Ethicaldigest

Satu Tahun Sejak Kasus Pertama Corona di Indonesia, Bagaimana Rapornya Menurut Ahli?

Hari ini adalah tepat satu tahun sejak kasus pertama terkonfirmasi virus corona di Indonesia. Total kasus positif COVID-19 telah mencapai 1.341.414, dengan total kematian 36.325 kasus.

Hingga pada 1 Maret 2021 Kementerian Kesehatan mengumumkan ada 6.680 penambahan kasus baru. Total kesembuhan 1.151.915 orang, dengan persentase di angka 85,9% (di atas angka kesembuhan global 78,7%). Ada penambahan pasien sembuh sebanyak 9.212 orang dalam satu hari.

Kemenkes juga menyatakan total orang yang dites sebanyak 7.213.192 (+ 18.940 dalam satu hari). Total tes spesimen ada 10.834.875 (+ 35.684). Positivity rate Indonesia masih tinggi di angka 18,6%; standar WHO <5%.

Pada penambahan kasus terkonfirmasi positif harian terdapat 5 provinsi dengan angka tertinggi. Yakni DKI Jakarta menambahkan 2.058 kasus, dengan tolal (kumulatif) tertinggi mencapai 341.793 kasus.

Diikuti Jawa Barat ada penambahan 1.662 kasus (kumulatif 211.874 kasus), Jawa Tengah menambahkan 657 kasus (angka kumulatif 153.685 kasus), Kalimantan Timur 437 kasus (kumulatif 55.828 kasus), serta Jawa Timur menambahkan 657 kasus (kumulatif 129.800 kasus).

Untuk program vaksinasi di Indonesia hingga 1 Maret, total penerima vaksin pertama mencapai 1.720.523 orang (+ 28.799 orang dalam satu hari), dan 1.002.218 (+ 3.779) orang untuk vaksinasi kedua.

Vaksinasi sudah memasuki tahap kedua, dengan menyasar pekerja publik dan kelompok lanjut usia (lansia). Target vaksinasi tahap kedua ini menyasar 38.513.446 orang, yang diperkirakan selesai pada Mei 2021 mendatang.

Dr. Pandu Riono, MPH, PhD, epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia  menekankan, populasi berisiko berbasis kelompok umur harus diprioritaskan untuk divaksinasi.

Tujuan vaksinasi dalam era pandemi adalah untuk melindungi kelompok berisiko tinggi dari infeksi, fokus menyelamatkan nyawa serta memastikan manfaat sosial.

“(Vaksinasi pada) lansia, karena punya daya ungkap tinggi menekan hospitalisasi dan kematian. Tegas dan konsisten capai semua lansia, dari kelompok masyarakat manapun. Kelompok komorbid juga tidak boleh diabaikan,” tegasnya melalui cuitan di Twitter-nya (@drpriono1).

Pria yang senang dipanggil dengan Juru wabah ini juga menyerukan pada masyarakat untuk membantu penduduk lansia agar segera dapat divaksinasi. “Fokus pada mereka yang berusia di atas 60 tahun, lalu penduduk yang berusia 50-59 tahun,” imbuhnya.

Bagaimana dengan 3T dan 5M?

Sementara itu Dicky Budiman, Epidemiolog Universitas Griffith Australia berpendapat, dalam satu tahun penanganan pandemi COVID-19 ini “Kita jalan di tempat dalam penanganan 3T dan 5M. Ini artinya dengan adanya intervensi yang tidak berubah secara signifikan ini kita tertinggal jauh dari virus ini.”

Mengutip laman Pandemictalks, rata-rata tes (orang) harian Indonesia sudah melebihi standar minimal WHO (41.992 tes berbanding 38.500 tes). Tetapi testing di luar Jakarta masih rendah, 52% tes ada di DKI Jakarta.

Demikian pula dengan kemampuan tracing (pelacakan). KawalCovid19 mencatat rasio lacak isolasi (RLI) masih lemah, yakni 1,19. Ini berarti hanya sekitar 1-2 orang saja yang dilacak dari 1 kasus konfirmasi positif. Masih jauh dari standar WHO yang di atas 30 (satu kasus positif dilakukan tracing pada setidaknya 30 orang).

Hal lain yang menjadi catatan adalah tren kepatuhan menggunakan masker dan menjaga jarak terlihat mulai naik selama tahun 2021. Hal ini diperkirakan karena pelaksanaan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) dan PPKM Mikro di beberapa daerah.

Tetapi, masyarakat lebih patuh dalam menggunakan masker (89,34%) dibanding menjaga jarak (88,39%) dan menghindari kerumunan.

Pandemi masih berlangsung, jangan kasih kendor, tetap disiplin melaksanakan protokol kesehatan walaupun sudah divaksin. (jie)

Ilustrasi: Gerd Altmann dari Pixabay