Ethicaldigest

Peneliti: Vaksin Flu Disinyalir Bisa Kurangi Risiko Keparahan COVID-19 Pada Anak

Hingga saat ini anak-anak termasuk ke dalam golongan yang belum bisa divaksin COVID-19, alasannya belum ada cukup bukti ilmiah keamanan vaksin COVID-19 yang sudah dikembangkan pada anak-anak. Peneliti mencoba mengambil alternatif lain. Mereka melihat vaksin flu bisa kurangi risiko keparahan COVID-19 pada anak-anak.

Dasar teorinya adalah tidak ada virus yang bisa mengisolasi sel yang ia infeksi. Saat virus lain berhasil masuk ke dalam sel yang sama akan menciptakan respon tubuh yang berbeda, mungkin bertambah buruk atau sebaliknya.

Sebuah studi menyatakan bila vaksin lain, seperti flu atau pneumokokus, mungkin bisa mempengaruhi interaksin virus corona dengan sel yang diinfeksinya.

“Sudah diketahui bila perkembangan virus bisa dihambat oleh infeksi virus sebelumnya,” terang Anjali Patwardhan, ahli rheumatologi anak di University of Missouri, AS.

“Fenomena ini disebut gangguan virus, dan bisa terjadi bahkan saat virus pertama adalah virus yang tidak aktif, seperti pada kasus vaksin flu.”

Di awal pandemi, ada kekhawatiran bila kombinasi COVID-19 dan flu musiman bisa menyebabkan “pandemi ganda”. Di negara-negara dengan 4 musim, terserang flu di musim dingin bisa berakibat fatal. Flu berat ditambah COVID-19 menigkatkan risiko kematian berkali-kali lipat.

Beruntung hal tersebut tidak terjadi. Tetapi masih menyisakan pertanyaan tentang bagaimanan virus lain (dan vaksin lain) mempengaruhi COVID-19.

Untuk mengetahuinya, tim peneliti melihat setiap kasus positif COVID-19 di Arkansas Children’s Hospital antara Februari – Agustus 2020. Tercatat ada 905 pasien berusia <20 tahun. Kemudian meraka menganalisa keparahan COVID-19 mereka, demikian pula status vaksinasi flu dan pneumokokus (untuk penyakit pneumonia).

Hasilnya menggembirakan. Vaksin flu mengurangi risiko keparahan COVID-19 pada anak-anak, dibanding mereka yang tidak mendapat vaksin flu.

Hasil yang mirip terlihat pada mereka yang mendapat vaksin pneumokokus penuh. Mereka yang divaksin pneumokokus juga menunjukkan kemungkinan lebih rendah untuk mengalami gejala gangguan pernapasan berat.

“Berdasarkan pengamatan, kami menyimpulkan bila tingginya angka COVID-19 pada populasi minoritas, mungkin juga mencerminkan rendahnya tingkat vaksinasi pneumokokus dan influenza, selain dari ketidaksetaraan akses kesehatan,” tulis Patwardhan dan tim dalam makalah yang diterbitkan di jurnal Cureus.

Tetapi perlu dipahami tidak ada dari vaksin tersebut (vaksin flu atau pneumokokus) adalah ‘peluru perak’ – yang mengatasi seluruh masalah. Peneliti menekankan, penurunan persentase angka keparahan (pada kasus anak) bisa menyelamatkan nyawa.

Penting juga untuk memahami bila anak-anak cederung berisiko kecil mengalami COVID-19 yang bergejala. Tetapi bukan berarti anak-anak tidak bisa menyebarkan virus.

“Riset pada populasi anak sangat vital karena mereka juga berperan penting dalam penyebaran virus corona.”

“Memahami hubungan dan koeksistensi virus lain bersamaan dengan virus COVID-19, serta mengetahui status vaksinasi pasien anak dapat membantu memilih strategi yang tepat untuk mendapatkan hasil terbaik,” kata Patwardhan, melansir Science Alert. (jie)

Ilustrasi: Doctor photo created by freepik – www.freepik.com