Ethicaldigest

Terapi Obesitas Penderita Diabetes Tipe 2

Obat golongan fibrat terbukti dapat menurunkan kejadian kardiovaskuler, tapi tidak menurunkan mortalitasnya. Pada studi FIELD (Fenofibrate Intervention and Event Lowering in Diabetes) pada penderita diabetes tipe 2, kejadian penyakit jantung kronik tidak menurun secara bermakna dengan pemberian fibrat. Kejadian infark miokard nonfatal menurun sampai 24%, tapi infark miokard fatal meningkat sampai 19%. Hasil serupa ditemukan dalam studi WHO, menggunakan gemfibrozil dan bezofibrat.

Asam lemak omega-3 dapat menurunkan kadar trigliserid plasma, jika diberikan dengan dosis tinggi (> 4 g/hari) dan dapat menjadi pilihan untuk menurunkan kadar kolesterol non HDL pada pasien yang mendapat terapi statin, tapi hasilnya belum banyak diteliti. Pada pasien dengan diabetes, kontrol glikemik dapat memperbaiki gangguan lipid dan lipoprotein, terutama hiperglikemia. Ini mungkin juga diperantarai oleh obat antidiabetes, yang memiliki efek terhadap profil lipid, seperti metformin dan pioglitazone.

Terapi obesitas pada penderita diabetes tipe 2

Obesitas dan diabetes tipe 2 sering terjadi bersamaan. Obesitas sendiri merupakan faktor risiko independen terhadap terjadinya penyakit kardiovaskuler. Pada setiap kunjungan, lakukan pengukuran berat badan dan indeks massa tubuh (IMT). Rentang IMT yang termasuk underweight adalah < 18,5, normal 18,5 sampai 24,9, overweight 25 sampai <29,9, dan obesitas > 30. Penurunan berat badan terbukti memiliki dampak kesehatan yang signifikan. Studi menunjukkan bahwa penurunan berat badan 5-10% dapat memperbaiki kontrol glikemik, kadar kolesterol, dan menurunkan tekanan darah. 

Hal ini dibuktikan pada studi DPP (Diabetes Prevention Program), yang melibatkan 3200 pasien overweight yang mengalami impaired glucose tolerance (IGT). Peserta dibagi dalam 3 kelompok, yang masing-masing diberikan plasebo, metformin 850 mg/hari, atau intervensi gaya hidup untuk menurunkan berat badan sebesar7% dan meningkatkan aktivitas fisik > 150 menit per minggu selama 4 tahun. Penurunan berat badan maksimum pada pasien yang diterapi dengan gaya hidup, rata-rata adalah  7 kg (pada bulan ke 6) dan menurun menjadi sekitar 4 kg (pada tahun ke-4). Intervensi gaya hidup menurunkan risiko berkembangnya diabetes tipe 2 sebesar 58% dibandingkan dengan plasebo, dan 39% dibanding metformin. Efek gaya hidup ini mempengaruhi kedua jenis kelamin, serta semua kelompok ras maupun etnis.

Berdasarkan data dari ADA, diabetes tipe 2 mencapai 90-95% kasus diabetes, dan sekitar 90% penderitanya termasuk ke dalam overweight. Pasien overweight dengan IGT atau diabetes tipe 2, dapat mencapai manfaat yang lebih besar dengan penurunan berat badan. Bahkan, diet rendah kalori akan membantu pasien untuk mengontrol glukosa darah. Meski demikian, risiko hipoglikemia harus diwaspadai pada pasien yang mendapat terapi insulin dan sulfonilurea. Perlu pemeriksaan glukosa darah yang teratur, selama melaksanakan program penurunan berat badan.

Modifikasi gaya hidup merupakan penyangga utama manajemen berat badan jangka panjang, pada pasien overweight/obesitas. Pasien harus didorong untuk mengurangi asupan kalori, dengan diet kaya nutrisi dan meningkatkan pengeluaran energi, melalui program olahraga. Asupan kalori yang dianjurkan bergantung pada usia, jenis kelamin, tingkat aktivitas, dan lain-lain. Jika perlu, pasien dapat dirujuk ke ahli gizi untuk melakukan perencanaan diet. Untuk mencegah obesitas, perlu dilakukan edukasi mengenai modifikasi gaya hidup dan nutrisi postpartum, mulai saat hamil sampai setelah melahirkan.

Farmakoterapi dapat diberikan untuk menurunkan berat badan pada pasien overweight yang memiliki komorbiditas, seperti penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan faktor risiko kardiometabolik, serta pada pasien obesitas. Farmakoterapi hanya diberikan sebagai penunjang terapi modifikasi gaya hidup secara menyeluruh.

Terapi pembedahan bariatrik dapat menjadi pilihan bagi pasien dengan obesitas ekstrim (IMT > 40 kg/m2 atau IMT > 35 kg/m2 disertai dua komorbid), dan telah gagal menurunkan berat badan melalui modifikasi gaya hidup. Studi menemukan bahwa dengan pembedahan bariatrik, 82,9% penderita diabetes dan 98,7% pasien dengan IGT dapat mempertahankan glukosa darah dan HbA1Cnya dalam batas normal jangka panjang.

Pengendalian Risiko Kardiometabolik Pasien Diabetes