Ethicaldigest

Sejarah Otopsi

Tindakan otopsi untuk menyelidiki penyebab kematian seseorang, pertama kali dicoba di awal millennium ketiga sebelum masehi. Tindakan itu bertentangan dengan kepercayaan sebagian masyarakat kala itu bahwa pengrusakan tubuh seseorang yang sudah meninggal, akan membuatnya tidak bisa memasuki dunia setelah kematian. Namun, prosedur itu tetap dilakukan. Ahli otopsi Yunani paling berpengaruh kala itu adalah Erasistratus dan Herophilus, yang hidup di abad ke 3 sebelum masehi (SM).

Pada sekitar 150 SM, barulah kekaisaran Roma membuat parameter yang jelas untuk tindakan ini. Pada tahun 44 SM, otopsi dilakukan pada Julius Caesar, yang terbunuh oleh lawan-lawan politiknya. Para ahli tidak menemukan apa pun, kecuali luka akibat tikaman dan tikaman kedualah yang membuat Caesar terbunuh.

Pembedahan pada manusia untuk tujuan pengobatan, terus dilakukan setelah masa Romawi, misalnya oleh pada dokter Arab seperti Avenzoar dan Ibn al-Nafis. Namun, proses otopsi modern yang sesunguhnya berasal dari seorang ahli anatomi pada masa Renaisan, yaitu Giovanni Morgagni tahun 1682–1771, yang dikenal sebagai Bapak Patologi Anatomi. Ia menulis publikasi pertamanya mengenai patologi, berjudul De Sedibus et Causis Morborum per Anatomen Indagatis. Dilanjutkan pada abad 19; seorang peneliti bernama Rudolf Virchow, membuat dan menerbitkan protokol otopsi secara lebih spesifik.