Ethicaldigest
kontrol asma

Kontrol Asma: Montelukast Perbaiki Kualitas Hidup pasien Asthma

Kontrol asma dengan pengobatan yang tepat bisa menghindari penderitanya dari perawatan di rumah sakit. Melihat beberapa study terkait penyakit asthma, seperti AIRE study dan INSPIRE, sebanyak 94,7% dan 51 % pasien asthma tidak terkontrol secara baik dengan pengobatan yang ada selama ini. “Hal ini menjadi pertanyaan besar bagi tenaga medis,” jelas Prof. dra. Arini Setiawati, PhD, SpFK, dari Departemen Farmakologi dan Terapeutik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Beberapa alasan tidak terkontrolnya pasien asma pun muncul. Di antaranya diagnosis yang salah, meski sudah diberikan terapi yang tepat pasien dalam penggunaan inhaler, untuk asma kontrolnya tidak tepat dan riwayat merokok, diketahui akan mengurangi respon pengobatan pasien dengan asma. Terutama bila menggunakan obat-obat golongan korticosteroid, serta adanya komorbid rinitis.

Jika melihat guideline GINA (Global Initiative for Asthma) 2015, Inhaled Corticosteroid (ICS) masih merupakan terapi lini pertama pada pasien asma, disusul dengan obat-obatan lain seperti golongan Long-acting Beta agonist (LABA). Seperti dikatakan dr. Triya Damayanti SpP, PhD, dari Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, setidaknya ada 3 kategori obat dalam manajemen pasien asthma. Yaitu, obat yang sifatnya mengontol asma, pereda asma dan obat sebagai terapi tambahan untuk pasien dengan asthma.

“Add-on terapi pada asthma, umumnya akan diberikan oleh dokter ketika pasien tetap memiliki keluhan berupa gejala atau terjadinya eksaserbasi, meski telah dilakukan terapi secara optimal,” jelasnya dalam simposium Pertemuan Ilmiah Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi (PIPKRA) ke-13 di Hotel Borobudur, Jakarta. Salah satu add-on terapi untuk penderita asthma, dalam hal ini adalah montelukast (singulair®).

Dalam beberapa penelitian montelukast mampu meningkatkan kontrol asma pasien pada kondisi spesifik seperti, exercise induced asthma, pasien asthma dengan rhinitis alergi, pasien asthma yang mengalami obesitas, pasien asthma dengan riwayat kesehatan sebagai perokok, dan aspirin-sensitive asthamatics.

Clinical Observation of Montelukast as a Partner Agent for Complementary Therapy (COMPACT) trial, sebuah randomised control studi yang dipublikasikan tahun 2003, membandingkan peran montelukas + Budesonide 400 µg 2x sehari dengan placebo + Budesonide 800 µg 2x sehari. Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 12 minggu, pada sekitar 441 pasien asthma dengan rinitis alergi. Hasil penelitian ini menunjukkan, pada kelompok pasien yang diberi montelukast 10 mg, menunjukkan perbaikan yang signifikan pada morning peak expiratory flow (AM PEF), dibandingkan kelompok budesonide saja (20.1 vs 9.6 l/min, dengan P<0,03), hanya dalam 3 hari.

Dengan kata lain, penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian terapi tambahan montelukast pada pasien yang sudah mendapat ICS, terlebih pasien asthma dengan rinitis alergi anak, memberikan hasil atau kontrol yang lebih baik. Terutama terkait kejadian obstruksi saluran nafas, dibanding pasien asma dengan rinitis alregi yang mendapat ICS saja, atau yang menambah dosis ICS hingga 2x lipat. Montelukas dapat ditoleransi secara baik pada pasien, tidak berbeda dengan ICS.

Penelitian lain yang dilakukan untuk mengetahui efikasi montelukast dalam kontrol asma adalah IMPACT (Investigation of Montelukast as a Partner Agent for Complementary Therapy) studi. Dalam penelitian ini, Bjermer L dan kawan-kawan mencoba membandingkan peran montelukast dengan salmeterol, yang dikombinasikan dengan ICS pada sekitar 1500 pasien asthma dewasa. Hasilnya, pada kelompok yang mendapat montelukast + Fluticasone (n=747), menunjukkan penurunan jumlah eosinophils darah yang merupakan sel inflamasi secara lebih baik, dibanding kelompok yang mendapat terapi salmeterol + fluticasone (n=743), serta dengan efek samping lebih minimal.

Penelitian lain yang dilakukan untuk mengetahui efikasi montelukast pada pasien asma ringan hingga moderate, yang tidak terkontrol dengan terapi ICS atau ICS+LABA, adalah MONICA (Montelukast in Chronic Asthma) trial. Pasien yang diikutsertakan dalam penelitian ini berusia 18 tahun keatas, jumlahnya 1681 orang dan diterapi sekitar 1 tahun. Pasien menerima montelukast 10 mg, selanjutnya dievaluasi skore ACT (asthma control test) secara periodik berturut-turut pada 3, 6, 9 dan 12 bulan (1 tahun). Hasilnya, pada kelompok yang diberi montelukast terjadi perbaikan pada skor ACT, demikian halnya pada kelompok subgrup penelitian yang memiliki rinitis alergi. Fungsi paru pasien asthma juga mengalami perbaikan pada kelompok yang mendapat montelukast, terlihat pada evaluasi 3 bulan dan 6 bulan setelah terapi. Kualitas hidup pasien asthma ikut mengalami perbaikan pada kelompok yang diberikan montelukast. Hal ini terlihat dari skore MiniAQLQ dengan p<0,0001 dibandingkan baseline.