Ethicaldigest
Beta blocker Nebivolol

Beta Blocker, Nebivolol, Selektif Terhadap Beta-1 Adrenergic

Beta blocker selektif terhadap beta-1 adrenergik memiliki peran di dalam pengelolaan hipertensi. Berbeda dari beta blocker lainnya, Nebivolol memiliki aksi kerja yang menyerupai Calcium Channel Blocker dan Angiotensin Receptor Blocker.

Saat ini tercatat lebih dari 1,5 milyar orang di dunia mengalami hipertensi. Badan Kesehatan Dunia WHO memperkirakan, 9,4 juta orang meninggal karena penyakit ini setiap tahunnya. Di Indonesia,  jika melihat hasil Riskesdas tahun 2013, sekitar 27% penduduk Indonesia mengalami hipertensi, dengan populasi terbanyak adalah orang lanjut usia (lansia). Diperkirakan, angka ini akan terus meningkat sampai tahun 2025 nanti.

Menurut dr. Rossana Barack, SpJP, dari Divisi Kardiologi, Rumah Sakit MMC, Jakarta, dalam Annual Scientific Meeting of Indonesian Heart Association (ASMIHA) 2016, di Hotel Ritz-Carlton, Jakarta, konsekwensi utama dari hipertensi yang tidak tertanggani secara baik adalah kerusakan organ, yang meliputi: stroke, penyakit jantung, penyakit ginjal kronis, retinopati dan penyakit arteri perifer.

Banyak faktor yang berperan dalam pengaturan tekanan darah seperti sistim saraf simpatik, renin angiotensin aldosteron sistem dan faktor endotel. Kita ketahui, endotel yang sehat akan mengeluarkan nitric oxide (NO) yang selanjutnya berperan pada pengaturan dilatasi dan kontriksi pembuluh darah secara seimbang. “Jika terjadi kerusakan endotel, NO yang dihasilkan jumlahnya berkurang dan akan timbul efek proinflamasi, prokoagulan dan protrombolitik. Selanjutnya akan mengubah struktur dinding pembuluh darah menjadi lebih buruk, memicu hipertensi dan penyakit kardiovaskular lain,” katanya.

Nebivolol sebagai generasi ke-3 betabloker, bersifat selektif terhadap reseptor β1-adrenergic. Nebivolol merupakan derivat propanolol, yang memiliki 2 struktur enatiomers yaitu L dan D. Dalam kesempatan yang sama, Dr. Franz H Messerli, pakar hipertensi dan penyakit kardiovaskular dari Amerika Serikat, menyampaikan bahwa L-isomer yang dimiliki nebivolol berperan menstimulasi β3-receptor yang akan mengakitifkan eNOS, sehingga terjadi pelepasan NO.

Nitric oxide yang tersebar pada sel otot polos pembuluh darah selanjutnya mengaktifkan guanylil cyclase. Guanylil cyclase yang sudah aktif mengubah guanosine triphosphate (GTP) menjadi cyclic guanosine monophosphate (cGMP). cGMP melepaskan ion kalsium pada sitoplasma ke reticulum sarkoplasma. Lepasnya ion kalsium akan menimbulkan relaksasi pada elemen kontraktil dan dilatasi pembuluh darah, serta mampu menurunkan resistensi vaskular perifer pada pembuluh darah.

Penurunan resistensi peripheral dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan Kamp O dan kawan-kawan, dan telah diterbitkan dalam American Journal Cardiology tahun 2003. Dalam studi tersebut, pada kelompok yang diberi atenolol (tradisional beta bloker) terjadi peningkatan resistensi peripheral sebesar 5.8%. Pada kelompok yang diberi nebivolol tidak demikian, bahkan terjadi penurunan angka resistensi perifer.

“Kesimpulan dari penelitian ini adalah, penurunan tekanan darah pada kelompok atenolol lebih disebabkan karena penurunan cardiac ouput. Sementara pada nebivolol, penurunan tekanan darah pasien lebih disebabkan karena penurunan resistensi perifer (2x lebih baik), dengan tetap menjaga cardiac output pada kondisi normal,” ujar Dr. Franz H Messerli. Tidak seperti atenolol, nebivolol memiliki makanisme aksi seperti CCBs dan RAS blockers, dalam mengontrol tekanan darah. Yakni dengan menurunkan resistensi perifer, menjaga output jantung dan aliran darah  ke organ target.

Nebivolol mampu menurunkan denyut jantung saat istirahat dan saat beraktifitas. Penurunan denyut jantung saat istirahat lebih rendah atau hampir sama dengan beta-blocker lainnnya (bisoprolol, metoprolol, atenolol). Sedangkan penurunan denyut jantung saat melakukan pekerjaan, lebih rendah dibanding beta bloker yang lain. Bradikardi lebih jarang terjadi pada nebivolol, sehingga toleransinya lebih baik dibanding yang lain. “Penurunan denyut jantung dari 70 menjadi 60/menit akan meningkatkan angka harapan hidup dari 80 menjadi 93,3 tahun,” ujar Dr. Franz H Messerli.

Beta-blocker terbukti memiliki kemampuan dalam meningkatkan fungsi ventrikel, setelah penggunaan dalam waktu lama. Sedangkan nebivolol mempunyai efek dalam meningkatkan fungsi ventrikel, walaupun dalam jangka pendek. Nebivolol juga dapat meningkatkan peak filling rate dan compliance ventrikel kiri, disebabkan vasodilatasi pembuluh darah perifer dan dilatasi vena, sehingga volume ventrikel kanan berkurang dan pengisian pada ventrikel kiri menjadi lebih baik.