Ethicaldigest

Stress dan Serangan Jantung

Semua orang pernah mengalami masalah dalam kehidupannya. Bisa dikatakan, sejak masa anak-anak hingga dewasa kita pernah dibebani masalah, yang menambah beban pikiran dan memicu stress. Pada anak, stress bisa karena dibully oleh teman sepermainan atau karena harus mengerjakan tugas-tugas sekolah yang sepertinya tak pernah berkurang.

Pada anak yang lebih dewasa, stress bisa karena masalah percintaan atau pekerjaan. Ternyata, stress yang terjadi berlarut-larut dan tidak terselesaikan dengan baik, dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, seperti penyakit jantung.

Dalam beberapa literatur medis dikatakan bahwa stress pada seorang individu, sebenarnya, adalah kondisi yang normal. Hanya saja ketika seorang individu tidak bisa melakukan manajemen stress dengan baik, yang bersangkutan akan lebih rentan mengalami serangan jantung, nyeri dada dan  gangguan irama jantung.

Tanpa melihat riwayat penyakit seseorang, stress dapat meningkatkan tekanan darah seorang individu. Dalam sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal kedokteran dikatakan bahwa stress akan menjadikan kekentalan darah meningkat, selanjutnya meningkatkan risiko serangan jantung.

Para pakar kesehatan di Australia bahkan berpendapat, ada hubungan yang cukup kuat antara depresi, mengurung diri dengan penyakit jantung. Stress dapat menurunkan aliran darah ke jantung, hal ini menjadikan jantung berusaha lebih keras untuk memompa darah, yang selanjutnya meningkatkan faktor pembekuan darah. Hal ini meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular. Terlebih jika seseorang yang sebelumnya memiliki penyakit aterosklerosis, kemudian mengalami stress. Umumnya mereka akan mengalami nyeri dada, karena arteri yang menuju jantung berkontraksi dan mengurangi jumlah aliran darah ke jantung.

Menjadi salah kaprah jika seseorang yang sedang mengalami masalah kehidupam, kemudian melampiaskannya dengan merokok, banyak makan atau merenung di dalam kamar tanpa melakukan aktivitas apapun, hingga berlarut-larut. Hal ini akan memperburuk kondisi kesehatan. Stress kronis akan membuat tubuh menjadi tidak sehat, dan selanjutnya secara persisten meningkatkan level hormon tertentu seperti adrenaleine dan kortisol.

Melalui pemeriksaan fisik, bisa dikatahui gejala stress. Di antaranya sakit kepala, gangguan perut, otot yang menegang, susah tidur, jantung berdebar, keluar keringat dingin, tidak bersemangat  dan gemetar. Juga dapat muncul sebagai perasaan marah, menangis, depresi, moddy, sensitif, menyendiri, berpikiran negatif dan bersedih.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi stress, yang dapat kita ajarkan kepada pasien, antara lain:

  • Meyakinkan mereka untuk berpikir postif, dan yakinkan bahwa mereka mampu mengatasi semua masalah yang ada.
  • Menyarankan pasien untuk tetap berpikir obyektif, realistis dan flexible.

Pada mereka yang sebelumnya pernah memiliki riwayat penyakit jantung, disarankan untuk menghindari stress dengan cara melakukan relaksasi. Beberapa cara yang disarankan antara lain:

  • Menarik nafas dalam-dalam.
  • Mendengarkan musik yang disukai.
  • Melakukan yoga.