Ethicaldigest

Komplikasi Sirosis Hati, Mulai Edema Hingga Ensefalopati

Dengan semakin beratnya sirosis, terjadi penurunan aliran darah melalui vena portal, sehingga sirkulasi splaknik dan sistemik mengalami vasodilatasi. Proses ini mengirimkan sinyal ke ginjal untuk melakukan retensi garam dan air dalam tubuh, disertai aktivasi saraf simpatis ginjal yang menyebabkan penurunan aliran darah ke ginjal dan laju filtrasi glomerulus.

Pada keadaan lebih lanjut, air akhirnya akan mengumpul di tungkai bawah saat berdiri, kemudian dalam rongga abdomen antara dinding perut dan organ dalam. Kondisi ini disebut asites. Untuk membedakan penyebab asites dapat dilakukan pemeriksaan cairan asites, dengan SAAG (serum ascites albumin gradient ). Bila nilainya >1,1 g % penyebabnya nonperitoneal (hipertensi portal, hipoalbuminemia, dan sebagainya), bila < 1,1 g % karena penyakit peritoneum, atau eksudat.

Terdapat 4 tingkatan asites, yaitu:

  1. Hanya dapat dideteksi dengan pemeriksaan seksama
  2. Deteksi Iebih mudah, tapi biasanya jumlahnya hanya sedikit
  3. Tampak jelas tetapi tidak terasa keras
  4. Bila asites mulai terasa keras.

Komplikasi ini terjadi pada sekitar 10% pasien sirosis. Setelah asites terjadi, harapan hidup penderita dalam 5 tahun menurun sekitar 50%. Bahkan, ketika asites menjadi refrakter terhadap pengobatan, survival hanya 40-60% dalam 2 tahun. Tatalaksana yang dianjurkan adalah 100-150 mg spironolakton dan furosemid 20-40mg sekali sehari, dan membatasi konsumsi garam.

Spontaneus Bacterial Peritonitis (SBP)

Cairan dalam rongga perut, merupakan tempat ideal untuk pertumbuhan kuman. lnfeksi  perut dengan asites, disebut sebagai SBP atau peritonitis bakteri spontan. Ini diperkirakan akibat pertumbuhan bakteri berlebih, disertai translokasi melalui dinding usus yang permeabilitasnya meningkat. Dan, diperburuk dengan mekanisme pertahanan pasien yang terganggu. Bakteri yang utama adalah gram negatif, tetapi ditemukan beberapa penyebab lain, seperti Stafilokokus aureus (gram positif). Beberapa pasien tidak mempunyal keluhan sama sekali, sebagian mengeluh demam, menggigil, nyeri abdomen, rasa tidak enak di perut dan asites memburuk. Diagnosis SBP bisa ditegakkan, dengan menganalisa cairan asites. Jika ditemukan netrofil absolute >250/mm3, pasien dipastikan menderita SBP.

Sindrom Hepatorenal

Penurunan fungsi ginjal ini disebabkan penurunan aliran darah ke ginjal. Karena itu, disebut juga sebagai pre-renal acute kidney injury (AKI). Pada sirosis, hipertensi portal menyebabkan vasodilatasi splanknik dan sistemik, sehingga terjadi penurunan volume darah efektif (hipovolemi relatif) dan aktivasi sistem neurohumoral, yang meningkatkan retensi garam dan air. Ada dua subtipe sindrom ini: tipe 1 yaitu kadar kreatinin >2,5 mg/dL dalam waktu dua minggu, sedangkan tipe 2 serum kreatinin <1,5 mg/dL.

Perdarahan Varises Esofagus

Pada pasien sirosis, jaringan ikat dalam hati menghambat aliran darah dari usus yang kembali ke jantung. Kejadian ini dapat meningkatkan tekanan dalam vena porta (hipertensi portal). Hasilnya, vena-vena di bagian bawah esofagus dan bagian atas lambung akan melebar, sehinga timbul varises esofagus dan lambung. Makin tinggi tekanan protalnya, makin besar varisesnya, dan makin besar kemungkinan pasien mengalami perdarahan varises.

Perdarahan varises biasanya hebat. Tanpa pengobatan yang cepat, dapat berakibat fatal. Keluhan dapat berupa hematemesis (muntah darah) berwarna merah bercampur bekuan darah, atau seperti kopi, akibat efek asam lambung terhadap darah. Buang air besar berwarna hitam (melena), dan keluhan lemah disertai pusing saat berubah posisi. Walau belum jelas mekanismenya, pasien dengan perdarahan varises berisiko tinggi mengalami SBP.

Ensefalopati Hepatik

Definisinya adalah gangguan fungsi otak pada pasien penyakit hati, setelah eksklusi penyakit otak lainnya. Hal ini terjadi pada sekitar 45% pasien sirosis. Mekanisme terjadinya adalah karena sebagian protein, akan dicerna oleh bakteri normal usus. Hasil pencernaan sebagian akan terserap kembali ke dalam tubuh, salah satunya amonia yang berbahaya terhadap otak. Normalnya, bahan toksik yang terbawa dari usus melalui vena porta didetoksifikasi oleh hati. Pada sirosis, hal ini tidak terjadi karena beberapa hal, yaitu kerusakan sel hati dan beberapa bagian darah yang tidak dapat masuk ke hati, tetapi langsung ke vena lain (bypass).

Bila bahan toksik ini terkumpul cukup banyak, fungsi otak akan terganggu. Secara umum, ensefalopati hepatik terbagi menjadi tiga tipe, berdasar penyakit yang mendasari. Yaitu tipe A akibat gagal hati akut; tipe B akibat pintasan portosistemik tanpa sirosis; dan tipe C akibat penyakit hati kronik atau sirosis dengan atau tanpa pintasan porto-sistemik.

Bentuk subklinis EH (minimal EH) mengenai sekitar 50-80% pasien, dan tidak mudah  didiagnosis. Gangguan awal adalah defisit atensi dan gangguan koordinasi visuo-motor. Alat bantu diagnostik minimal EH yang dapat digunakan adalah PSEsyndrome test. Sedangkan diagnosis EH dapat menggunakan kriteria West-Haven yang masih menjadi standar.

Sirosis Hati, Patofisiologis, Diagnosis dan Penyebab