Ethicaldigest

Enam Cara Deteksi Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus

Berbagai macam uji dapat digunakan untuk mengidentifikasi S. aureus, termasuk produksi dari protein A, cell-bound clumping factor, koagulasi ekstraselular, heart stable nuclease dan metode molecular. sulit membandingkan masing-masing pemeriksaan karena adanya perbedaan strain S. aureus dan spesies coagulase-negative staphylococci. Enam jenis pemeriksaan yang bisa dilakukan adalah:

  • Uji koagulasi tabung (tube coagulase test)

Uji ini merpakan uji standar rutin untuk mengidentifikasi S. aureus, yang berasal dari plasma kelinci. Penilainnya dilakukan setelah inkubasi selama 4 dan 24 jam. Jika hasil negative setelah inkubasi selama 4 jam, pemeriksaan diulang setelah 24 jam. Karena sebagian strain S. aureus perlu waktu > 4 jam untuk membentuk bekuan.

  • Uji koagulasi mikroskop (slide coagulase test)

Uji ini dapat dilakukan dengan sangat cepat. Sayangnya, hampir 15% hasil menunjukan negative S. aureus. Sehingga hasil negative ini harus dilakukan konfirmasi dengan menggunakan uji tabung. UJi ini juga dikatakan tidak cocok dipakai untuk isolate yang sulit diemulsikan.

  • Uji aglutinasi lateks (latex agglutination test)

Versi awal dari uji ini hanya mampu mendeteksi adanya protein A atau faktor pengumpul. Karenanya, uji ini tidak bisa dilakukan pada beberapa MRSA yang memproduksi sedikit atau bahkan tidak memproduksi protein A dan faktor pengumpulnya.

Namun, versi terakhir dari uji ini selain mampu mendeteksi adanya protein A atau faktor pengumpul juga dapat mendeteksi berbagi permukaan antigen. Sehingga meningkatkan sensitifitas uji ini. Karena melibatkan faktor pengumpul, uji ini akan memberikan hasil positif palsu dengan stafilokokus lainnya, seperti; S. lugdunensis, dan S. schleiferi.

  • Uji DNase dan nuclease tahan panas (DNase and heat-stable nuclease test)

Piringan deoksiribonuklease (DNase) dapat digunakan untuk menyaring isolate. Namun, karena banyaknya DNase yang dihasilkan oleh CoNS, maka hasil yaqng positif harus dikonfirmasikan dengan uji8 tambahan.

Uji biokimia

Salah satu uji biokimia komersial dan otomatis adalah uji staphychrom II yang berdasar pada uji kromagenik pada inhibitor protrombin dan protease. Sensitifitas dan spesifitas uji ini adalah 98.6% hingga 100%. Kekurangannya adalah harganya yang mahal.

  • Uji molekular

Sebagain besar uji molekular untuk mendeteksi S. aureus berdasarkan polymerase chain reaction (PCR) Uji ini didesain untuk memperjelas target spesies secara spesifik, termasuk diantaranya adalah nuclease (nuc), koagulase (coa), protein A (Spa), fem A, fem B, Sa442, 16S rRNA dan gen surface-assosiated fibrinogen-binding protein.

HA-MRSA dan CA-MRSA

Ada dua jenis infeksi MRSA, yaitu Healthcare-associated MRSA (HA-MRSA) dan Community-associated MRSA (CA-MRSA). Infeksi MRSA di masyarakat atau CA-MRSA umumnya berupa infeksi kulit. Sedangkan infeksi MRSA yang lebih berat lebih sering terjadi pada pasien yang di rawat di rumah sakit atau HA-MRSA.

Healthcare-associated MRSA (HA-MRSA) oleh centers for disease control and Prevention (CDC) di definisikan sebagai infeksi MRSA yang terdapat pada individu yang pernah dirawat dirumah sakit atau menjalani tindakan operasi dalam 1 tahun terakhir, memiliki alat bantu medis permanen dalam tubuhnya, bertempat tinggal di fasilitas perwatan jangka panjang, atau pada individu yang menjalani dialisis.

Faktor risiko yang penting untuk memprediksi HA-MRSA adalah pada pasien dengan luka operasi, ulkus dekubitus, dan kateter intravena yang sebelumnya telah terkolonisasi. Pasien yang dirawat di ICU (intensive care unit) memiliki risiko yang lebih tinggi untuk timbulnya MRSA dibandingkan dengan pasien yang dirawat di ruangan biasa.

Mereka yang dirawat atau menjalani operasi di rumah sakit dalam satu tahun terakhir akan memiliki risiko lebih tinggi. MRSA merupakan penyebab terbesar terjadinya infeksi stafilokokus di rumah sakit. HA-MRSA resisten terhadap lebih banyak antibiotik dibanding CA-MRSA sehingga dianggap lebih berbahaya dibandingkan CA-MRSA.

Pada awal tahun 1990 telah ditemukan MRSA yang didapatkan pada individu yang sebelumnya tidak memiliki faktor risiko yang berhubungan dengan MRSA. Keadaan ini disebut dengan nama Community-associated MRSA (CA-MRSA). Infeksi CA-MRSA dapat terjadi pada orang sehat di luar lingkungan rumah sakit. Misalnya pada atlet yang bertukar peralatan pribadi seperti handuk atau alat cukur, pada anak-anak di tempat penitipan anak, atau tentara.

Menurut Prof. Pratiwi, jika dilihat secara genetik, fenotipe strain HA-MRSA berbeda dengan strain CA-MRSA. CA-MRSA memiliki komposisi yang lebih kecil, dengan kejadian virulensi yang lebih tinggi dan jarang terjadi multidrug resistant pada antimikroba non β-laktam (tetracycline, trimetoprim-sulfametoksazol, rifampin, clindamycin dan fluoroquinolone.

Menurut Prof. Amin, strain CA-MRSA secara tipikal mengandung eksotoksin yang dinamakan toksin Panton Valentine Leukodin (PVL). Dimana PVL sering terdapat pada pasien yang immunokompeten tanpa adanya faktor risiko yang dapat diidentifikasi. Strain CA-MRSA yang mengandung PVL, memiliki kemampuan untuk menimbulkan kerusakan jaringan dan leukosit yang parah. PVL masuk melalui lubang pada membran sel kemudian menghasilkan lesi pada permukaan kulit dan didalam mukosa saluran pernafasaan.

CA-MRSA dapat dibedakan dari HA-MRSA melalui riwayat penyakitnya. Pada CA-MRSA, diagnosis dibuat saat pasien melakukan rawat jalan atau kultur MRSAnya positif dalam 48 jam setelah perawatan di rumah sakit. Biasanya tidak ada riwayat infeksi atau kolonisasi MRSA sebelumnya. Selain itu, tidak ada riwayat perawatan di rumah sakit, pembedahan, ataupun penggunaan alat-alat kesehatan yang invasif.

Perbedaan biologis antara CA-MRSA dan HA-MRSA

Wabah MRSA yang baru-baru ini ditemukan di masyarakat dikaitkan dengan strain yang memiliki sifat-sifat mikrobiologis dan genetik yang unik jika dibandingkan dengan strain MRSA yang ditemukan di rumah sakit. Hal ini menunjukkan bahwa beberapa sifat biologi kuman (faktor virulensi) mungkin menyebabkan strain CA-MRSA lebih mudah menyebar atau sering menyebabkan infeksi kulit. Saat ini ada beberapa penelitian yang dilakukan untuk menggolongkan dan membandingkan sifat biologis dari CA-MRSA dan HA-MRSA. Sedikitnya ada tiga strain S. aureus di Amerika Serikat yang dapat menyebabkan infeksi CA-MRSA.

Resistensi terhadap antibiotik β-laktam pada CA-mRSA maupun HA-MRSA terjadi karena modifikasi protein pengikat penisilin, PBP2a, yang memiliki daya afinitas rendah terhadap methicillin dan β-laktam lainnya. Perbedaannya adalah, HA-MRSA membawa PBP2a di daerah mecA sebagai bagian dari staphylococcal cassette chromosome mec (SCCmec) tipe I, II, atau III. Sementara pada CA-MRSA membawa  SCCmec tipe IV atau V. SCCmec IV dan V berukuran lebih kecil sehingga lebih jarang membawa gen resisten lainnya.

Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus: Definisi dan Epidemiologis