hipertensi kronis superimpose preeklampsia

Wanita hipertensi dengan proteinuria ≥300 mg / 24 jam yang baru muncul dan tidak didapatkan sebelum usia kehamilan 20 minggu, atau terjadi peningkatan mendadak pada proteinuria dan tekanan darah atau jumlah trombosit < 100.000 /μl, pada wanita dengan hipertensi dan proteinuria sebelum usia kehamilan 20 minggu.

Hipertensi gestasional

Merupakan hipertensi yang muncul pada akhir masa kehamilan (di atas kehamilan 20 minggu), tanpa ada tanda-tanda preeklmasia, diikuti dengan tekanan darah yang normal setelah persalinan. “Hal ini berkomplikasi pada sekitar 6-7% kehamilan,” jelasnya. Resiko untuk terjadinya pre-eclampsia mencapai 15-26%. Tetapi ketika hipertensi gestasional didiagnosa setelah 36 minggu kehamilan, resiko akan turun hingga 10%.

Ibu dengan hipertensi gestasional, umumnya tekanan darah akan menjadi normal pada 6 minggu setelah persalinan. Meski demikian, perlu dilakukan monitoring pada pasien ini secara hati-hati. Sampai saat ini, patofisiologi hipertensi gestasional belum diketahui pasti. Meski demikian, adanya hipertensi gestasional merupakan pertanda hipertensi kronis di kemudian hari.

Hipertensi pada kehamilan, merupakan salah satu penyebab kematian ibu. Bahkan pada tahun 1991 hingga 1999, di Amerika Serikat hipertensi pada kehamilan menyebabkan setidaknya 15,7% kematian ibu. Penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa wanita yang memiliki hipertensi di awal masa kehamilan, dikaitkan dengan peningkatan risiko terjadinya penyakit diabetes mellitus di kemudian hari. Nilai tekanan darah diastolik di atas 110 mmHg, juga dikaitkan dengan peningkatan risiko terjadinya placental abruption dan pertumbuhan janin yang terganggu.

Preeklampsia – eklampsia

Secara keseluruhan, preeklampsia berkomplikasi pada sekitar 5-6% kehamilan, meningkat hingga lebih dari 25% pada wanita yang sebelumnya telah memiliki penyakit hipertensi. Sekitar 50.000 wanita di dunia meninggal setiap tahunnya karena preeklampsia, morbiditas termasuk abrupto plasenta, perdarahan intra abdominal, gagal jantung, dan kegagalan multi organ. Kematian dari eklampsia atau preeklampsia, mayoritas merupakan perdarahan intraserebral. Resiko terhadap janin termasuk insufisiensi plasenta, yang selanjutnya dapat mengakibatkan pertumbuhan janin terganggu dan kelahiran prematur.

Mayoritas wanita dengan hipertensi kronik terkontrol, dengan supervisi yang ketat dan managemen yang sesuai, dapat mengurangi terjadinya morbiditas dan mortalitas. Sementara hipertensi yang kurang terkontrol pada trimester pertama, secara signifikan meningkatkan morbiditas dan mortalitas fetal dan maternal.