Bakteri putrefaktif bisa memicu kanker. Sebaliknya, bakteri asam laktat berperan mencegah kanker. Ini hasil pengamatan dr. Michio Asano, puluhan tahun lalu.
Seorang nenek di Jepang berusia 76 tahun datang ke dokter, dengan keluhan ada darah di urinnya dalam 2-3 hari terakhir. Keluhan serupa pernah dialami sekitar 1,5 tahun lalu. Karena tidak ada rasa nyeri atau gatal, keluhan itu didiamkan saja. Kali ini, ia mencari pertolongan dokter karena keluar gumpalan darah. Dokter melakukan sistoskopi, dan kecurigaannya terbukti: kanker bersarang di kandung kemih pasien. Darah pada urin berasal dari jaringan kanker.
Dilakukan tindakan bedah. Namun, melihat kondisi organ dalam pasien, dokter terkejut. Kanker telah merambah keluar dari kandung kemih, dan membentuk gumpalan besar di usus. Sesungguhnya operasi sudah terlambat; kanker sudah berkembang ke stadium lanjut. Dokter berusaha mengambil sebanyak mungkin kandung kemih yang ditumbuhi kanker, dan membiarkan beberapa jaringan kanker tetap di tempatnya. Selanjutnya, ia melakukan utererostomi.
Dengan berat hati, dokter menyampaikan kepada keluarga pasien bahwa usia nenek tinggal sekitar enam bulan lagi. Pasien tidak diberi obat antikanker, berdasarkan keputusan keluarga, yang khawatir akan efek sampingnya.
Enam bulan berlalu. Ternyata pasien itu masih hidup. Bahkan, terlihat sehat! Tidak tampak gejala yang jamak dialami pasien kanker stadium lanjut, seperti penurunan berat badan, lemah, mata cekung, dan kulit yang kehilangan kilau sehatnya.
Suatu hari, ketika dokter memeriksa kembali pasien tersebut, ia melihat banyak botol kosong di meja dekat tempat tidur pasien. Dokter berpikir, pastilah nenek sangat menyukai minuman itu. Ia bertanya, apakah pasien sudah sejak lama meminumnya. Si nenek menjawab ‘tidak’. Ia bercerita, setelah menjalani operasi, nafsu makannya hilang. Seorang dokter menyarankan untuk minum Yakult; itulah isi botol bergeletakan di meja nenek. “Saya menyukainya, dan sejak itu saya meminumnya setiap hari,” ujarnya.
Tak disangka, si nenek hidup hingga 4,5 tahun setelah operasi. Ia meninggal bukan karena kanker, melainkan karena pneumonia. Atas persetujuan keluarga, jenazahnya diotopsi.
Dokter tertegun. Jaringan kanker yang dulu masih tertinggal, hanya tumbuh sedikit sejak operasi dilakukan, dan tidak ada metastasis. Ketika ia membuat penilaian mendetail mengenai gejala pasien serta perawatan, pola makan dan kebiasaan hidup pasien, dokter tersentak oleh fakta bahwa si nenek minum 5-6 botol Yakult setiap hari.
Berdasar hal tersebut, segera ia meneliti komposisi Yakult. Akhirnya ia mengetahui bahwa sebotol Yakult ukuran 65 ml, mengandung 6,5 miliar bakteri asam laktat hidup. Ia yakin, bakteri itulah ‘penyebab’ nenek bisa bertahan hingga bertahun-tahun setelah operasi kandung kemih stadium lanjut.
Dokter ini seorang peneliti, yang sebelumnya telah dianugerahi penghargaan bergengsi Sakaguchi Prize oleh Perhimpunan Urologi Jepang. Dia adalah dr. Michio Asano. Keyakinannya bahwa bakteri asam laktat bisa dimanfaatkan sebagai obat antikanker, mengantarnya ke penelitian mendalam mengenai hal tersebut.
Dilakukan penelitian pada tikus. Ditanamkan sel kanker kandung kemih pada 20 ekor tikus. Selanjutnya, tikus dibagi menjadi dua kelompok. Setiap hari, 10 ekor menerima Yakult yang diencerkan dengan air agar rasanya bisa diterima oleh tikus, 10 ekor sebagai kontrol hanya mendapat air.
Setelah tiga minggu, dr. Asano mengambil tumor dari tiap tikus dan menimbangnya. Tumor pada tikus di kelompok kontrol, berkembang hingga rerata beratnya 4,8 gram. Sedangkan pada kelompok Yakult, rerata hanya 3,7 gram. Pertumbuhan tumor pada kelompok probiotik lebih sedikit 22%. Hal ini mendukung hipotesis dr. Asano bahwa 5-6 botol Yakult/hari mencegah kanker nenek tumbuh dan menyebar.
Selanjutnya, ia melakukan percobaan pada 40 ekor tikus, yang dibagi menjadi empat kelompok (@10 ekor). Setiap hari selama 10 hari, kelompok 1 mendapat larutan yang mengandung 320 juta L. casei Shirota strain hidup (setara dengan 2 ml Yakult); kelompok 2 mendapat larutan dengan 160 juta bakteri (setara dengan 1 ml Yakult); kelompok 3 mendapat larutan dengan 80 juta bakteri (setara dengan 0,5 ml Yakult); dan kelompok 4 berfungsi sebagai kontrol.
Dalam pemeriksaan tiga minggu kemudian, ia menemukan kelompok yang mendapat larutan L. casei Shirota strain memiliki pertumbuhan tumor rerata 30% lebih rendah, dibanding kelompok kontrol. Hasil penelitiannya ini ia persentasikan di kongres International Society of Urology di Wina, Austria (1985). Dr. Asano mendapat perhatian dari kalangan medis dan ilmiah atas temuannya itu.
Sayangnya, riset dr. Asano terhenti karena sakit dan meninggal dunia pada 1988. Cerita mengenai si nenek dan penelitian dr. Michio Asano dirangkum oleh Yoshio Aso, MD, Ph.D dalam pengantar bukunya, Lactic Acid Bacteria and Cancer Prevention.
Bakteri putrefaktif dan kemunculan kanker
Dalam buku tersebut, Prof. Aso memaparkan pengaruh bakteri usus dalam berkembangnya kanker. Ia membagi bakteri usus dalam dua kategori: bakteri asam laktat yang memetabolisme karbohidrat, dan bakteri putrefaktif yang memecah protein. Bakteri putrefaktif seperti E. coli dan Clostridium memecah protein menjadi amonia, hidrogen sulfida, amine, fenol, dan indol. Fenol dan indol ditengarai merupakan promotor kanker usus maupun kanker lainnya.
Di usus, fenol bercampur dengan feses atau gas dan dikeluarkan dari tubuh. Sebagian kecil direabsorbsi saluran cerna, dan didetoksifikasi di lever, dikombinasi dengan glucuronic acid atau sulfuric acid. Senyawa kombinasi yang tidak berbahaya ini dibuang melalui urin, atau dicampur dengan empedu dan masuk ke usus. Yang masuk ke usus kemudian diubah lagi menjadi fenol oleh beta-glucuronidase, yang dihasilkan bakteri putrefaktif. Sirkulasi ini, yang disebut enterohepatik, menandakan bahwa sebagian karsinogen tetap berada dalam tubuh.
Promotor lain yang dicurigai dalam terjadinya kanker usus, yakni asam empedu sekunder. Setelah mencerna lemak di usus halus, sebagian asam empedu diabsorbsi dan kembali ke lever, untuk digunakan lagi. Sebagian lagi mengalir ke usus besar, dan oleh bakteri putrefaktif diubah menjadi asam empedu sekunder, seperti deoxycholate dan lithocholate. Zat-zat ini merusak lapisan permukaan sel pada membran mukus usus besar, dan diyakini memicu kanker pada daerah tersebut.
Selain itu, bakteri putrefaktif seperti Bacterioides dan Clostridium di usus besar turut menciptakan estrogen dengan memetabolisme kolesterol, yang sebagian kemudian diabsorbsi oleh usus. Juga terjadi reabsorbsi estrogen, yang telah didetoksifikasi oleh lever. Terjadi proses sirkulasi enterohepatik estrogen, sehingga konsentrasi hormon tersebut meningkat dalam darah. Ditengarai, hal ini turut merangsang pertumbuhan kanker payudara.
Peran bakteri asam laktat
Bagaimanapun, promotor kanker tidak bersifat mengubah gen; mutasi gen tidak akan terjadi bila tidak ada inisiator, yang umumnya berasal dari makanan. Salah satu yang diduga sebagai inisiator poten yakni heterocyclic amines, yang terdapat pada ikan bakar atau daging bakar.
Prof. Hikoya Hayatsu, dkk (1993) menemukan, pemberian Lactobacillus pada enam subjek yang diminta makan 10 gr daging bakar, menurunkan mutagenisitas dalam urin. Urin mereka diambil 12 jam sebelum makan daging. Urin kembali diambil 1-12 dan 12-24 jam setelah itu. Selanjutnya, relawan diberi preparat Lactobacillus 3x sehari, dosis 1 gr (tiga subjek) dan 5 gr (5 subjek), 3x sehari. Setelah 3 minggu dengan regimen tersebut, para subjek kembali makan daging bakar. Ditemukan bahwa karsigonen pada urin keenam relawan lebih rendah, setelah makan daging bakar.
Eksperimen dengan tabung reaksi menunjukkan kehadiran bakteri asam laktat, yang menyerap karsinogen heterocyclic amines. Prof. Hayatsu tidak mengukur jumlah heterocyclic amines dalam feses subjek, tapi ditemukan peningkatan jumlah Bifidobacteria dalam feses mereka. Temuan ini menunjukkan bahwa penurunan kadar heterocyclic amines di urin, disebabkan oleh keberadaan L. casei di usus. Bakteri ini mengabsorbsi heterocyclic amines dan mengeluarkannya dari tubuh, juga meningkatkan populasi Bifidobacteria. Dengan demikian, absorbsi heterocyclic amines sangat dihambat.
Bakteri asam laktat juga mengurangi efek merusak asam empedu sekunder, dengan sifatnya yang membuat lingkungan usus menjadi asam. Dilakukan percobaan pada usus tikus dengan mengalirkan larutan berisi asam empedu sekunder. Tampak bahwa kerusakan membran mukus akibat hal ini berkurang pada lingkungan pH 5,5, dibandingkan usus yang kurang asam (pH 6,5). Lingkungan yang asam membuat asam empedu sekunder larut dalam air, sehingga tidak terlalu merusak membran mukus.
Selain itu, bakteri asam laktat menghambat absorbs kolesterol. Bakteri ini memetabolisme kolesterol menjadi coprostanol, yang absorbsinya di usus kurang baik. Dengan demikian, produksi estrogen berlebih yang memicu kanker payudara bisa ditekan.
Prof. Aso sendiri menemukan, preparat L. casei memiliki efek preventif terhadap rekurensi kanker kandung kemih superfisial. Seperti diketahui, sekitar 80% kanker kandung kemih superfisial kambuh. Hasil serupa ditemukan oleh Ohasi Y, dkk (2012). Adapun Naito S, dkk (2008) menemukan bahwa L. casei Shirota strain, mampu mencegah rekurensi kanker kandung kemih. (nid)