Ethicaldigest

Intervensi Gizi pada Infeksi H. Pylori – Bagaimana Manfaat Probiotik?

Saat fase akut, intervensi gizi pada infeksi H. pylori meliputi puasa, untuk mengistirahatkan saluran cerna. Probiotik penting untuk rekolonisasi mikroorganisme sehat.

Infeksi Helicobacter pylori atau H. pylori sama “uniknya” dengan IBD. “Penyakit biasanya sudah berlangsung lama sebelum gejala muncul, karena di awal sering kali tidak menimbulkan gejala,” ujar Fitri Hudayani, SST, S.Gz, MKM. Intervensi gizi penting untuk menunjang pengobatan.

H. pylori bisa berkolonisasi di lambung siapa saja dari semua golongan usia, dari anak-anak hingga lanjur usia (lansia). “Ibu hamil yang mengalami morning sickness berkepanjangan, patut dicurigai ada H. pylori,” imbuh Fitri.

Begitu H. pylori menempel pada permukaan saluran cerna, ia akan merusak integritas mukosa karena memiliki sel lipopolisakarida, hingga terjadi luka/tukak atau ulkus (borok). Ditengarai, 95% ulkus lambung dan duodenum (usus 12 jari) disebabkan oleh H. pylori. Kondisi terburuk yang paling dikhawatirkan dari infeksi H. pylori yaitu kanker lambung.

Akibat tukak atau ulkus, muncullah keluhan maag/dyspepsia, dan gastritis. “Gejalanya hilang timbul. Perut terasa tidak nyaman, mual, muntah, kembung, sering sendawa, nafsu makan menurun, dan perut bisa sakit sekali seperti diiris-iris,” tutur Fitri, dalam webinar kesehatan untuk dietisien bertajuk Terapi Gizi untuk Gangguan Pencernaan, Sabtu (22/7/2023). Gawatnya, bakteri ini bisa menular melalui air liur, muntahan, feses, serta makanan dan minuman yang terkontaminasi.

Intervensi Gizi pada Infeksi H. Pylori

Sebelum dilakukan intervensi gizi pada infeksi H. pylori, tentunya terlebih dahulu perlu dilakukan asesmen gizi. Ini meliputi pemeriksaan antropometri, klinis, biokimia, hingga riwayat gizi penderita.

“Salah satu yang utama dalam intervensi gizi pada infeksi H. pylori yaitu cairan,” tegas Fitri. Bila ada diare atau muntah-muntah, maka harus dilakukan pencegahan atau koreksi dehidrasi. Ini untuk mencegah syok dan ketidakseimbangan elektrolit.

Pada fase akut terutama bila terjadi perdarahan, saluran cerna harus diistirahatkan total. Artinya, penderita harus berpuasa dulu. “Dikhawatirkan, permukaan saluran cerna tidak memungkinkan untuk bekerja. Kalau dipaksakan, bisa perdarahan,” papar Fitri. Selama periode puasa, nutrisi ditopang melalui parenteral (infus) selama 24 – 48 jam.

Jika kondisi sudah membaik, makanan mulai diberikan dalam jumlah kecil, untuk uji permeabilitas saluran cerna. “Kalau tidak ada keluhan, maka makanan mulai diberikan secara bertahap,” lanjutnya.

Makanan yang mengandung laktosa dibatasi, bila ada gejala intoleransi. Makanan harus yang mudah dicerna, dan tidak merangsang saluran cerna secara termis (suhu), kimia, dan mekanis. Dengan demikian, makanan yang dingin, asam, pedas, serta kafein dan alkohol harus dihindari. Demikian pula makanan yang tinggi lemak, karena sulit dicerna oleh lambung. Lemak dibatasi 10 – 15% dari kebutuhan energi, dan ditingkatkan secara bertahap hingga sesuai dengan kebutuhan.

Link Sertifikat Webinar Ahli Gizi 22 Juli 2023

Sementara waktu, makanan juga harus rendah serat, terutama bila ada muntah. “Serat dibatasi 8 gr/hari sampai gejala berkurang; kecuali bila ada konstipasi maka perlu serat tinggi,” ujar Fitri. Bisa dipilih sayur yang seratnya rendah seperti labu dan wortel rebus, serta buah seperti pisang.

Selewat fase akut, pola makan sehari-hari mengikuti prinsip gizi seimbang, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing. Bila memiliki intolernsi laktosa maka tetap perlu menghindarinya. Konsumsi kafein sebaiknya dikurangi, dan alkohol tetap dihindari.

Makan disarankan dalam porsi kecil dan sering. “Makanlah secara perlahan di lingkungan yang tenang. Jangan makan terburu-buru. Kunyahlah makanan dengan baik, agar sampai di lambung sudah halus sehingga lambung tidak bekerja terlalu keras,” tutur Fitri.

Nutrisi tertentu perlu diperhatikan. “Pasien dengan gastritis kronis kemungkinan terjadi masalah penyerapan Vitamin B12 dan folat, maka pastikan asupannya,” ucap Fitri. Asupan kalsium dan riboflavin juga perlu dioptimalkan. Tak kalah penting, “Rekolonisasi saluran cerna oleh mikroorganisme sehat. Dianjurkan mengonsumsi makanan sumber mikroorganisme sehat.”

Manfaat Probiotik

Salah satu makanan sumber mikroorganisme sehat adalah makanan/minuman fermentasi. Misalnya tempe, kimchi, dan yang sedang ngetren kombucha. “Makanan fermentasi baik untuk keseimbangan mikrobiota usus. Namun tidak semuanya bisa disebut sebagai probiotik,” ucap Ni Putu Desy Aryantini, S.KM., M.AFH., Ph.D, peneliti dari PT Yakult Indonesia Persada.

Probiotik adalah mikroorganisme hidup, yang bila dikonsumsi dalam jumlah cukup akan bermanfaat bagi kesehatan. “Untuk bisa disebut sebagai probiotik, identitas mikroorganisme dan jumlahnya harus jelas. Manfaatnya pun terdokumentasi dengan baik melalui berbagai penelitian,” terang Desy. Dua bakteri yang paling sering digunakan dalam produk probiotik yakni Lactobcillus dan Bifidobacteria.

Ketika kita mengonsumsi probiotik, mikroorganisme baik di dalamnya akan merangsang pertumbuhan mikroorgansime sehat di usus, hingga terjadi kolonisasi yang sehat. Hal ini akan memperkuat integritas dan barrier usus. bakteri bermanfaat juga akan berkompetisi dengan bakteri patogen, termasuk H. pylori.

Penelitian oleh Wang C, dkk (2015) menguji apakah minuman yang mengandung Lactobacillus casei Shirota strain bisa menghambat pertumbuhan H. pylori. Penelitian dilakukan secara in vitro (di cawan patri) dan pada manusia. “Hasilnya, secara in vitro, L. casei Shirota strain mampu menghambat pertumbuhan H. pylori,” ujar Desy. 

Penelitian pada manusia melibatkan 14 orang yang positif H. pylori. Pada studi intervensi ini, mereka diberikan Yakult 3x sehari selama 3 minggu. Sebagai kelompok kontrol yaitu 6 orang dengan H. pylori positif tapi tidak diobati. Hasilnya, tampak bahwa L. casei Shirota strain mampu menekan H. pylori. Fitri menekankan, seperti halnya IBD, intervensi gizi pada infeksi H. pylori pun sangat individual. Konsumsi probiotik secara rutin dan kontinyu penting untuk rekolonisasi mikrobiota pada saluran cerna, yang penting untuk menekan pertumbuhan H. pylori. (nid)

Ilustrasi: Freepik