Ethicaldigest

Defisiensi Nutrisi pada Penderita Hiperemesis Gravidarum

Defisiensi nutrisi menghantui wanita yang mengalami hiperemesis gravindarum. Ada anggapan bahwa hiperemesis gravidarum adalah suatu kondisi yang bersifat sementara. Akan pulih dengan sendirinya dan bayi dapat memenuhi kebutuhannya, serta tidak terkena dampaknya. Kenyataannya, defisiensi nutrisi sepanjang kehamilan akibat hiperemesis gravidarum, mempengaruhi ibu dan janin dalam kandungan.

“Ibu dapat mengalami ketoasidosis, yang akhirnya mempengaruhi bayi dalam kandungan,” ucap dr. Damar Pramusito Sp.OG(K). Ibu juga dapat mengalami dehidrasi, gangguan elektrolit, anemia dan sebagainya. Karena itu, mengembalihan cairan tubuh dan memenuhi kebutuhan nutrisi, penting bagi wanita dengan hiperemesis gravidarum.

Defisiensi vitamin

Defisiensi nutrisi, seperti vitamin tertentu dilaporkan dapat menyebabkan komplikasi pada janin dan/atau ibu. Vitamin tersebut antara lain thiamine dan vitamin K. Defisiensi thiamine pada hiperemesis gravidarum diketahui dapat menyebabkan Wernicke’s Encephalopathy (atau beri-beri kering) dan beri-beri basah.

Gejala-gejala Wernicke’s Encephalopathy antara lain konfusio mental, ataksia dan gangguan okulomotor. Dalam satu publikasi oleh Chiossi dan kawan-kawan tahun 2006, ketiganya ditemukan pada 49% kasus terkait dengan hiperemesis gravidarum. Beri-beri basah menyebabkan gagal jantung dan edema periferal.

Wernike’s Encephalopathy adalah suatu komplikasi yang sangat serius. Dalam satu tinjauan terhadap 49 kasus oleh Chiossi dan kawan-kawan tahun 2006 terlihat, hanya 28% pasien yang mengalami perbaikan gejala. Kematian janin umum terjadi, dan angka kejadian keguguran terkait Wernicke’s encephalopathy dalam tinjauan yang sama adalah 48%.

Mencegah defisiensi thiamine penting dilakukan. Berdasar rekomendasi ACOG 2004, semua wanita dengan hiperemesis gravidarum yang memerlukan hidrasi intravena dan telah mengalami muntah selama lebih dari tiga minggu, perlu mendapat suplememtasi thiamine (100mg/hari intravena atau oral selama tiga hari). Thiamine harus diberikan sebelum pemberian cairan mengandung glukosa.

Karena Wernicke’s Encephalopathy telah dilaporkan terjadi pada pasien yang mengalami muntah selama 2 minggu, sebaiknya thiamine diberikan lebih dini. Defisiensi vitamin K juga dilaporkan terjadi pada wanita dengan hiperemesis gravidarum, dan dilaporkan memberikan efek pada ibu dan janin.

Tahun 2009, Devignes dan kawan-kawan melaporkan terjadinya perdarahan mukokutaneous maternal dan epistaksis. Perdarahan janin dapat terjadi, bahkan ketika sistim koagulasi ibu hamil tampak normal, dan dapat berdampak serius. Tahun 2009, Eventov-Friedman, Klinger dan  Shinwell  melaporkan kasus perdarahan intrakranial akibat defisiensi vitamin K di minggu 32 hiperemesis. Defisiensi vitamin K juga dapat menyebabkan sindrom Binder, suatu anomali tulang fasial dan anggota gerak.

Wanita dengan hiperemesis gravidarum yang tidak mendapat asupan makanan, perlu mendapat suplementasi vitamin K. Sebab, beberapa sediaan suplementasi multivitamin intravena tidak memasukkan vitamin K. Sejumlah laporan menyatakan bahwa pasien dengan hiperemesis gravidarum  yang disertai defisiensi vitamin K memiliki outcome yang buruk, walau mendapat nutrisiparenteral dan suplementasi multivitamin secara intravena.

Jika suplementasi multivitamin yang didapatkan pasien melalui intravena tidak mengandung vitamin K, maka vitamin K harus diberikan secara intramuskular. Belum ada laporan manfaat suplementasi vitamin K pada pasien yang mendapat asupan makanan. Meski demikian, terbatasnya kadar vitamin K pada beberapa jenis makanan, dapat menyebabkan defisiensi vitamin K. Dan, wanita dengan pola makan yang mengandung vitamin K sangat terbatas bisa mendapat manfaat dari suplementasi vitamin K.

Asupan kalori

Efek penurunan asupan nutrisi, dapat dilihat dari penelitian longitudinal ekstensif yang dilakukan terhadap penderita kelaparan di Belanda tahun 1944-1945. Sekelompok bayi yang hanya mendapat kalori 400-800 kalori/hari, dipelajari untuk melihat efeknya saat remaja.

Sebagian besar wanita dengan hiperemesis gravidarum akan mengalami restriksi kalori seberat ini, atau lebih buruk, selama beberapa bulan kehamilan. Satu pelajaran penting dari penelitian-penelitian ini, efek akan terlihat jika pasien mengalami restriksi kalori selama tiga trimester.

Stein dan Susser tahun 1975 mengatakan dalam publikasinya bahwa restriksi kalori di trimester ketiga, dihubungkan dengan penurunan berat lahir, panjang lahir dan lingkar kepala. Sementara Roseboom dan kawan-kawan tahun 2006 mengatakan, restriksi kalori di awal masa gestasi menyebabkan peningkatan penyakit jantung koroner, gangguan bekuan darah, peningkatan kadar lipid, obesitas dan kanker payudara.

Sedangkan peningkatan insiden penyakit obstruksi saluran nafas dan mikroalbuminuria, dihubungkan dengan restriksi kalori di pertengahan masa gestasi. Kyle dan Pichard rahun 2006 melaporkan, restriksi kalori meningkatkan risiko skizofrenia dan personalitas antisosial. Gangguan afektif juga telah dilaporkan.