Ethicaldigest

Faktor Determinan Hepatocellular Carcinoma 2

Agent

  1. Sirosis Hati

“Sirosis hati merupakan faktor risiko utama kanker hati di dunia dan melatarbelakangi lebih dari 80% kasus kanker hati,” jelas dr. Rino. Setiap tahun, 3-5% dari pasien sirosis hati akan menderita kanker hati, dan kanker hati merupakan  salah satu penyebab kematian pada sirosis hati. Pada tahun 2002, PMR sirosis hati di dunia 1,7%. Waktu yang dibutuhkan dari sirosis hati untuk berkembang menjadi kanker hati sekitar 3 tahun.

Konsumsi alkohol merupakan salah satu faktor risiko terjadinya sirosis hati. Penggunaan alkohol sebagai minuman, saat ini meningkat di masyarakat. Peminum berat alkohol (>50-70 gr/ hari dan berlangsung lama) berisiko menderita kanker hati melalui sirosis hati alkoholik. Mekanisme penyakit hati akibat konsumsi alkohol masih belum pasti. Diperkirakan, sel hati mengalami fibrosis dan destruksi protein yang berkepanjangan akibat metabolisme alkohol yang menghasilkan acetaldehyde. Fibrosis yang terjadi merangsang pembentukan kolagen. Regenenerasi sel tetap terjadi, tetapi tidak dapat mengimbangi kerusakan sel. Penimbunan kolagen terus berlanjut, ukuran hati mengecil, berbenjol-benjol dan mengeras sehingga terjadi sirosis hati.

Sirosis hati dijumpai di seluruh negara, tetapi kejadiannya berbeda-beda di setiap negara. Di negara Barat etiologi sirosis hati tersering akibat alkohol. Menurut penelitian Coon dan kawan-kawan tahun 2008 di Nottingham dengan desain cohort, RR pada peminum alkohol 2,34 untuk terkena kanker hati, RR HBV yaitu 6,41  dan RR HCV yaitu  1,39. Sedangkan di Indonesia terutama akibat infeksi virus hepatitis B dan C.

Virus hepatitis B menyebabkan sirosis hati 40-50%, virus hepatitis C 30-40% dan 10-20% penyebabnya tidak diketahui. Menurut penelitian Rasyid tahun 2006 di Medan dengan menggunakan desain case series,  pada 483 penderita kanker hati ditemukan 232 orang (63%) menderita sirosis hati, 91 orang hepatitis B (25%) dan 44 orang (12%) hepatitis C, dengan jumlah seluruhnya  367 orang (76%). Sedangkan 116 orang lagi (24%) tidak berhubungan sama sekali dengan sirosis hati, hepatitis B atau hepatitis C.

  • Hepatit is B dan C

Hubungan antara infeksi  HBV  dan  HCV  dengan timbulnya kanker hati, telah dibuktikan dalam berbagai literatur. Greten dan kawan-kawan di Jerman menemukan pada 389 penderita kanker hati tahun 1998-2003; penderita pria 309 orang (79,43%) dan wanita 80 orang (20,57%). Penderita dengan riwayat penyakit sebelumnya hepatitis B, 57 orang (14,6%) dan hepatitis C 78 orang (20,05%), hepatitis B dan C 7  orang, hemokromatosis 17 orang (4,37%), dan sisanya tidak  berhubungan dengan riwayat penyakit sebelumnya. Menurut penelitian  Nouso  dan kawan-kawan tahun 2008 di Jepang dengan desain cohort, RR penderita hepatitis C untuk terkena kanker hati 0,96 sedangkan RR penderita hepatitis B adalah 1,1.

Karsinogenisitas HBV dan HCV pada hati, terjadi melalui proses inisiasi, promosi dan progresi. Inisiasi diawali dengan integrasi virus hepatitis ke dalam hepatosit, yang menimbulkan kelainan kromosom sehingga mengubah sifat-sifat asli hati dan menghambat aktivitas sel penekan tumor. Virus  hepatitis terintegrasi meluas ke sel hati karena sudah kebal terhadap respon imunitas. Pada tahap promosi, terjadi proses nekrosis dan kematian sel akibat dari aktifitas virus hepatitis yang diikuti regenerasi berulang kali. Pada tahap progresi, sel-sel telah mengalami transformasi keganasan dan mengalami replikasi lebih lanjut.

  • Aflatoksin

Aflatoksin B1 adalah zat racun yang dihasilkan jamur Aspergillus flavus. Sering ditemukan pada jenis polong-polongan yang sudah menghitam dan mengeriput, serta produk olahannya yang kadaluarsa  seperti    kacang tanah, kacang kedelai, keju dll. Aflatoksin terbentuk dalam makanan yang disimpan berbulan-bulan di lingkungan panas dan lembab. Mekanisme karsinogenisitas aflatoksin sehingga dapat  meningkatkan kejadian kanker hati,  yaitu dengan menghasilkan mutasi-mutasi gen, di mana mutasi gen tersebut bekerja menggangu fungsi penekan tumor.

Menurut penelitian Gameell dan kawan-kawan tahun 2009 di Mesir dengan menggunakan desain penelitian  case control,  terdapat korelasi positif antara kejadian kanker hati dengan kadar aflatoksin dalam tubuh (p<0,01), yaitu terjadi peningkatan kadar aflatoksin pada penderita kanker hati.

  • Hemokromatosis

Hemokromatosis adalah kelainan genetik yang diturunkan, yaitu kecenderungan untuk menyerap jumlah besi yang berlebihan dari makanan. Unsur-unsur beracun tersebut  akan terakumulasi dalam hati, sehingga menyebabkan kerusakan termasuk kanker hati. Kanker hati akan berkembang sampai 30% dari pasien-pasien dengan hemokromatis keturunan. Pasien yang mempunyai risiko yang paling besar, adalah hemokromatosis yang disertai sirosis hati. Pengangkatan efektif kelebihan besi (perawatan hemokromatosis) tidak akan mengurangi risiko menderita kanker hati, jika sudah disertai sirosis hati.

Environment Lingkungan fisik di Indonesia yang beriklim tropis,  ideal untuk suhu pertumbuhan jamur  Aspergillus flavus  penghasil aflatoksin, yang tumbuh  di tempat lembab dan panas. Lingkungan psikologis secara tidak langsung juga memberi andil dalam perkembangan penyakit kanker. Stress, tekanan dan konflik  dapat  menimbulkan kecemasan, insomnia, dan tidak nafsu makan, pada akhirnya menurunkan daya tahan tubuh sehingga penyakit mudah menyerang.