Ethicaldigest

Penyakit Mata Karena Imunologi

Gangguan imunologis dapat menyerang berbagai organ tubuh, termasuk mata. Berikut penyakit mata yang disebabkan masalah imunologis

Penyakit Bechet

The International Study Group of Behcet Disease (1990) menyebutkan bahwa diagnosis penyakit Behcet cukup berdasarkan gejala klinis. Pasien harus menderita ulkus apoptosa setidaknya 3 kali dalam setahun, disertai dua gejala berikut: ulkus genital, uveitis anterior atau posterior atau keduanya, lesi di kulit dan hasil positif pada uji patergi. Diduga, etiologi dari penyakit ini adalah autoimun dengan vaskulitis yang menjadi dasar atas semua inflamasi yang terjadi.

Faktor imunogenetik berperan besar dalam penyakit Behcet. Dilaporkan, pada penyakit Behcet terjadi aktivasi sel T yang meningkatkan ekspresi CD25 dan TcR pada sirkulasi darah, sehingga mengakibatkan peningkatan kadar TNF-α dan menimbulkan inflamasi. Terbentuknya kompleks imun, dapat dibuktikan pada kelainan di mata, kulit dan persendian. Penyebab deposit kompleks imun adalah peningkatan permeabilitas vaskular, yang disebabkan oleh proses inflamasi yang dipicu oleh aktivasi komplemen. Pemeriksaan dengan imunofluoresein menunjukkan deposit IgM, IgA, IgG yang bergabung dengan C3 dan C9, yang terbentuk akibat mekanisme kompleks imun pada dinding vena episklera, koroid dan retina. C3a dan C5a menginduksi pelepasan histamin dari sel mast, sehingga terjadi peningkatan permeabilitas vaskular.

Penyakit Vogt-Koyanagi-Harada (VKH)

VKH merupakan penyakit inflamasi dengan manifestasi uveitis, meningitis, inflamasi telinga dan vitiligo. Penderita VKH sering berhubungan dengan HLA-DR4, HLA-DR53, HLA-DQ4 dan HLA DRB1*0405 pada populasi Jepang. Gocho dkk., melaporkan adanya autoreaktif sel limfosit T pada penyakit VKH. Limfosit T pada pasien VKH menyerang tirosinase dan tyrosine related protein (TRP) 1. Tirosinase tersebut mengkatalisis hidroksilasi tirosin menjadi bentuk dopa, dan oksidasi dopa menjadi dopaquinone. Sedangkan TRP1mengkonversi dihydroxyindole-2-carboxylic acid oxidase menjadi eumelanin.

Manifestasi klinis VKH dapat dibagi empat fase. Fase prodormal berlangsung beberapa hari, dengan gejala yang terjadi antara lain: demam, sakit kepala, mual, vertigo, sakit pada mata, tinitus dan gangguan neurologis. Kemudian terjadi fase uveitis akut, di mana sekitar 70% penderita VKH mengalami uveitis bilateral pada fase ini. Pada pemeriksaan didapatkan adanya penebalan koroid, edema cakran optik dan retina.

Setelah beberapa minggu, terjadi fase konvalesen yang ditandai dengan depigmentasi kulit dan jaringan uvea. Di daerah limbus bisa dijumpai tanda sugiura, perlimbal vitiligo. Gambaran sunset glow dapat terlihat di koroid sebagai akibat hilangnya melanosit. Fase ini terjadi dalam beberapa bulan, lalu diikuti dengan fase kronik rekuren.

Oftalmia Simpatika

“Penyakit ini merupakan salah satu penyebab uveitis posterior granulomatosa bilateral, yang terjadi setelah kejadian trauma tembus mata, riwayat bedah mata pada mata sebelah, dan potensial menyebabkan kebutaan pada kedua mata,” ujar dr. Soedarman.  Penyakit ini dimediasi oleh sel Th (CD4), di mana sel limfosit T dapat dijumpai di darah tepi dan vitreus dan memberikan reaksi terhadap stimulasi antigen retina. Pemeriksaan imunohistokimia pada mata yang dienukleasi, menunjukkan peran CD4 pada stadium awal dan sel Ts (CD8) pada stadium lanjut. Oftalmia simpatika dan VKH menunjukkan adanya kesamaan secara klinis dan pemeriksaan imunohistopatologi, dan identik dengan gen MHC kelas II.

Uveitis Imunogenik 3