Ethicaldigest

Manajemen Luka Diabetes 3

Untuk mengontrol luka, kondisi luka perlu dievaluasi secara rutin, melakukan debridement, baik melalui operasi, otolitik, kimia, enzimatik atau mekanis. Untuk mempercepat proses penyembuhan luka, dapat dilakukan wound bed preparation diikuti penggunaan dressing. Dapat juga menggunakan teknologi adjuctive /advance, terutama pada kasus-kasus yang tidak memiliki respons terhadap pengobatan sebelumnya.

Dalam wound bed preparation, harus dilakukan debridement/nekrotomi untuk membuang jaringan nekrosis pada luka sebanyak mungkin. Di sini, lapisan biofilm atau bioburden, yang biasanya menutupi permukaan luka yang berwarna putih atau kekuningan harus dibuang. Menurut dr. Vera, jika tidak dibuang akan mengganggu proses granulasi. Langkah selanjutnya adalah melakukan managemen eksudat. “Jangan sampai eksudat yang ada berlebihan, sehingga menyebabkan kulit yang tadinya sehat kemudian mengalami maserasi,” tambahnya. Di sini, proses epitelisasi harus berjalan optimal. Jika proses ini terganggu, masa penyembuhan luka menjadi lama.

Selain wound bed preparation, hal penting yang harus dilakukan dokter adalah penggunaan dressing. Dressing adalah pembalut luka, yang bisa dibagi menjadi dua kelolmpok yaitu; dressing conservative dan dressing modern. Dressing conservative untuk penutupan luka yang bisa digunakan adalah kasa biasa, dengan tambahan NaCL. Sementara dressing modern adalah pembalut yang menggunakan bahan-bahan tertentu untuk membantu proses healing, dan biasanya sudah mengandung antiseptic. Dressing modern terbuat dari bahan yang dapat menyerap cairan luka lebih banyak, dibandingkan dengan kasa biasa pada dressing conservative. “Dressing modern tertentu juga dilengkapi  lapisan tertentu, untuk menjaga jangan sampai epitel yang sudah tumbuh terangkat lagi oleh pembalut yang kita gunakan,” jelasnya.

Dressing pada kondisi luka

Masing-masing kondisi luka membutuhkan dressing yang berbeda, sesuai  kebutuhan. Untuk luka nekrotik dengan jaringan yang keras berwana hitam, dressing yang digunakan sebagai primary dressing adalah otolitik debridement. Otolitik debridement merupakan bahan yang berfungsi melunakkan jaringan nekrotik, menggunakan hydrogel.

Sebuah penelitian dilakukan dr. Made Agus Dwianthara Sueta. Tujuan penelitian  adalah untuk menilai efektivitas Sanoskin Melladerm Plus, dibandingkan NaCl 0,9% (standar) dalam penyembuhan ulkus diabetik berat 2 minggu sesudah debridemen.

Penelitian ini merupakan penelitian uji klinis yang dilakukan pada penderita ulkus diabetik Wagner ≥ 3. Subjek penelitian ditentukan dengan consekutive. Untuk menentukan beratnya ulkus, digunakan klasifikasi Wagner.

Penelitian mengikut sertakan setidaknya 36 sampel, yang dibagi menjadi  2 kelompok dengan jumlah yang sama. Kelompok kontrol (standar), perawatan luka menggunakan NaCl 0.9%, dan kelompok perlakuan perawatan luka menggunakan Sanoskin Melladerm Plus. Bila dilihat dari karekteristik dasar penderita berdasarkan umur, derajat ulkus, kadar gula darah rerata, kadar WBC rerata, kadar Albumin rerata, dan kadar Hb rerata, tidak bermakna pada kedua kelompok.

Pengaruh perawatan luka dengan Sanoskin Melladerm Plus dibandingkan kontrol terhadap pertumbuhan kuman 2 minggu pasca perawatan luka, didapatkan pertumbuhan kuman 13 (72,2%) pada kontrol dan 4 (22,2%) pada Sanoskin Melladerm Plus (p<0.05, uji Chi Square). Pada epitelialisasi didapatkan, hasil pada kontrol 2,7 ± 0,34 cm, dan pada Sanoskin Melladerm Plus 3,72 ± 0,5 cm (p<0,01; uji Mann-Whitney U). Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan, terdapat perbedaan yang bermakna pertumbuhan kuman pada perawatan ulkus diabetik menggunakan Sanoskin Melladerm Plus, dibandingkan dengan terapi standar. Perawatan ulkus diabetik berat mempergunakan Sanoskin Melladerm Plus, juga menunjukkan adanya percepatan epitelialisasi dibandingkan dengan perawatan standar. Dapat disimpulkan, Sanoskin Melladerm Plus mempercepat epitelialisasi dan menekan pertumbuhan kuman pada ulkus diabetik berat 2 minggu pasca debridemen, dibandingkan NaCl 0.9%.

Jika luka nekrotik sudah lunak, selanjutnya luka dibersihkan atau jaringan nekrotik diangkat menggunakan pinset atau gunting steril. Jika jaringan nekrotiknya tebal mungkin membutuhkan waktu lebih lama, tapi nekrotik biasa bisa lunak dan diangkat dalam 5-6 jam.

Untuk luka epitelialisasi, prinsip penanganan adalah dengan menjaga kelembaban luka. Pada luka seperti ini, dapat digunakan hydrocolloid yang transparan, yang berfungsi menjaga kelembaban luka. Produk ini tidak memerlukan tambahan fiksasi, sebab sudah memiliki pelekat. Hydrocolloid juga bisa digunakan untuk luka baru, seperti luka karena jatuh akibat bermain bola atau kena knalpot kendaraan bermotor.

Selain pemakaian dressing, hal lain yang harus diperhatikan adalah kontrol mekanik. Prinsipnya adalah dengan mengurangi beban tekanan pada daerah luka. Baik dengan bed rest, menggunakan kursi roda atau bantuan tongkat, serta melakukan diet untuk menjaga agar luka tidak terbebani berat badan. Hal lain yang tidak boleh dilupakan adalah melakukan kontrol glikemik pada pasien, karena hiperglikemi akan menghambat proses penyembuhan luka, menghambat growth factor, sintesis kalogen, dan aktivitas fibroblast yang berperan dalam proses penyembuhan.

Terakhir adalah melakukan kontrol vaskuler. Karena, meski semua tahap sudah dilakukan, bila vaskularisasi pasien masih jelek, proses penyembuhan tidak akan terjadi. Gangguan vascular akan menghambat aliran darah ke daerah luka. Sementara pada kondisi luka kaki diabetes, kebutuhan oksigen meningkat sampai 7 kali lipat dari kondisi normal, sehingga vaskularisasi memiliki peran penting.

Manajemen Luka Diabetes 2