Ethicaldigest

Advancing Managemen of Nasal Disorders 2

Dr. Luh Putu Lusy Indrawaty, Sp.THT

“Di bidang  THT, STERIMAR sudah dikenal baik, kandungan trace element-nya  bermanfaat dalam  pencegahan atau pengobatan  rinitis.” 

Hidung memiliki tiga fungsi utama: sebagai penciuman, respirasi dan proteksi. Fungsi hidung didukung oleh area permukaan yang luas, dengan mukosa yang lembab dan bersilia. Permukaan yang luas akan meningkatkan kontak dengan udara respirasi, memaksimalkan penciuman dan humidifikasi. Pada rongga hidung terdapat mekanisme penyaringan dan penghangatan udara respirasi.

Transport mukosiliar sendiri dilakukan oleh suatu lapisan mukus yang sangat kental dan lengket. Fungsinya untuk menangkap debu, benda asing dan bakteri. Lapisan mukus ini diperbarui 3-4 kali dalam 1 jam.

Silia berada di permukaan epithelium, dengan jumlah 100/micron 2 atau 250 per sel saluran nafas atas. Fungsinya membawa palut lendir ke arah faring, dengan gerak seperti ombak. Gerakan yang sangat karakteristik, dikombinasi dengan mukus normal, diharapkan dapat menjadi transport yang efektif. Palut lendir disekresi dari sel goblet, kelenjar seroumukus dan kelenjar lakrimal, bersifat tipis, lengket dan liat. Palut lendir terdiri dari 2 lapisan; lapisan tipis dan tebal.

Dalam kondisi rhinosinusitis bakterial akut, terjadi inflamasi mukosa hidung dan sinus paranasal, yang disebabkan infeksi bakteri. Akan diperberat oleh adanya riwayat merokok dan adanya rhinitis alergika. Secara klinis, gejalanya meliputi pilek purulen, post nasal drip, hidung tersumbat, nyeri kepala, nyeri sinus, penciuman berkurang, demam dan sebagainya. Untuk menegakkan diagnosis, perlu pemeriksaan endoskopi dan hitung waktu transport mukosilier. Terapi intervensi meliputi antibiotik, pseudoefedrin dan cuci hidung.

Penelitian yang kami lakukan adalah penelitian multisenter, melibatkan subdepartemen rhinologi dengan populasi dan sampel penelitian mencakup pasien dengan rhinosinusitis berusia 18-45 tahun acak. Kriteria inklusi penelitian berdasarkan EP3OS, berusia 18-45 tahun dan diberikan informed consent. Kriteria eksklusi adalah pekerja pabrik, perokok berat, pemakai tetes hidung (berkepanjangan), riwayat operasi hidup, septum deviasai dan rhinitis atropi.

Kita berikan nasal irigasi sterimar, di mana kita tahu sterimar bukan sekedar larutan garam. Sterimar adalah air laut yang terdiri dari mineral alami dan trace element air laut, yang dalam penggunaannya akan berpenetrasi ke sel mukosiliari hidung. Di samping itu dapat melindungi mukosa lambung. Di bidang  THT, STERIMAR sudah dikenal baik, kandungan trace element-nya  bermanfaat dalam  pencegahan atau pengobatan  rinitis. 

Dalam sterimar ditemukan adanya trace  element seperti Cooper/tembaga atau Manganese sebagai antiseptik ataupun  antialergi. STERIMAR   berasal  dari air  laut  murni dari Saint Malo Bay, Prancis. Pengambilannya dari laut terbuka  dengan jarak 7-8 KM dari pantai dengan kedalaman 5 meter, di bawah  suatu  kontrol  sanitasi yang  sangat ketat. Air laut  tersebut dimonitor oleh suatu  lembaga  independen, yang memastikan standar sanitasi yang dibutuhkan

Dalam penelitian kami ini, sterimar yang digunakan adalah isotonik. Sterimar menggunakan semprotan mikrodifusi, sehingga diharapkan dapat berpenetrasi pada mukosa nasal seluas-luasnya. Kemasannya membuat larutan di dalamnya tetap steril, dan dapat digunakan dalam berbagai posisi. Pasien dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok 1 diberi cuci hidung, antibiotika berupa amoksisilin dan asam klavulanat, dan pseudoefedrin oral. Kelompok lain tanpa cuci hidung. Hasilnya, kita ukur setelah satu minggu terapi dan 2 minggu terapi.

Hasil penelitian memperlihatkan, perempuan lebih banyak dari laki-laki. Dari segi kualitas hidup, ternyata pasien yang mendapat sterimar memiliki kualitas hidup dan klirens mukosiliar dan patensi hidung yang lebih baik, dibandingkan pasien yang mendapat terapi standar. Peningkatan kualitas hidup pada kelompok perlakuan terapi ajuvan sterimar, cenderung lebih tinggi dan waktu transport mukosiliar pada kelompok perlakuan mengalami percepatan, dan ada peningkatan peak nasal inspiratory flow.

Dr. Damyanti Soetjipto, Sp.THT

“Cuci hidung memiliki peran menghilangkan alergen, debu dan pollen, debu, polutan dan bakteri, mukus berlebih, inflamasi dan infeksi.”

Irigasi nasal sudah sejak lama digunakan dalam terapi rhinitis alergi dan rhinosinusitis kronis. Akhir-akhir ini digunakan pada perawatan pasca operasi ESS. Ada terori bahwa irigasi nasal menyebabkan fungsi mukosilia di saluran nafas atas meningkat, menurunkan udem mukosa, mengeluarkan secret yang tertahan, membersihkan debris infeksi, mengangkat sumber alergen dan mengurangi krusta yang dapat menyumbat drainase/sebabkan sineksia.

Pada kondisi rinosinuisitis, rhinitis alergi dan common cold disertai gejala dominan berupa obstruksi nasal, peningkatan secret nasal dan sakit kepala. Kondisi ini dapat menurunkan kualitas hidup penderita. Dalam kondisi ini, biasanya kita akan memberikan dekongestan yang bekerja menstimulasi alfa adrenergic, yang memiliki efek samping. Sekarang, ada cara baru yaitu menggunakan saline nasal lavage, yang sudah dibuktikan efektif tanpa efek samping.

Pembersihan menggunakan larutan saline, dapat meningkatkan klirens mukosiliari. Cuci hidung memiliki peran menghilangkan alergen, debu dan pollen, debu, polutan dan bakteri, mukus berlebih, inflamasi dan infeksi. Irigasi setiap hari membersihkan kontaminan, menyebakan hidung dan sinus pulih, berfungsi efesien dan efektif.

Larutan hipertonik membersihkan mukus kental dan iritan (debu, alergen, kuman, mediator inflamasi dan sebagainya). Irigasi dengan larutan hipertonik mengencerkan mukus dan mengeluarkannya, menyebabkan nafas lebih segar, karena menghilangkan post nasal drip penyebab halitosis. Irigasi nasal dengan hipertonik juga memperbaiki fungsi mukosilia dan mengecilkan pembengkakan mukosa, sehingga patensi ostia sinus meningkat dan menurunkan gejala sinusitis. Hal ini dapat mencegah progresifitas rhinitis virual, rinosinusitis bacterial atau serangan alergi. Indera penghirup juga menjadi lebih baik dan pemakaian obat derkongestan menurun. Larutan garam hipertonik kini, dengan adanya guideline EPOS, telah digunakan secara luas di dunia.

Efek samping yang mungkin muncul dari pemberian cairan hipertonik adalah epistaksis. Jika diberikan terlalu sering, menyebabkan infeksi sinus akibat lapisan proteksif mukus ikut tercuci. Mukosa menjadi kering, jika terlalu banyak garam atau terlalu hipertonik. Karena itu, penggunaannya jangan terlalu sering. Irigasi sebaiknya dilakukan 1-2 kali/hari, jika terasa tidak nyaman dihentikan dan jika ada sinusitis/riwayat epistaksis berulang, hati-hati cuci hidung. Penelitian klinis oleh Tomooka LT dan kawan-kawan memperlihatkan, irigasi dengan larutan hipertonik selama 3-6 minggu pada pasien dengan rinosinustitius, menghasilkan perbaikan signifikan pada 70% pasien. Perbaikannya mencakup gejala subyektif dan kualitas hidup. Sebanyak 38% pasien yang menggunakan irigasi nasal hipertonik, mengalami penurunan /penghentian total penggunaan obat pengobatan nasal yang digunakan untuk mengurangi gejala, seperti steroid nasal, antihistamin dan sebagainya.