Ethicaldigest

Antisipasi Keloid dan Hipertrofik Scar 2

Di sisi lain, ketegangan kulit juga merupakan faktor  penting terjadinya keloid. Disamping itu, ditentukan juga oleh faktor umur, ras dan lokasi. Termasuk yang berkaitan dengan proses pembedahan, yaitu perlakuan terhadap jaringan dan penggunan materi penjahitan. Disebabkan juga oleh faktor kurangya imobilisasi pada masa penyembuhan luka, atau akibat proses inflamasi yang memanjang serta terjadinya infeksi.

Sebuah pengamatan histologis menyatakan, baik keloid mau pun bekas luka hipertrofik strukturnya sangat berbeda dari kulit normal. Ia memiliki pasokan darah yang kaya, densitas mesenchymal yang tinggi, dan laspisan epidermis yang tebal. Susunan serat-serat kolagen pada bekas luka hipertropik, ternyata juga lebih longgar dan dalam pola bergelombang. Sementara pada keloid, menunjukan sebuah susunan atau pola-pola yang besar namun tidak teratur. Selain itu, serat-serat kolagen yang ada tidak tersusun rapi. Demikian pula dengan ikatannya, bila dibandingkan dengan kulit normal.

Keloid juga diketahui mengandung lebih banyak kolagen tipe III, dibandingkan bekas luka yang matang dengan sempurna. Kondisi ini sekaligus menunjukkan bahwa terjadi maturitas yang tidak sempurna pada bekas luka. “Para klinisi umumnya mendiagnosis keloid berdasarkan pertumbuhan jaringan parut yang meluas ke jaringan sekitarnya, dan onset yang lambat dari timbulnya jaringan parut tersebut,” katanya.

Penatalaksanaan

Beberapa jaringan parut dapat berkembang secara abnormal, yang timbul dari proliferasi berlebihan jaringan dermis setelah terjadinya luka pada kulit. Proliferasi jaringan dermis tersebut, karena produksi jaringan ikat dan akumulasi serat kolagen baru yang tidak teratur dalam jumlah berlebihan.

Jaringan parut di daerah tertentu pada tubuh, meliputi sisi bawah wajah, daerah presternum, pektoralis, punggung sebelah atas, telinga, leher, sisi luar lengan atas lebih mungkin menyebabkan terjadinya abnormalitas. Oleh sebab itu, pada  pasien dengan jaringan parut di daerah tubuh yang berisiko tinggi, atau memiliki riwayat terbentuknya keloid, perlu hati-hati pada kemungkinan pembentukan jaringan parut lebih lanjut.

Sampai saat ini, penatalaksanaan terhadap keloid dan parut hipertrofik masih bersifat empiris, karena penyebabnya masih sedikit dimengerti. Beberapa modalitas yang dapat digunakan untuk terapi parut hipertrofik dan keloid, meliputi pembedahan, injeksi kortikosteroid, silicone gel sheeting, pressure therapy, radio therapy, laser therapy, cryotherapy, dan adhesive microphorus hypoallergenic paper tape. Semua terapi terhadap jaringan parut diindikasikan, jika terdapat gejala seperti nyeri, parestesia, dan pruritus. Juga diindikasikan untuk alasan kosmetik.

Penggunaan silicone gel sheeting, merupakan kemajuan baru dalam penatalaksanaan keloid dan jaringan parut hipertrofik. Silicone gel sheeting yang berupa gel like transparent, flexible, inert sheet yang diaplikasikan dengan ketebalan + 3,5 mm digunakan untuk terapi dan pencegahan keloid, atau jaringan parut hipertrofik. Trbuat dari medical-grade silicone (polimer polydimethylsiloxane), diperkuat dengan silicon membrane backing. Memungkinkan lapisan gel ini dapat melekat dengan mudah pada jaringan parut, atau direkatkan dengan plester. Lapisan dapat dicuci setiap hari dan dipakai kembali.

Silicone gel sheet didesain untuk digunakan pada kulit yang intak. Lapisan membran tersebut, sebaiknya tidak digunakan pada luka terbuka atau pada kulit dengan kelainan dermatologi, yang mengintervensi kontinuitas kulit. Idealnya, silicone sheet diaplikasikan pada stadium awal, ketika jaringan parut mulai menunjukkan tanda-tanda ke arah berkembangnya jaringan parut hipertrofik (kemerahan, membesar).

Pasien berisiko tinggi untuk menderita jaringan parut abnormal, seperti pasien berumur di bawah 40 tahun, riwayat parut hipertrofik atau keloid sebelumnya, atau kulit gelap, dapat dianjurkan untuk menggunakan silicone sheet segera setelah luka sembuh (setelah pengangkatan jahitan pada luka).

Hasil perbaikan silicone gel sheet, terlihat ketika direkatkan pada keloid atau jaringan parut hipertrofik selama 12 jam setiap hari, di mana ditemukan perbaikan pada 80% pasien pada pengamatan setelah 6 bulan. Terapi dengan silicone gel sheet, juga tidak invasif dan sederhana sehingga dapat meningkatkan kepatuhan pasien.

Mekanisme pasti mengenai cara kerja silicone gel sheet, belum banyak diketahui. Efek yang ditimbulkan bukan akibat efek penekanan, aktivitas kimiawi dari silicone, temperature atau perubahan oksigenasi pada jaringan parut, Tetapi, mungkin akibat efek peningkatan hidrasi pada jaringan parut, karena silicone gel sheet memiliki tingkat transmisi uap air yang cukup baik. Efek hidrasi pada jaringan parut tersebut menjaga homeostasis dari fibroblas pada keloid dan jaringan parut hipertrofik, yang sedang diterapi.

Antisipasi Keloid dan Hipertrofik Scar 1