Prof. Dr. dr. Sidartawan Soegondo, Sp.PD, KEMD, FINA

Berpuasa memiliki tantangan tersendiri bagi penderita diabetes. Ada anjuran agar berbuka dengan yang manis. Alhasil, aneka makanan minuman manis terhidang di atas meja makan, sebagai menu buka puasa.

“Saya tidak pernah melarang diabetesi mengon­sumsi gula, tetapi harus dibatasi. Makanan apapun perhatikan 3J: jumlah, jadwal dan jenisnya,” papar Prof. Dr. dr. Sidartawan Soegondo, Sp.PD, KEMD, FINA.

Perlu penyesuaian-penyesuaian selama berpuasa: konsumsi makanan, obat-obatan dan aktivitas fisik, untuk mencegah hipoglikemia. Diabetesi disarankan tidak terlalu mengubah pola makan. Sebaiknya konsumsi karbohidrat kompleks – kentang, ubi, jagung, nasi merah, atau sereal gandum –  saat sahur. Pilih karbohidrat sederhana ketika berbuka.

Diabetesi boleh minum es cendol atau sejenisnya, tapi cukup beberapa sendok. Jangan minum manis beberapa sendok, tetapi berulang-ulang. Makan kurma cukup 1 butir, atau 3 butir ukuran kecil. “Jangan pilih kurma dengan tambahan cokelat, gulanya double.” Penambahan gula sebagai bumbu masak, tidak apa-apa. Jangan bedakan makanan diabetesi dengan yang dikonsumsi keluarga.

Tak kalah penting, atur dosis obat. Perlu penyesuaian dosis dan waktu mengonsumsi obat. Obat diabetes golongan sulfonilurea, lebih berisiko menyebabkan hipoglikemia dibanding metformin. “Disarankan, obat golongan sulfonilurea tidak dikonsumsi saat sahur. Dosisnya  dikurangi atau tetap, jika masih dosis kecil. Tujuannya, bila dimakan waktu buka dan terjadi hipoglikemia, masih bisa langsung makan.

“Obat diabetes yang tidak bikin hipoglikemia, seperti metformin, tidak masalah dimakan saat buka dan sahur.” Hal yang sama berlaku bagi pengguna terapi insulin. Insulin kerja panjang – yang disuntikkan 1x sehari –  gunakan saat buka. Insulin kerja cepat, disuntikkan separuh dosis saat sahur, dan dosis yang sama saat berbuka. Pantau gula darah sebelum dan sesudah suntik insulin, atau setelah mengalami hipoglikemia, agar bisa segera dilakukan langkah-langkah evaluasi. _(jie)