Ethicaldigest

Disfungsi Barrier Kulit pada DA 2

Peningkatan aktivitas SP, yang dicapai melalui berbagai mekanisme, dapat merusak fungsi barrier melalui percepatan degradasi perlekatan interseluler dan degradasi enzim penghasil lipid. Degradasi yang dimediasi SP pada ezim-enzim ini, akhirnya menyebabkan kegagalan menghasilkan seramid—lipid terbanyak pada stratum corneum normal—dan penurunan seramid. Keduanya merupakan karakteristik abnormalitas dermatitis atopik.

Peningkatan aktifitas SP, juga memicu abnormalitas barrier pada dermatitis atopik setidaknya melalui 3 mekanisme: 1) SP berlebihan mendownregulasi sekresi ipid, yang merupakan karakteristik abnormalitas lain pada dermatitis atopik, yaitu penurunan lipid stratum corneum. 2) SP mengaktifkan dan melepaskan signaling molecules (sitokin), yang secara normal terlepas dari permukaan kulit. Tapi, pada dermatitis atopik, sitokin ini dilepaskan, menginisiasi kaskade sitokin, yang mengakibatkan peradangan.  3) SP tertentu (terutama kallikrein 5 [klk 5]) secara langsung menstimulasi peradangan dengan Th2  dominan, suatu karakteristik dermatitis atopik. Karenanya, peningkatan aktivitas SP saja dapat menginduksi abnormalitas pada dermatitis atopik.    

Hubungan defisiensi Filaggrin dan disfungsi barrier pada dermatitis atopik

Walau defisiensi FLG memicu abnormalitas pada permeabilitas barrier, seberapa besar pengaruh hilangnya FLG (protein intraseluler) menyebabkan abnormalitas pada permeabilitas barrier (kelainan ekstraseluler), masih belum jelas. Selama transisi mendadak dari lapisan sel granular pada korneosit, FLG secara proteolitik didegradasi menjadi asam amino. Lebih lanjut, mengalami deaminasi menjadi asam polikarbonik yang sangat asam, yang secara kolektif disebut natural moisturizing factor (NMF).

Metabolit-metabolit ini menarik air ke dalam korneosit. Karenanya, metabolit-metabolit ini berperan besar dalam menjaga kadar air dalam korneosit. Sebab itu, satu akibat langsung dari defisiensi FLG pada dermatitis atopik adalah penurunan kadar air dalam stratum corneum, menyebabkan penurunan kadar air yang signifikan, dibanding dalam keadaan normal. Meski demikian, penurunan kadar air pada stratum corneum saja tidak dapat menjelaskan peningkatan penetrasi antigen. Meningkatnya penetrasi antigen lebih disebabkan penurunan produksi metabolit NMF yang sangat asam.

Bahkan, penurunan produksi FLG dapat menyebabkan peningkatan keasaman SC. Cukup untuk meningkatkan aktivitas multiple SP pada stratum corneum. Keasaman seperti ini menginduksi peningkatan aktivitas SP, yang jika berkepanjangan dapat mempercepat kerusakan struktur barrier kulit, dan menyebabkan gangguan fungsi barrier kulit. Kondisi ini memudahkan terjadinya kolonisasi oleh mikroba patogenik seperti S. aureus.

Disfungsi Barrier Kulit pada DA 1