Ethicaldigest

Asupan Gizi Pasien Kanker dan Manfaat Probiotik Untuk Cegah Kekambuhan

Peran nutrisi sangat penting dalam terapi kanker untuk menunjang proses penyembuhan kanker. Nutrisi tertentu, salah satunya probiotik diketahui efektif mencegah kekembuhan sel kanker.

Ada dua kanker yang perlu mendapat perhatian karena banyaknya kasus, yakni kanker kolorektal (usus besar; disebut juga kanker kolon) dan kanker payudara.

Yayasan Kanker Indonesia (YKI) menyebutkan kanker kolon adalah kanker 2 terbanyak untuk laki-laki dan ke 3 pada wanita. Sementara data GLOBOCAN 2020, memaparkan kanker payudara menyumbang 16,6% (65.858) dari total kasus baru kanker yang mencapai 396.914 di Indonesia.

Pasien kanker rentan mengalami kekurangan nutrisi. Antara lain ditandai dengan penurunan berat badan dan perubahan komposisi tubuh, termasuk kehilangan lemak dan massa otot. Proses ini bisa terjadi sebelum, selama atau setelah terapi kanker.

Pengobatan kanker seperti kemoterapi atau radiasi bisa menyebabkan beberapa efek samping termasuk diare, kelelahan, hilang nafsu makan, sembelit yang memicu penurunan nafsu makan lebih lanjut, mual dan muntah.

Gizi penting untuk penderita kanker

Ahli gizi menyatakan bahwa pasien kanker membutuhkan nutrisi 50% lebih banyak dari orang sehat. Kecukupan nutrisi sangat penting untuk membantu melawan efek samping pengobatan, meningkatkan energi, mempertahankan massa otot dan fungsi imunitas, serta mengurangi peradangan.

Bagi pasien kanker, jumlah dan jenis nutrisi yang dibutuhkan berbeda. Protein perlu ditambah untuk mengganti sel-sel yang rusak akibat terapi, dan menjaga massa otot yang menyusut. Rekomendasi terbaru menyarankan asupan protein yang lebih tinggi, yakni 1,2 – 1,5 g/kg berat badan per hari.

Pada pasien kanker kolon, riset di JAMA Oncology (2018) menyatakan hubungan terbalik antara konsumsi daging merah dan kematian di antara 992 pasien kanker kolon stadium III. Menunjukkan asupan protein yang lebih tinggi mungkin benar-benar bermanfaat untuk pasien kanker.

Sebagian ahli merekomendasi protein minim lemak seperti daging ayam atau ikan. Atau protein nabati, seperti lentil, kacang-kacangan, tahu, tempe, dll. Jika menginginkan daging merah, gunakan daging giling tanpa lemak atau apapun yang mengandung kata ‘Loin’, seperti sirloin atau tenderloin, daripada iga atau steak ribeye.

Menurut Dr. dr. Fiastuti Witjaksono, MS, SpGK, asupan lemak juga perlu ditambah. “Sel kanker hanya bisa menggunakan gula/karbohidrat sebagai sumber energi. Asupan lemak membuat sel normal tumbuh, sedangkan sel kanker tidak,” katanya.  

Pasien kanker perlu mengasup lemak 40% dari total kalori/hari. Utamakan (tambahkan) lemak tak jenuh, terutama omega-3. Ini adalah lemak sehat PUFA (poly-unsaturated fatty acid). Bisa didapatkan dari ikan berlemak (salmon, tuna, patin, dll), alpukat, dan kacang-kacangan.

Omega-3 “bersifat anti-inflamasi, meningkatkan sistem imun, anti katabolik, mengurangi pemecahan protein, lemak dan otot,” terang dr. Fiastuti. Katabolik adalah kondisi hilangnya lemak dan otot.

Studi di jurnal Nutrients (2019) menjelaskan bahwa omega-3 bermanfaat bagi pasien kanker selama masa pengobatan. Selain sebagai antiradang dan antinosiseptif (mampu menurunkan sansitivitas rangsang sakit), omega-3 bermanfaat untuk pasien kanker yang mengalami kaheksia (cachexia).

Kaheksia adalah sekumpulan gejala yang ditandai dengan anoreksia (tidak mau makan), penurunan berat badan, hilangnya massa otot, hingga disfungsi organ. Kaheksia menyebabkan pengobatan tidak optimal. Misalnya, luka operasi susah sembuh atau tumor sulit mengecil.

Jangan lupakan vitamin dan mineral. Dua komponen ini membantu proses enzimatik tubuh, yang berperan besar meningkatkan fungsi imun dan mengurangi peradangan. Sayur dan buah beraneka warna adalah sumber vitamin dan mineral yang baik.

Pigmen alami buah dan sayur mengandung zat anti-inflamasi dan bersifat antioksidan. Pada buah bit merah (Beta vulgaris) misalnya, pigmen berwarna merah ungu pada buah bit, berasal dari kandungan zat betacyanin dan betaxanthin. Riset Alfawal et al, menunjukkan bila ekstrak buah bit mampu membunuh sel-sel kanker. Aktivitas penghambatan terhadap sel karsinoma usus besar terdeteksi melalui percobaan in vitro ini.  

Sayur pilih yang berdaun hijau. Buku ‘Breas Cancer-What Every Woman Should Know’ menjelaskan, sayuran yang bersifat antikanker adalah yang mengandung vitamin A dan C, seperti brokoli, sawi hijau, bayam, selada air, bit, asparagus atau wortel. Batasi konsumsi kangkung, karena dapat mengurangi efektivitas obat.

Probiotik mencegah kekambuhan

Konsumsi makanan atau minuman sumber probiotik (bakteri baik) juga terbukti bermanfaat untuk pasien kanker.

Menariknya, mikrobiota usus ini ternyata dapat memengaruhi tingkat inflamasi di seluruh tubuh, tidak hanya di usus. Caiyun Xuan, et al, menyatakan dysbiosis (ketidakseimbangan antara probiotik dan bakteri patogen usus) berhubungan dengan kanker payudara.

Salah satu bakteri baik yang diketahui bermanfaat dalam pencegahan kanker payudara adalah Lactobacillus casei Shirota (LcS). Masakazu Toi, dkk (2013) mengevaluasi efek minuman susu fermentasi mengandung LcS sejak remaja, terhadap kanker payudara.

Penelitian dilakukan berdasar studi populasi pada perempuan Jepang dengan rentang usia 40-55 tahun. Dilakukan analisa terhadap 306 kasus kanker payudara dan 662 perempuan tanpa kanker payudara. Ditemukan, konsumsi LcS secara rutin sejak remaja, berbanding terbalik dengan insiden kanker payudara.

Untuk kasus kanker kolorektal (usus besar dan rektum), Ishikawa, dkk (2005) meneliti manfaat pemberian serat dan minuman susu fermentasi mengandung LcS, terhadap kekambuhan tumor kolorektal. Penelitian melibatkan 398 orang, yang memiliki 2 tumor kolorektal atau lebih, tapi sudah diangkat.

Hasilnya, LcS tampak menekan perkembangan atau mencegah kambuhnya tumor kolorektal secara signifikan. Terutama untuk tumor atipia sedang dan berat. Atipia berarti sel tidak normal tapi bukan sel kanker. Sel-sel atipia bisa menjadi kanker di kemudian hari, atau meningkatkan risiko kanker.

Dalam publikasinya, Ishikawa, dkk (2005) dan Masakazu Toi, dkk (2013) menyebutkan bahwa ada beberapa mekanisme yang memungkinkan LcS dapat membantu menurunkan risiko kanker, misalnya dengan menyeimbangkan komposisi mikroflora usus kearah yang menyehatkan serta membantu meningkatkan aktivitas sel NK (natural killer), yang bertugas membasmi sel kanker itu sendiri. (jie)

Materi Webinar Ahli Gizi 26 Agustus 2023

Ilustrasi: Freepik.com