Ethicaldigest

Terapi Intensif Tidak Lebih Baik dari Terapi Standar

Terapi intensif diduga memiliki manfaat lebih baik, dibanding terapi standar. Namun, dalam peneli­tian EMPATHY, yang dilaku­kan pada pasien di Jepang me­nunjukkan, terapi intensif pada pasien dengan kolesterol ting­gi, diabetes tipe 2 dan retino­pati diabetik, tidak lebih baik dari monoterapi statin standar untuk pencegahan primer kejadian kardiovaskular atau ginjal (titik akhir primer).

Penelitian ini melibatkan pa­sien-pasien dari “dunia nya­ta” yang memiliki rata-rata ko­les­terol LDL 106 mg/dL dan re­­­ti­nopati diabetik, tanpa pe­nyakit arteri koroner (CAD). Dalam follow up selama 3 ta­hun, terapi sta­tin intensif un­tuk men­capai LDL-C <70 mg/dL diban­ding­kan terapi stan­dar untuk men­capai 100 hing­ga 120 mg/dL, tidak terkait dengan risiko end­poin primer yang lebih rendah.

Dalam analisa lebih lanjut, endpoin sekunder berupa keja­dian serebral dan infark serebral  menurun secara signi­fikan pa­da pasien yang menda­pat pe­nu­run lipid intensif, tan­pa pe­ningkatan efek sam­ping. Me­nu­rut peneliti, Hiroshi Itoh, MD, PhD, dari Departemen En­dokri­nologi, Metbolisme dan Nefro­logi, Keio University School of Medicine, di Tokyo, Je­pang, dan rekan-rekan­nya, te­muan ini harus dite­liti lebih lanjut.

Dalam publikasinya, pene­li­ti mencatat dosis statin untuk terapi “intensif” di Jepang lebih rendah daripada di Ame­rika Serikat dan Eropa. Selain itu, “Pada kunjungan terakhir dalam penelitian ini, dosis dalam kelompok intensif di­ang­gap setara dengan dosis mo­derat dan rendah berdasar pedoman ACC/AHA.”

Mereka berspekulasi, “Pe­ne­litian ini gagal menemukan penurunan signifikan pada end­poin primer, karena perbe­daan kolesterol LDL yang lebih kecil dari yang diprediksi pada kedua kelompok perlakuan.” Mereka memperkirakan, rata-rata kadar kolesterol LDL ada­lah <70 mg/dL pada kelompok intensif dan 110 mg/dL pada kelompok standar. Tapi, kadar rata-rata sebenarnya koleste­rol LDL adalah 77 mg/dL dan 104 mg/dL, secara berurutan.

Kemungkinan, “Dalam prak­­­tik klinis dunia nyata, ba­nyak dok­ter Jepang yang bu­kan ahli pengelolaan lipid kha­watir ter­ha­dap efek buruk pe­ng­obatan,  seperti perdarahan intrakranial dari penurunan LDL. Mereka terpengaruh kekhawatiran ini, bahkan ketika protokol mene­tap­kan target 70 mg/dL, “ kata mereka.

Di sisi positif, selain menu­run­kan kejadian stroke, peneli­ti­an ini tidak menunjukkan per­bu­rukan kadar HbA1c karena terapi statin (dilaporkan dalam penelitian lain), dan tidak ada perbedaan antara kelompok dalam perdarahan otak, “Ber­po­tensi menghilangkan ke­kha­watiran peningkatan risiko per­darahan otak karena terapi statin yang intensif.”

Manfaat terhadap Stroke Perlu Penelitian Lebih Lanjut

Dalam EMPATHY, data dia­nalisis dari lebih 5000 pasi­en dengan hiperkolesterole­mia dan retinopati diabetik, tetapi tidak ada CAD yang terlihat di 323 rumah sakit dan 449 klinik di Jepang pada 2010 – 2013. Pasien secara acak me­ne­rima terapi statin (ator­vas­ta­tin, rosuvastatin, pitavas­ta­tin, pravastatin, fluvastatin atau simvastatin), untuk men­ca­pai target LDL-C <70 mg/dL (2518 pasien) atau 100 hingga 120 mg/dL (2524 pasien).

Endpoin primer adalah gabungan kejadian kematian atau kejadian terkait kardio­vas­kular, termasuk infark mio­kard; angina tidak stabil yang memerlukan rawat inap yang tidak terjadwal atau revas­kularisasi koroner; infark sere­bral atau revaskularisasi sere­bral; inisiasi dialisis kronis, atau peningkatan serum krea­ti­nin dua kali lipat atau lebih; atau penyakit aorta atau pe­nya­kit arteri perifer (termasuk ulkus atau amputasi parah).

“Saat ini, penyakit jantung iskemik, penyakit serebro­vas­kular, penyakit pembuluh da­rah perifer dan gangguan gin­jal, secara luas dipahami seba­gai kondisi iskemik. Meta-analisis dari studi terkontrol dan silang acak menunjukkan, statin menghambat proteinuria dan perkembangan nefro­pati,” tulis para peneliti. Jadi, untuk studi terbaru ini, mereka memilih berbagai endpoin pri­mer yang berhubungan de­ngan aterosklerosis, termasuk gangguan pada ginjal.

Outcome primer gabungan terjadi pada 129 pasien, yang menerima terapi statin intensif dibanding 153 pasien dalam kelompok lain. Ini tidak berbe­da secara signifikan (rasio ha­zard [HR], 0,84; P = 0,15). Namun, ada lebih sedikit keja­dian serebral dalam kelompok terapi statin intensif daripada kelompok lain, 22 kejadian vs 42 peristiwa (HR, 0,52; P = .01)

Kedua kelompok memiliki anga kejadian efek samping yang serupa (75%) dan efek samping yang serius (22%). Dengan demikian, menurut Itoh dan rekan, “Manfaat po­tensial mencapai LDL-C <70 mg/dL dalam strategi treat to target, pada pasien berisiko tinggi layak  diselidiki lebih lanjut.”