Ethicaldigest

Manifestasi, Diagnosis dan Pemeriksaan Infeksi MRSA

Pada CA-MRSA, yang sering adalah infeksi pada kulit yang mulanya berbentuk pustula atau bula. Lesi ini menyerupai gigitan serangga, berwarna kemerahan, bengkak, disertai nyeri dan timbulnya nanah. Infeksi umumnya terjadi pada lokasi yang terdapat luka robek atau lecet, serta daerah tubuh yang ditutupi rambut, misalnya belakang leher, pangkal paha, bokong, ketiak, dan janggut. Namun tidak jarang juga CA-MRSA dapat menimbulkan infeksi serius seperti pneumonia, osteomyelitis, piomyositis, tromboflebitis sampai sepsis.

Pada HA-MRSA, manifestasinya dapat bervariasi. Infeksi serius dapat menyebabkan sepsis, selulitis, endokarditis, pneumonia, toxic shock syndrome, sampai kematian. Gejalanya bergantung pada manifestasi, dan dapat disertai gejala-gejala umum, seperti demam, malaise, sakit kepala, nyeri otot, dan sebagainya. Seorang pasien yang dirawat di rumah sakit dapat dicurigai terinfeksi oleh HA-MRSA jika timbul tanda-tanda sepsis (demam, menggigil, tekanan darah rendah, lemah, dan penurunan kesadaran), meskipun ia sedang dalam pemberian antibiotik. Tanda-tanda infeksi serius atau sepsis pada pasien-pasien immunocompromised di rumah sakit harus dicurigai sebagai infeksi MRSA.

Diagnosis dan pemeriksaan infeksi MRSA

Penularan MRSA yang utama adalah melalui kontak langsung antara orang per orang, biasanya dari tangan orang yang terinfeksi atau terkolonisasi. MRSA juga dapat menyebar melalui pemakian handuk secara bersama-sama, alat-alat mandi, alat olah raga, baju, alat pengobatan, olah raga yang diikuti dengan cara kontak langsung, atau karena adanya wabah yang berasal dari makanan.

Setiap dokter atau penyedia layanan kesehatan harus mempertimbangkan infeksi MRSA pada diagnosis bandingnya pada semua pasien dengan adanya gambaran infeksi kulit dan jaringan lunak (skin and soft tissue infection), atau manifestasi gejala lain dari infeksi staphylococcus yang disertai adanya factor risiko untuk terjadinya MRSA.

CDC menganjurkan agar tetap mempertimbangkan kemungkinan infeksi MRSA sebagai diagnosis banding  pada infeksi kulit dan jaringan lunak yang sesuai dengan infeksi S. Aureus, terutama yang purulen (berfluktuasi atau teraba kavitas berisi cairan, dengan bagian tengah kuning atau putih, ada pus yang mengalir keluar, atau pus dapat diaspirasi menggunakan jarum). Keluhan pasien berupa “gigitan serangga” perlu dicurigai sebagai infeksi MRSA.

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain kultur spesimen dari masing-masing infeksi. Bahan sediaan dapat diambil dari biopsi kulit atau pus, sputum, darah, dan urin.

Pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosis infeksi MRSA dilakukan dengan mengisolasi dan mengidentifikasi S. aureus dari pasien menggunakan pemeriksaan mikrobiologis standar (pertumbuhan biakan pada agar Baird-Parker dan hasil tes koagulase positif). Setelah S. aureus diisolasi, kemudian ia dikultur pada agar yang mengandung methicillin atau antibiotik lain. Jika S. Aureus tetap tumbuh dengan adanya methicillin, maka bakteri tersebut merupakan MRSA.

Cara yang lebih akurat untuk menentukan apakah S. aureus resisten terhadap methicillin adalah dengan identifikasi gen mecA atau PBP2a melalui PCR. Cara ini lebih cepat mengingat virulensi MRSA yang tinggi dengan tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi, sehingga memerlukan pengobatan secara cepat. Carrier MRSA atau orang yang terkolonisasi MRSA dapat dideteksi melalui usap kulit, lubang hidung (kemungkinan positif yang paling besar), atau tenggorok pada orang yang tanpa gejala. Hasil usapan kemudian juga dikultur.

Tabel faktor risiko untuk terjadinya MRSA

Faktor-faktor community-acquired atau tempat khusus

  • Kondisi tempat tinggal yang berdesakan  dan kumuh (penjara, barak militrer, penampungan)
  • Populasi (penduduk kepulauan pasifik, asli laska dan asli amerika)
  • KOntak olahraga (sepakbola, rugby, gulat)
  • Laki-laki  yang berhubungan seks dengan laki-laki
  • Berbagi handuk, alatolahraga dan barang-barang pribadi
  • Higiene personal yang buruk

Faktor-faktor hospital-acquired atau tradisional

  • Perawatan di rumah sakit sebelumnya (dalam satu tahun terakhir)
  • Dilakukan operasi sebelumnya (rawat inap atau rawat jalan dalam satu tahun terakhir)
  • Riwayat abses yang recuren dalam keluarga atau yang tinggal bersama
  • Secara laboratorium terbukti pernah ada kasus MRSA dalam keluarga atau pada orang yang tinggal bersama
  • Tinggal di fasilitas perawatan jangka lama atau kontak dengan penghuninya berkali-kali
  • Pengguna obat intravena
  • Terpasang kateter
  • Kondisi medis (misalnya; diabetes, HIV, dan gagal ginjal

Sumber : Navy Enviromental Health Center, 2005.

Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus: Definisi dan Epidemiologis