Ethicaldigest

Kombinasi Kostikosteroid – Vitamin D Analog untuk Psoriasis

Konsorsium Hari Psoriasis Sedunia memperkirakan, sekitar 125 juta orang di seluruh dunia, atau 2-3% dari total populasi, terkena psoriasis. Penyakit inflamasi kronik yang bermanifestasi di kulit ini, ditengarai bermula dari respon imun yang tidak terkontrol. Sel-sel kulit yang normal­nya memiliki siklus hidup sekitar 28 hari, pada psoriasis berlangsung hanya  bebe­rapa hari. Sementara itu, tubuh tidak cukup cepat untuk meluruhkan kulit yang begitu cepat terbentuk. Akhirnya sel-sel kulit menumpuk di permukaan kulit, mem­bentuk ‘plak’. Pertumbuhan kulit yang berlebihan dan inflamasi, merupakan dua karkteristik utama psoriasis.

Keluhan gatal, nyeri dan sensasi seperti terbakar, serta dampak psikososial yang terjadi akibat lesi yang tampak bersisik, dapat menurunkan kualitas hidup pasien. Sebagian besar jenis psoriasis berlangsung dalam siklus; kambuh selama beberapa minggu atau bulan, kemudian hilang sementara waktu. Ada pula yang remisi sepenuhnya.

Sebagian psoriasis juga melibatkan dampak sistemik pada tubuh, tak sekadar di kulit. Karenanya, psoriasis tertentu membutuhkan pengobatan sistemik. Untuk mengatasi keluhan di kulit, diperlu­kan obat topical. Kortikosteroid topikal dan vitamin D analog termasuk dua bahan yang sering digunakan, dalam pengo­bat­an psoriasis ringan-sedang.

Kortikosteroid topikal seperti beta­me­tha­sone dipropionate berperan mengu­rangi inflamasi, sehingga keluhan gatal, bengkak, dan kemerahan bisa berkurang. Salep yang mengandung kortikosteroid ringan, biasanya direkomendasikan untuk area yang sensitif seperti wajah dan lipatan kulit, serta untuk mengatasi lesi psoriasis yang tersebar luas. Untuk area yang kurang sensitif, lebih kecil, dan lebih sulit diobati, bisa digunakan kortikos­teroid yang lebih kuat.

Vitamin D analog seperti calciptriol, membantu memperlambat pertumbuhan sel kulit. Salep yang mengandung zat ini bisa digunakan untuk mengatasi psoriasis ringan-sedang, dan bisa digunakan bersama pengobatan lain.

Kaufmann R, dkk (Dermatology, 2002) membandingkan efektivitas salep kombi­nasi betamethasone dipropionate dan calciptriol, salep betamethasone dipro­pio­nate, salep calciptriol, dan salep pem­bawa (vehicle). Sebanyak 1.603 pasien psoriasis vulgaris dipilih secara acak, dibagi dalam empat kelompok pengobatan tersamar ganda, yang digunakan satu kali sehari selama empat minggu.

Hasilnya, perubahan persentase PASI (psoriasis area severity index) di akhir pengobatan, yakni: -71,3 (kombinasi), -57,2 (betamethasone dipropionate), -46,1 (calciptriol), dan -22,7 (pembawa). Rerata perbedaan kombinasi dikurang betame­tha­sone yakni -14,2; kombinasi minus calciptriol -25,3; dan kombinasi minus pembawa -48,3. Sebanyak 6% pasien di kelompok kombinasi melaporkan efek samping lokal, dibandingkan 4,9% pada kelompok betamethasone, 11,4% calci­po­triol, dan 13,6% pembawa. Disimpulkan,  kombinasi betamethasone dipropionate/calcipotriol bisa ditoleransi dengan baik, dan lebih efektif ketimbang salep dengan zat aktif tunggal.

Adapun studi oleh Kragballe K, dkk (the British Journal of Dermatology, 2006) meneliti keamanan salep kombinasi be­tamethasone dipropionate/calcipo­triol, pada 634 pasien psoriasis selama 52 ming­gu. Mereka secara acak dibagi men­jadi tiga kelompok: (i) 52 minggu dengan produk yang mengadung kedua zat aktif (kelompok dua komponen); (ii) 52 minggu dengan 4 minggu bergantian antara produk yang mengandung dua komponen dengan calcipotriol (kelompok alternatif); atau (iii) 4 minggu dengan produk dua komponen diikuti 48 minggu dengan cal­cipotriol (kelompok calcipotriol). Obat digunakan sekali sehari saat dibutuhkan.

Hasilnya, reaksi efek samping terjadi pada 45 pasien (21,7%) di kelompok dua komponen, 63 (29,6%) di kelompok alter­natif, dan 78 (37,9%) di kelompok calcipo­triol. Disimpulkan, pengobatan dengan produk yang mengandung kedua kompo­nen selama 52 minggu aman dan bisa dito­leransi dengan baik, bila digunakan sen­diri atau bergantian tiap 4 minggu dengan calcipotriol.

Mengingat psoriasis adalah penyakit kronis, pengobatan berlangsung lama, sehingga harus dipertimbangkan keaman­annya. Dalam jangka panjang, kortikos­te­roid topikal bisa menyebabkan penipis­an kulit, serta berkurang kemampuannya. Ditengarai, salep yang mengandung kortikosteroid, sebaiknya digunakan dalam pengobatan jangka pendek; hanya ketika psoriasis kambuh. (nid)