Kalsium berperan penting dalam kesehatan. “Ion kalsium berperan penting dalam vasodilatasi dan vasokontriksi, yang terjadi dalam suatu keseimbangan. Jika terjadi gangguan keseimbangan, akan terjadi gangguan pada sistim kardiovaskuler, seperti hipertensi, penyakit jantung iskemik dan aterosklerosis,” kata dr. Hananto Andriantoro, Sp.JP, dari RS Jantung Harapan Kita.
Saat ion kalsium masuk ke dalam sel, ada asam amino yang menjaga supaya berikatan dengan camodulin, agar ion kalsium menjadi aktif. Camodulin akan melepas eNOS dari calveolin. Setelah eNOS terlepas, akan bertemu arginin dan menghasilkan NO. Setelah vasodilatasi dirasa cukup, eNOS akan berikatan lagi dengan caveolin, menyebabkan vasokontriksi. Ini terjadi dalam suatu keseimbangan.
Banyak peran ion kalsium dalam tubuh, yaitu dalam transport lipoprotein, adhesi leukosit, proliferasi otot halus vaskuler dan agregasi platelet. Kalau ada gangguan hemostasis kalsium, semua bisa terganggu terutama proses aterosklerosis. Atas dasar ini, para ahli menggunakan calcium channel blocker (CCB) dalam pengobatan hipertensi.
Pengalaman dokter dan penelitian penggunaan amlodipin sudah banyak dilakukan. Amlodipin merupakan obat calcium channel blocker (CCB) golongan dihydropiridin. Antihipertensi golongan dihidropiridin memiliki selektivitas yang tinggi, pada otot polos pembuluh darah dibanding otot jantung, sehingga memiliki selektivitas vaskular.
Amlodipin memiliki durasi kerja yang lama, dan mencapai kadar puncak 6-12 jam setelah konsumsi. Waktu paruh eliminasi amlodipin adalah 35-48 jam, dapat meningkat dengan pemakaian kronik. Dengan waktu paruh yang cukup panjang, amlodipin dapat dikonsumsi sekali sehari, sehingga dapat meningkatkan kepatuhan pasien.
Penelitian lain yang mempelajari efek penurunan tekanan darah dari amlodipin, adalah penelitian ALLHAT (Antihypertensive and Lipid-Lowering Treatment to Prevent Heart Attack Trial). Ini studi yang sangat besar, melibatkan 42.418 pasien hipertensi risiko tinggi berumur >55 tahun. Uji acak buta ganda ini melibatkan pasien dengan hipertensi derajat 1 dan 2, ditambah setidaknya satu faktor risiko penyakit jantung koroner.
Hasil penelitian menunjukkan, amlodipin memberikan hasil yang sebanding dengan obat lain seperti diuretik dan ACE-inhibitor, dalam kejadian penyakit jantung fatal dan nonfatal. Selain itu, terjadi penurunan angka diabetes pada kelompok amlodipin. Namun terdapat peningkatan angka gagal jantung, pada kelompok amlodipin.
Penelitian oleh Packer M dan kawan-kawan, melibatkan 1153 pasien gagal jantung kronik menunjukkan, pada pasien dengan kardiomiopati iskemik, pemberian amlodipin memberi penurunan risiko sebesar 31% untuk kejadian fatal dan nonfatal (P=0,04), dan memberi penurunan risiko mortalitas 46% (P<0,001).
Penelitian ASCOT juga mendokumentasikan manfaat amlodipin, untuk proteksi kardiovaskular (dikombinasikan dengan ACE-inhibitor). Amlodipin dapat dipilih untuk pasien usia lanjut. Pada populasi hipertensi usia lanjut terdapat atrofi dari makula densa, sehingga jenis hipertensi yang umumnya terjadi adalah hipertensi dengan kadar renin yang rendah. Berdasarkan hal ini, amlodipin merupakan pilihan yang baik untuk populasi hipertensi usia lanjut.
Amlodipin juga dapat digunakan pada penyakit jantung koroner. Salah satu penelitian yang mempelajari mengenai hal ini, adalah penelitian PREVENT. Penelitian ini melibatkan 825 pasien dengan penyakit jantung koroner, yang didokumentasikan pada angiografi dengan periode pemantauan selama 3 tahun. Berdasar penelitian ini, terjadi penurunan angka angina tidak stabil dan revaskularisasi pada kelompok amlodipin dibanding plasebo. Terdapat penurunan 31%, pada angka mortalitas dan morbiditas terkait kardiovaskular.
Pada penelitian CAMELOT, amlodipin diberikan selama 2 tahun kepada 663 pasien dengan penyakit jantung koroner secara angiografi. Amlodipin menurunkan kejadian kardiovaskular 31%, dibandingkan enalapril. Kedua obat ini memberi penurunan tekanan darah yang sama. Satu hal yang menarik, pemberian amlodipin dihubungkan dengan penurunan volume atheroma.
Efek samping yang umum dijumpai pada penggunaan amlodipin, terbatas pada edema perifer, keluhan pusing atau flushing. Penyesuaian dosis perlu dilakukan, misal pada individu dengan penyakit hati, orang lanjut usia dan gagal jantung. Waktu paruh yang panjang, toleransi yang baik dan minimnya interaksi obat, membuat amlodipin merupakan pilihan yang efektif sebagai antihipertensi. Beberapa studi juga mendokumentasikan kegunaan amlodipin, pada penyakit jantung koroner.