Ethicaldigest

Uveitis Imunogenik 3

HLA-B27 associated with Anterior Uveitis

HLA-B27 diketahui menjadi faktor predisposis pada penyakit autoimun seperti ankylosing spondylitis, sindrom Reiter, inflamatory bowel disease, psoriasis associated uveitis. Hasil studi Minna Huhtinen (2002) terhadap 220 pasien dengan uveitis, ditemukan antigen HLA-B27 dalam jumlah yang lebih signifikan pada pasien dengan anterior uveitis (71%), dibandingkan pasien dengan intermediate, posterior atau panuveitis (7%). Antigen HLA-B27 juga ditemukan lebih sedikit pada kasus uveitis kronis (7%) atau bilateral (12%), dibandingkan dengan kasus uveitis akut atau rekuren unilateral (79%).

Infeksi Klebsiella pneumoniae atau Shigella flexneri dianggap berhubungan dengan ankylosing spondylitis (AS). Terdapat beberapa hipotesis etiologi AS, yaitu hipotesis mimikri yang menduga terdapat kesamaan antigen bakteri dan struktur HLA-B27. Hipotesis reseptor menganggap bahwa HLA-B27 sebagai reseptor bakteri atau bahan yang dikeluarkan bakteri. Sedangkan hipotesis lain menganggap proteoglikan sebagai autoantigen.

Sindrom Reiter juga dianggap berhubungan dengan infeksi Chlamydia trachomatis atau infeksi saluran cerna oleh Shigella sp, Salmonella sp dan Campylobacter sp. Penyakit Reiter dideskripsikan sebagai suatu sindrom yang ditandai dengan artritis, uretritis, konjungtivitis dan iridosiklitis. Pada 75% penderita penyakit Reiter, ditemukan HLA-B27. Risiko terjadinya penyakit Reiter pada populasi yang memiliki HLA-B27 adalah 25%, dan pada umumnya timbul setelah terpapar bakteri pencetus tersebut.

Inflamatory bowel disease (IBD) umumnya timbul bersamaan dengan arthritis. Penyakit chron dan kolitis ulseratif termasuk dalam kelompok penyakit ini dengan manifestasi lain, berupa artritis perifer dan spondyloarthropathy. Manifestasi okular muncul pada 1,9 – 11,8% kasus IBD berupa uveitis anterior bilateral, rekuren atau kronik, nongranulomatosa, gradasi sel dan suar yang rendah pada bilik mata depan. Predisposisi genetik pada IBD, dihubungkan dengan sakrolitis dan spondilitis, karena pada 50 – 70 penderita IBD ditemukan HLA-B27.

Psoriatic Arthritis didefinisikan sebagai trias yang terdiri dari psoriasis (kulit dan atau kuku); poliartritis erosif, kronik dan rekuren; dan tidak ditemukannya rheumatoid factor. Onset pada umumnya usia 30 – 40 tahun, sedikit lebih banyak ditemukan pada wanita daripada pria. Manifestasi okular berupa uveitis anterior muncul pada 7 – 20% kasus. Sebanyak 50% psoriasis sakrolitis dan spondilitis, ditemukan HLA-B27.

Pars Planitis

Penyakit ini merupakan subtipe dari intermediate uveitis, dengan gambaran karakteristik akumulasi materi inflamasi di daerah vitreus dan pars plana. Penyebab penyakit ini diduga akibat proses autoimun dengan antigen yang belum diketahui pasti. Namun dilaporkan, protein 36kDa ditemukan pada serum penderita yang lebih tinggi, dibandingkan yang bukan penderita.

Pemeriksaan histopatologi menunjukkan adanya gambaran pembuluh darah yang terisolasi, dengan membesarnya sel-sel endotelial. Sedangkan pemeriksaan di vitreus, didapatkan sel T dalam jumlah yang signifikan, yaitu 11 – 95% pada pars planitis. Makrofag juga dianggap berperan pada pars planitis, sementara peran sel B masih belum jelas.                                

Diagnosis pars planitis didasarkan pada gambaran klinis, dengan ditemukannya snow ball di vitreus dan eksudasi di pars plana. Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan Rontgen diperlukan, hanya untuk menyingkirkan diagnosis banding.

Uveitis Imunogenik 2