Ethicaldigest

NeoStrata®ProSystem Hasil Lebih Baik

Chemmical peels merupakan modalitas pengobatan yang efektif untuk beberapa kelainan kulit. Ada beberapa hal yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan paska CP.

Kaum hawa umumnya datang ke klinik dengan keluhan kulit yang keriput, perubahan warna kulit dan karena scar. Mereka akan datang terutama jika keluhan tersebut ada di wajahnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa kulit, terutama kulit wajah, merupakan bagian yang sebisa mungkin kita jaga penampilannya dengan berbagai cara.

Sebagai dokter, ketika ada pasien yang datang dengan keluhan seperti itu, tentunya kita perlu  menawarkan terapi yang tepat, cepat dan berkhasiat. Chemical peeling bisa menjadi pilihan yang tepat. Tapi, selanjutnya, bagaimana memilih produk atau cara yang aman untuk pasien?

Dokter Abraham Arimuko, SpKK, dari Departemen Kulit dan Kelamin RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, mengatakan terdapat 4 tahapan chemical peeling (CP) yang harus dilakukan, meliputi: edukasi kepada pasien, persiapan dan priming, tindakan dan teknik yang dilakukan dan terakhir perawatan paska CP. “Edukasi sangat penting, terutama mengenai lama prosedur yang nantinya dilakukan dan komplikasi yang mungkin terjadi, dari prosedur CP,” jelasnya.

Menjelang  CP dilakukan, 3 hari sebelumnya pasien harus menghentikan penggunaan obat-obatan seperti tretinoin, hidrokinon, asam glikolat, asam laktat, asam azeleat, asam kojik dan steroid. Juga penggunaan sunscrean. “Sebelum prosedur dilakukan, degreasing dikerjakan untuk menghilangkan barrier minyak, agar frosting lebih cepat, terkontrol dan rata,” jelasnya.

Untuk dapat mencapai target white frost yang merata dan sesuai dengan target, dapat menggunakan bahan CP dengan konsentrasi tca 10% atau 30%. Alat yang digunakan bisa bermacam-macam. Bisa menggunakan sikat, sponge, kain kasa, cotton bud atau tusuk gigi.

Lebih lanjut, frosting sebagai indikator kedalaman peeling ditandai dengan munculnya warna putih. “Ingat, hal ini tidak selalu muncul segera,” ujar dr.  Arimuko. Apabila telah mencapai stratum basalis, hati-hati karena jika terlalu dalam untuk kulit Asia dapat mengakibatkan komplikasi berupa hiper/ hipopigmentasi. Bisa juga terjadi skar yang dikenal sebagai epidermal sliding.

Menurut dr. Arimuko, kombinasi CP antara TCA – Glicolic dengan microdermabasi, laser non ablative, botox filler atau LED terbukti memberikan hasil yang lebih baik. “Kombinasi antara microdermabrasi dan Neostrata®ProSystem, memberikan hasil akhir yang lebih baik serta memiliki efek anti penuaan,” jelasnya.

Pada prosedur ini, mikrodermabrasi dilakukan lebih dulu sebelum aplikasi CP. Hal ini akan meningkatkan penetrasi peeling pada kulit. Kombinasi keduanya bisa dilakukan 2 minggu sekali.

Kombinasi lain dari NeoStrata®ProSystem adalah dengan botulinum toxin (botox). Ini sangat efektif menghilangkan keriput pada kulit. Kombinasi keduanya bisa dilakukan pada hari yang sama tetapi CP dilakukan lebih dulu, sebelum melakukan suntik botox. Disarankan, 2 minggu sebelum CP dilakukan pasien lebih dulu mengaplikasikan produk topical NeoStrata®Resurface, agar kulit pasien dapat beradaptasi dengan asam glycolic.

Sementara pada kasus hiperpigmentasi dan rosacea, sangat dianjurkan untuk mengombinasikan CP dengan terapi laser nonablative. Kombinasi terapi ini dapat dilakukan 4 minggu sekali, di hari yang sama. Peeling dilakukan lebih dulu, sebelum prosedur terapi laser nonablative dikerjakan.

“Chemmical peels merupakan modalitas pengobatan yang efektif untuk beberapa kelainan kulit,” jelas dr. Arimuko. Meski demikian, perlu diperhatikan beberapa hal yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan paska CP. “Gunakan pelembab pada daerah yang dilakukan CP 2x sehari selama 7 hari. Selalu gosok dengan lembut area tersebut. Hindari paparan sinar matahari berlebih, gunakan sunscreen,” katanya. “Ingatkan agar pasien untuk tidak mengelupas paksa krusta dan jangan menggaruk area CP terlebih setelah  pemakaian scrub.”