Ethicaldigest

Advancing Managemen of Nasal Disorders 3

Penelitian oleh Eulig J dan kawan-kawan, membandingkan lautan air laut isotonik dan hipertonik, melibatkan 60 pasien dengan sinusitis kronis dan diberikan terapi selam 14 hari. Hasilnya memperlihatkan, larutan air laut bermanfaat untuk terapi rinosinusitis kronis. Hipertonik terbukti lebih baik dari isotonic. Perubahan yang signifikan, secara statistic didapatkan setelah 4 hari untuk kongesti, terbangun pada malam hari setelah 6 hari, sakit kepala dan batuk setelah 11 hari. Kualitas hidup menunjukkan perbaikan pada gangguan tidur, ansietas, keluhan hidung, kesulitan tidur, sakit kepala dan frustasi. Larutan hipertonik memberikan efek lebih baik daripada isotonik.

Sebuah penelitian di Semarang, yang dilakukan Devia Arnita dan Riece Hariyati, mencoba melihat efektifitas pasca operasi ESS pada 34 pasien. Pasien dievaluasi pada hari ke-7 dan hari ke-14. Hasilnya memperlihatkan, irigasi nasal melembabkan membrane mukus, menurunkan krust dan meningkatkan proses penyembuhan luka. Di hari 14, terjadi penurunan keluhan, perbaikan tampilan endoskopi post operasi dan mendukung proses penyembuhan luka.

Dalam skor RSI, di hari ketujuh tampak tidak ada perbedaaan signifikan pada kelompok pertama dan kedua. Pada hari ke 14, terdapat perbaikan skor RSI rerata di mana pada kelompok yang diberi  irigasi nasal ada perbaikan yang lebih baik, dibanding kelompok yang tidak diberi irigasi nasal. Pada kelompok pertama, terdapat perbaikan yang signifikan.

Pada skor rerata endoskopi, juga terdapat perbaikan pada hari ke-7 dan hari ke-14 setelah ESS. Sebagaimana terlihat pada grafik, kelompok dengan irigasi nasal lebih baik daripada kelompok tanpa irigasi nasal. Perbedaannya sangat signifikan.

Dalam sebuah penelitian oleh Shoseyof D dan kawan-kawan pada pasien anak dengan rinosinusitis kronis, larutan hipertonik dan isotonic diperbandingkan. Sebanyak 35 anak berusia 3-16 tahun diobati dengan larutan isotonik atau hipertonik selama 4 minggu. Hasilnya menunjukkan, kelompok yang diberi larutan hipertonik  mengalami perbaikan pada skor batuk (dari 3,6+0,51 menjadi 1,6+0,74), sekresi nasal (dari 2,86+0,35 menjadi 1,6+0,74)dan skor radiologi (dari 8,06+1,28 menjadi 2,66+1,04). Pada kelompok yang diberi larutan isotonik, perbaikan signifikan hanya pada skor PND (sekresi nasal). Sementara skor batuk dan radiologi, tidak berbeda secara signifikan.

Berbicara mengenai air laut yang digunakan dalam pembuatan cairan irigasi, air Laut Mati merupakan laut paling asin, dengan kandungan utama magnesium, Ca, Br, Potassium, Na, Sulfate dan karbonat. Mg memiliki persentase paling besar, yaitu 35%. Air Laut Mati dapat mengobati kelainan kulit membandel, psoriasis, eksim dan asma. Dari sini bisa disimpulkan bahwa garam dan mineral yang dikandungnya memiliki efek anti inflamasi.

Ada beberapa penelitian membandingkan larutan garam dari Laut Mati, dengan larutan garam hipertonik untuk rinosinusitis. Ternyata, larutan garam dari Laut Mati lebih baik dari larutan hipertonik biasa. Larutan hipertonik biasa efektif, tetapi punya efek proinflamasi. Juga dapat menginduksi mukus dan menyebabkan hipersekresi. Sementara, lauran garam dari Laut Mati punya efek anti inflamasi. Ini merupakan kelebihan larutan garam Laut Mati dibanding larutan hipertonik.

Ada penelitian yang membandingkan semprotan (spray) larutan garam air Laut Mati hipertonik  dan semprotan triamsinolon intranasal, pada rhinitis alergika musiman. Penelitian dilakukan terhadap 15 pasien. Hasilnya memperlihatkan, steroid nasal efektif pada rinistis alergika moderat sampai berat. Sedangkan larutan garam air Laut Mati, efektif pada yang ringan sampai moderat, dengan gejala hidung dan mata.

Kesimpulannya, sifat hipertonik larutan garam air Laut Mati memiliki efek positif pada fisiologi mukosa hidung akibat klirens mukosiliari. Magnesium sebagai kation dominan pada laruitan garam air Laut Mati memiliki efek anti inflamasi pada mukosa hidung dan meningkatkan respon sistim imun.

Satu penelitian oleh Friedman M memperlihatkan, kedua kelompok yang diberi larutan garam Laut Mati dan larutan garam hipertonik, memiliki gejala dan skor RQLQ yang sama sebelum pengobatan dan mengalami perbaikan signifikan setelah pengobatan. Pasien yang mendapat larutan garam air Laut Mati mengalami pengurangan gejala yang lebih baik secara signifikan, dan hanya kelompok larutan garam air Laut Mati yang menunjukkan perbaikan skor RQLQ.

Laporan dari Itali mengungkap bahwa larutan hipertonik intranasal, bermanfaat menurunkan jumlah penggunaan antihistamin pada populasi pediatric dengan rhinitis alergika musiman. Sampai saat ini, belum ada penelitian yang dipublikasikan berkenaan efek larutan hipertonik sebagai monoterapi terhadap rinistis alergika musiman.

Lalu, kapan dan seberapa sering melakukan irigasi nasal? Walau irigasi nasal penting dan bermanfaat untuk kesehatan nasal secara keseluruhan, melakukannya terlalu sering dapat berefek negative. Dianjurkan melakukan Irigasi nasal 1-2 kali perhari. Lebih sering dari itu dapat menyebabkan kekeringan dan iritasi pada saluran nasal. Mengenai kapan waktu yang tepat, beberapa orang senang melakukannya sebelum tidur, pada pagi hari atau keduanya.

Advancing Managemen of Nasal Disorders 2