Ethicaldigest

Alat Penurun Nafsu Makan

Menurunkan nafsu makan ada banyak cara. Salah satunya dengan alat bernama NozNoz, produk Beck Medical. Alat lunak ini dimasukkan ke dalam hidung untuk memotong kemampuan seseorang mencium dan menghilangkan nafsu makan, dan dapat menurunkan berat badan secara signifikan.

Alat ini dirancang agar sesuai dengan anatomi hidung. Bekerja sebagai penghalang fisik, mengubah aliran udara di hidung dan mengarahkannya ke saluran pernapasan bagian bawah dan dengan demikian melewati sistem penciuman. Disebut “lensa kontak” hidung, alat ini dirancang untuk dipakai hingga 12 jam sehari, kemudian dibuang setelah 2 minggu. Alat ini akan dipasarkan sebagai alat kesehatan, bukan medis, dan akan tersedia langsung ke konsumen.

Dalam penelitian yang sudah berlangsung atas 65 orang dewasa gemuk, para peneliti menemukan mereka yang memakai perangkat saat makan diet hypocaloric, memiliki penurunan berat badan dan indeks massa tubuh (BMI) signifikan, dibandingkan kontrol. Mereka juga secara signifikan mengurangi konsumsi makanan dan minuman manis dan menunjukkan penurunan kadar insulin.

Dalam presentasinya, Dror Dicker, MD, dari Hasharon Hospital, Rabin Medical Center, Petah Tikva, Israel, mengatakan mengatasi obesitas melalui penciuman adalah hal yang masuk akal, sebagaimana hasil-hasil penelitian sebelumnya. Sebagai contoh, penelitian menunjukkan bahwa bau makanan dan indera penciuman individu, dapat secara signifikan mempengaruhi seberapa banyak mereka makan dan preferensi makanan mereka. Selain itu, penciuman terkait dengan ekspresi hormonal dan peptida. Sementara leptin, insulin dan kadar ghrelin mempengaruhi sensitivitas penciuman.

Dicker juga menunjukkan, kelebihan berat badan atau obesitas dikaitkan dengan perubahan sensitivitas terhadap bau dan stimulasi nafsu makan lebih tinggi, saat terpapar bau makanan. Karena itu para peneliti berusaha menentukan, apakah menggunakan insert hidung tidak hanya dapat mengurangi indra penciuman individu tetapi juga mengurangi berat badan, mengubah preferensi makanan dan meningkatkan disfungsi metabolik.

Mereka merekrut individu berusia 18 – 65 tahun, yang memiliki IMT 30 – 43 kg / m2. Setelah periode run-in yang singkat, para peserta secara acak dibagi menjadi kelompok alat dan kelompok kontrol, yang menaruh tetes garam di hidung mereka. Peserta dalam kelompok alat diperintahkan memakai perangkat hidung setiap hari, selama 5 – 12 jam.

Kedua kelompok diberi diet hipokalori, dengan jumlah kalori perhari dikurangi 500 kkal, dan diminta mengisi catatan harian. Peserta juga menyelesaikan preferensi makan dan kuisioner kebiasaan, selain pengambilan sampel darah pada baseline dan akhir kunjungan. Dari sampel darah ini dilakukan penghitungan kadar kolesterol, trigliserida, glukosa dan insulin. Para peneliti juga menggunakan sampel untuk menghitung resistensi insulin, menggunakan penilaian model homeostatik.

Kelompok alat dan kontrol memiliki karakteristik sama; rata-rata IMT awal sekitar 36 kg/m2 dan usia 50 – 52 tahun. Sebanyak 57% dari peserta adalah laki-laki. Sebanyak 65 orang menyelesaikan penelitian; 37 di kelompok alat, 28 di kelompok kontrol. Alat hidung secara signifikan menurunkan kemampuan individu untuk mencium (P <.001), tanpa perbedaan perubahan penciuman di antara mereka dalam kelompok kontrol.

Secara keseluruhan, kedua kelompok mengalami penurunan berat badan selama penelitian, dan tidak ada perbedaan signifikan antara kedua kelompok setelah 14 minggu. Rata-rata penurunan berat badan 6,6% pada kelompok perangkat dan 5,65% pada kelompok kontrol.

Dicker menunjukkan, penelitian-penelitian sebelumnya memperlihatkan terjadinya penurunan penciuman seiring bertambahnya usia, biasanya dimulai sekitar usia 50 tahun. Ketika para peneliti membatasi analisis mereka pada 29 peserta berusia 50 tahun atau lebih muda, mereka menemukan perangkat itu dikaitkan dengan penurunan berat badan yang jauh lebih besar (7,7% vs 4,0%; P <0,01).

Perubahan ini disertai penurunan IMT signifikan, pada individu berusia 50 tahun atau lebih muda, dari rata-rata 35,9 kg/m2 menjadi 33,1 kg/m2 pada kelompok alat vs 36,5 kg/m2 menjadi 35,0 kg/m2 pada kelompok kontrol (P <.01).

Anehnya, tim melihat di semua usia alat ini dikaitkan dengan konsumsi gula secara signifikan lebih sedikit (P = 0,015), penurunan konsumsi pemanis buatan (P = 0,02), dan penurunan konsumsi minuman manis (P = 0,001) dibanding kelompok kontrol.

Partisipan pada kelompok alat memiliki penurunan signifikan kadar insulin dibanding baseline (P = .015), yang tidak terlihat pada kelompok kontrol. Ada kecenderungan perbedaan perubahan insulin antara kedua kelompok (P = 0,08).