Klaudikasio intermitten kerap muncul pada pasien dengan penyakit arteri perifer. Mengendalikan gejala ini bisa secara non invasif dan obat-obatan, seperti cilostazol.
Apakah kaki terasa sakit saat berjalan dan membaik setelah beristirahat? Itu adalah gejala utama dari klaudikasio intermitten. Klaudikasio adalah rasa tidak nyaman pada otot kaki saat bergerak dan hilang dengan istirahat. Penderitanya akan merasa kelelahan, sakit atau kram otot saat beraktivitas. Gejala paling sering dirasakan di betis, tetapi juga dapat dirasakan di paha atau pantat.
Klaudikasio intermiten merupakan gejala yang paling sering muncul pada penyakit arteri perifer (PAP). Diperkirakan, sekitar 20 – 40 juta orang di seluruh dunia mengalami gejala ini. Penyakit arteri perifer sendiri merupakan masalah kesehatan global, yang dialami lebih dari 200 juta orang. Angka kejadianya PAP memperlihatkan peningkatan dalam 10 tahun terakhir. Bahkan, dari tahun 2000 hingga 2010 terjadi peningkatan 25%.
Klaudikasio intermiten tidak mengancam nyawa, tapi seseorang dengan gejala ini akan memiliki kualitas hidup yang buruk. Selain itu, orang dengan gejala ini dihubungkan dengan peningkatan resiko penyakit kardiovaskular. Sebab itu, meningkatkan kualitas hidup merupakan tujuan utama terapi klaudikasio intermiten.
Klaudikasio intermiten disebabkan proses aterosklerosis di pembuluh darah kaki. Sehingga, faktor-faktor risiko penyebab ini sama dengan faktor risiko aterosklerosis pada umumnya, yang mencakup hipertensi, diabetes mellitus, merokok dan faktor keturunan. Faktor keturunan dan merokok merupakan dua faktor risiko utama untuk berkembangnya klaudikasio intermiten.
Penelitian Kollerits dan kawan-kawan tahun 2008 menunjukkan adanya hubungan antara merokok dan klaudikasio intermiten. Diabetes juga sangat berhubungan dengan berkembangnya gejala klaudikasio intermiten dan memperburuk prognosis akhir penyakit ini. Faktor risiko lainnya adalah hipertensi dan kadar kolesterol dalam darah, yang berkontribusi untuk terjadinya klaudikasio intermiten. Faktor-faktor ini akan menurunkan kualitas hidup dan mempengaruhi sirkulasi perifer. Sehingga, sering kali kita temukan penyakit aterosklerosis lainnya pada pasien klaudikasio intermiten.
Gejala utama pasien klaudikasio intermitten adalah nyeri pada anggota badan yang terkena, yang diprovokasi oleh latihan fisik. Orang dengan klaudikasio intermitten menunjukkan aliran darah istirahat yang normal dan bebas dari gejala saat istirahat. Selama latihan, penurunan aliran darah di arteri akibat lesi vaskular stenosis atau oklusi menghambat peningkatan fisiologis yang diperlukan dalam perfusi arteri, dan akhirnya menyebabkan nyeri otot.
Rasa sakit, paling sering terdapat di betis tapi kadang-kadang mempengaruhi paha atau pantat, menghilang dengan cepat (dalam waktu sepuluh menit) saat istirahat. Beban kerja yang berat, seperti jalan menanjak atau naik tangga, menyebabkan gejala klaudikasio intermiten muncul lebih cepat. Namun, sebagian besar pasien klaudikasio intermitten, mengalami gejala yang tidak khas seperti kelelahan otot, kelemahan ataupun mati rasa.
Pengelolaan klaudikasio intermiten terdiri dari kontrol faktor risiko yang optimal. Jika penyebabnya adalah dislipidemia, maka diberikan penurun kolesterol. Jika penyebabnya adalah diabetes, diberikan obat antidiabetes. Untuk meredakan gejala, pilihan terapinya bisa secara noninvasif dengan latihan disupervisi dan medikamentosa ataupun invasif (revaskularisasi).
Cilostazol
Cilostazol adalah obat turunan kuinolinon yang digunakan untuk mengurangi gejala klaudikasio intermiten dengan gejala nyeri & kram otot yang terjadi pada individu dengan penyakit vaskular perifer. Dalam meta analisa oleh Momsen dan kawan-kawan terlihat bahwa Cilostazol meningkatkan kemampuan kaki berjalan tanpa rasa sakit dibandingkan plasebo. Mereka menganalisa sembilan penelitian (1258 pasien) yang membandingkan cilostazol dengan plasebo. Obat ini dikaitkan dengan peningkatan mutlak 42,1 m versus plasebo (P, 0,001) selama rata-rata tindak lanjut dari 20 minggu.
Dalam meta-analisis lain, Cilostazol 50mg/hari meningkatkan jarak jalan kaki dengan rata-rata sebesar 36 m dan hampir dua kali (70 m) dengan dosis 100 mg. Panduan American Heart Association merekomendasikan cilostazol 100 mg 2 kali per hari pada pasien dengan PAP ekstremitas bawah dan klaudikasio intermiten. Efek samping yang paling sering adalah sakit kepala, diare, pusing, dan jantung berdebar.