Ethicaldigest

Sirosis Hati, Patofisiologis, Diagnosis dan Penyebab

Di negara maju, sirosis hati (liver) merupakan penyebab kematian terbesar ketiga pada pasien berusia 45-46 tahun, setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker. Di dunia, sirosis menempati urutan ke tujuh penyebab kematian. Sekitar  25.000 orang meninggal setiap tahun akibat penyakit ini. Walau begitu, masih banyak penderita yang tidak terdiagnosa sampai kondisinya menjadi parah.

Hal itu karena gejala klinis pasien sulit untuk dikenali. Gejala klinis sirosis hati sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala sampai dengan gejala yang sangat jelas. Data dari negara maju menyebutkan, kasus sirosis hati yang datang berobat ke dokter hanya sekitar 30%. Sekitar 30% lainnya ditemukan secara kebetulan, ketika pasien berobat untuk penyakit lain. Sisanya ditemukan saat atopsi.

Istilah sirosis hati  diberikan oleh Laence (1819), yang berasal dari kata khirros  yang berarti kuning orange (orange yellow), karena perubahan warna pada nodul-nodul yang terbentuk. Pengertian sirosis hati dapat dikatakan sebagai suatu keadaan disorganisasi yang difusi dari struktur hati yang normal, akibat nodul regeneratif yang dikelilingi jaringan fibrosis.

Secara lengkap, sirosis hati adalah suatu penyakit di mana sirkulasi mikro, anatomi pembuluh darah besar dan seluruh sitem arsitektur hati, mengalami perubahan menjadi tidak teratur dan terjadi penambahan jaringan ikat (fibrosis) di sekitar parenkim hati yang mengalami regenerasi.

Patofisiologis Sirosis Hati

Fibrosis hati menggambarkan ketidakseimbangan antara produksi matriks ekstraseluler dan proses degradasinya. Matriks ekstraseluler terdiri dari jaringan kolagen, glikoprotein dan proteinoglikan. Sel-sel stelata dalam ruangan perisinusoidal, merupakan sel penting untuk memroduksi matriks ektraseluler. Sel ini dapat diaktifasi menjadi sel pembentuk kolagen, oleh berbagai faktor parakrin.

Sebagai contoh, peningkatan kadar TGF beta 1 terdapat pada pasien dengan hepatitis C kronis dan sirosis. Faktor ini akan merangsang sel stelata untuk memroduksi kolagen tipe 1. Deposisi kolagen di ruang disse dan pengurangan ukuran fenestra endotel, akan menimbulkan kapilarisasi sinusoid. Dua hal ini dapat memicu hipertensi portal.

Sistim CTP sebagai berikut:

Variabel   1   2   3  
Bilirubin (mg/dl)   <2   2-3   >3  
Albumin (g/dl)   >3,5   3,5-2,8   <2,8  
INR   <1,7   1,7—2.3   >2,3  
Protrombin time (detik)   <4   4-6   >6  
Asites   Tidak ada   Ringan .   Berat  
Ensefalopati Tidak ada   Grade 1-2 Grade 3-4

Penyebab Sirosis Hati

Penyebab sirosis hati beragam, antara lain adalah  infeksi virus hepatitis B atau C, konsumsi alkohol berlebihan, bermacam penyakit metabolik, gangguan imunologis dan sebagainya.

Tanda dan Gejala Sirosis Hati

Keluhan yang timbul pada penderita bergantung pada tingkat kerusakan hati. Dipengaruhi juga oleh besarnya kegagalan fungsi hati, apakah akibat proses hepatitis kronik aktif atau telah terjadi hipertensi portal. Dalam fase kompensasi sempurna, sirosis baru ditemukan pada waktu seseorang pemeriksaan kesehatan menyeluruh (general check-up), karena memang tidak ada keluhan sama sekali.

Bisa juga timbul keluhan yang tidak khas, seperti merasa badan tidak sehat, kurang semangat bekerja, rasa kembung, mual, mencret dan kadang sembelit, tidak selera makan, berat badan menurun, otot-otot melemah, dan merasa cepat lelah. Banyak atau sedikitnya keluhan yang timbul, tergantung dari luasnya kerusakan parenkim hati. Bila timbul ikterus, berarti sedang  terjadi kerusakan sel hati. Namun, jika sudah masuk ke dalam fase dekompensasi, gejala yang timbul bertambah dengan gejala dari kegagalan fungsi hati dan adanya hipertensi portal.

Kegagalan fungsi hati menimbulkan keluhan seperti rasa lemah, berat badan turun, kembung dan mual. Di kulit tubuh bagian  atas, wajah dan lengan atas bisa timbul bercak mirip laba-laba (spider nevi). Telapak tangan memerah (eritema palmaris), perut membuncit akibat penimbunan cairan secara abnormal di rongga perut (asites), rambut ketiak dan kemaluan yang jarang atau berkurang, buah zakar mengecil (atrofi testis), dan pembesaran payudara pada laki-laki.

Penderita yang sudah mengalami hipertensi portal, akan mengalami kenaikan tekanan dalam sistem portal lebih dari 15 mmHg dan bersifat menetap. Keadaan ini menyebabkan pembesaran limpa (splenomegali), pelebaran pembuluh darah kulit pada dinding perut di sekitar pusar (caput medusae), wasir (hemoroid) dan penekanan pembuluh darah vena esofagus atau cardia (varices esofagus), yang dapat menimbulkan muntah darah (hematemesis), atau berak darah (melena).

Diagnosa Sirosis Hati

Riwayat minum alkohol, penggunaan narkoba suntik dan riwayat hepatitis, perlu ditanyakan kepada pasien. Sedangkan pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan hepatomegali atau splenomegali. Saat dilakukan palpasi, hati teraba lebih keras dan berbentuk lebih ireguler daripada hati normal. Perlu dicari tanda-tanda lain yang biasa ditemukan pada sirosis, seperti spider telengiektasis, ikterus, asites dan edema.

Dari pemeriksaan enzim hati, dapat ditemukan peningkatan ALT dan AST. Pada sirosis hati dapat disertai penurunan kadar albumin dan faktor pembekuan darah. Endoskopi perlu dilakukan pada pasien sirosis, bila tidak ditemukan varises diulang 2 tahun kemudian. Bila ditemukan varises, diulang 1 tahun kemudian. Hal ini untuk mendeteksi adanya varises yang bisa menyebabkan perdarahan. Ultrasonografi (USG) dilakukan untuk melihat struktur hati, mendeteksi splenomegali, nodul dalam hati dan cairan dalam abdomen.

Diagnosa ditegaskan secara mikroskopis, dengan melakukan biopsi hati. Dengan melakukan pemeriksaan jaringan hati, dapat diketahui tingkat keparahan dan kronisitas peradangan hati, mengetahui penyebabnya dan mendiagnosis apakah penyakitnya suatu keganasan atau hanya penyakit sistemik yang disertai pembesaran hati.

Pemeriksaan laboraturium pada sirosis hati, meliputi hal-hal berikut.

  1. Kadar Hb yang rendah (anemia), jumlah sel darah putih menurun (leukopenia) dan trombositopenia.
  2. Kenaikan SGOT, SGPT dan gamma GT akibat kebocoran sel-sel yang rusak. Namun, tidak meningkat pada sirosis inaktif.
  3. Kadar albumin rendah. Terjadi bila kemampuan sel hati menurun.
  4. Kadar kolinesterase (CHE) menurun, kalau terjadi kerusakan sel hati.
  5. Masa protrombin yang memanjang, menandakan penurunan fungsi hati.
  6. Pada fase lanjut, tingginya kadar gula darah menandakan ketidakmampuan sel hati memproduksi glikogen.
  7. Pemeriksaan penanda serologi virus untuk mencari penyebab sirosis, seperti HBsAg, HBeAg, HBV-DNA, HCV-RNA, dan sebagainya.
  8. Pemeriksaan alfa feto protein (AFP). Bila terus meninggi atau >500-1.000, berarti telah terjadi transformasi ke arah keganasan yaitu terjadinya kanker hati primer (hepatoma).