Ethicaldigest

Cantik dengan Cara Aman

Tahun 1980 – 1990, perkembangan ilmu kedokteran di Indonesia berjalan pesat. Salah satu indikasinya, jumlah dokter dengan berbagai spesialisasinya semakin banyak. Sayangnya hal ini tidak dibarengi bertambahnya fasilitas kesehatan, dalam hal ini rumah sakit, yang jumlahnya cenderung stagnan.

Sejumlah dokter spesialis bedah usia muda yang belum memiliki tempat praktek, berinisiatif mendirikan Klinik Bersama. Keinginan itu terwujud dan praktek bersama itu mengalami kemajuan pesat. “Muncul keinginan untuk mendirikannya di lokasi lain. Akhirnya saya dan rekan memutuskan mendirikan Rumah Sakit Khusus Bedah (RSKB) Bina Estetika di Menteng, Jakarta Pusat,” ujar. dr. Sidik Setiamihardja, SpB, SpBP.

Lokasi RSKB Bina Estetika dipilih di Menteng, karena tidak bergitu jauh dari rumahnya di Jalan Latuharhari, Jakarta Pusat. “Sempat mau didirikan di Ragunan, tapi susah aksesnya karena jalan sudah mulai macet,” paparnya. Lokasi di daerah elite Menteng, tepatnya di Jalan Teuku Cik Ditiro No. 41, sangat strategis. Terletak di jantung Ibukota Jakarta, lokasi ini cenderung tidak macet, relative rindang dan hijau oleh pepohonan.

RSKB Bina Estetika berdiri tahun 1993, di area seluas 900 m2. Banggunaan terdiri dari 4 lantai, dibagi menjadi beberapa bagian. Lantai 1 khusus untuk poliklinik, pendaftaran dan tindakan serta IGD. Lantai 2 dan 3 diperuntukan sebagai ruang rawat inap, sementara lantai 4 atau lantai paling atas,  dimanfaatkan sebagai kantor managemen rumah sakit dan ruang pertemuan.

Memperingati hari ulang tahun ke-23 yang jatuh tanggal 18 Agustus 2016, pihak managemen  memberi edukasi bedah plastik kepada masyarakat. Ini penting, mengingat masyarakat Indonesia belum banyak yang paham mengenai bidang kedokteran bedah plastik. Juga dilakukan operasi bibir sumbing bagi masyarakat kurang mampu; ini adalah kegiatan rutin tahunan.

Mengerjakan Semua Tindakan Bedah Plastik

Sejak berdirinya, RSKB Bina Estetika menerima pasien untuk semua tindakan bedah plastik; rekonstruksi maupun estetika. “Porsinya dulu 50 : 50. Lama kelamaan terjadi pergeseran. Saat ini di dominasi pasien estetika. Tetapi kami tetap mengerjakan rekonstruksi,” ujar dr. Sidik.

Menurut drg. Desak Gede Christina Diah Asita, MARS, Direktur RSKB Bina Estetika, persaingan di bidang kedokteran bedah plastik terjadi sejak rumah sakit ini berdiri hingga sekarang. Pihak manajemen berusaha untuk memenangkan persaingan. “Dulu, untuk menjaring pasien kami lebih menggunakan cara-cara sederhana. Misalnya lewat testimoni para pasien yang merasa puas dengan hasil yang dikerjakan,” paparnya. Seiring berkembangnya fasilitas penyedia layanan kesehatan, jajaran RS ini membuat jejaring dengan para dokter dan klinik. Seperti diketahui, pasien bedah plastik estetik umumnya adalah orang sehat, yang ingin terlihat lebih cantik atau lebih tampan. “Pendekatan terhadap calon pasien dilakukan melalui komunitas-komunitas tertentu,” paparnya.

Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam suku dan ras, memberi berkah tersendiri. Ras Asia umumnya memiliki hidung yang tidak begitu mancung. “Banyak pasien disini yang hidungnya minta dibuat mancung untuk memperbaiki penampilan, melalui prosedure rhinoplasty,” ujar dr. Sidik.

Mengenai rhinoplasty dr. Sidik, adalah pakar dalam tindakan medis ini. Awalnya, penggunaan silikon untuk membuat hidung mancung pasiennya menjadi pilihan. Seiring berjalannya waktu, penggunaan silikon ternyata memiliki beberapa kekurangan. Di antaranya, kulit penutup yang lama-lama menipis membuat silikon yang digunakan untuk memancungkan hidung terlihat berbayang di kulit. Kemudian dilakukan modifikasi operasi, dengan cara menambahkan jaringan pengisi, antara kulit dan silikon yang berasal dari tubuh pasien sendiri seperti jaringan otot.

Ternyata mendapat sambutan yang baik dari pasien. Hasilnya pun terlihat lebih alami dan lebih baik,” jelas dr. Sidik. Tehnik yang dilakukan ini memerlukan biaya lebih tinggi. Antara lain karena penggunaan obat-obatan dan pasien harus rawat inap sedikit lebih lama. “Semua itu dikembalikan kepada pasien. Jika pasien puas dengan hanya melakukan pemasangan silikon saja, tetap kami kerjakan. Yang penting pasien puas,” paparnya.

Teknik operasi lain yang banyak dilakukan di RSKB Bina Estetika adalah memperbaikin lipatan kelopak mata bawah maupun atas, memperbaiki tampilan dagu, termasuk operasi mengencangkan payudara. Selain bidang bedah estetika, rumah sakit ini biasa melakukan operasi rekonstruksi, misalnya operasi bibir sumbing.

Kepercayaan Pasien

Pengalaman dan kepercayaan masyarakat terhadap RSKB Bina Estetika yang selama ini sudah terjalin baik, dirasa belum cukup. “Kami berharap bisa meningkatkan jumlah pasien, lewat berbagai konsep dan strategi marketing,” jelasnya.

Belakangan ini, pihak manajemen aktif di media sosial memanfaatkan facebook, instagram dan website yang ada. “Dari survei yang kami lakukan, selain konsep marketing mulut ke mulut, beberapa pasien yang datang kesini karena melihat website dan facebook RSKB Bina Estetika,” ujarnya.

Beberapa rekanan seperti website pencarian klinik dan dokter, sudah bekerjasama dengan RSKB Bina Estetika, seperti whatclinic.com. “Kemajuan teknologi komunikasi membuat kami ingin terus maju dan mengembangkan RSKB Bina Estetika menjadi lebih baik lagi,” ujarnya lagi.

Menurut drg. Sita, konsep dari mulut ke mulut sebagai salah satu sarana marketing tidak boleh dianggap remeh. “Konsep ini bisa menarik pasein dari luar negeri untuk berkunjung ke sini,” paparnya. “Ada pasien dari Singapura, Australia dan beberapa negara lain. Warga negara Australia yang berkunjung umumnya etnis Tinghoa yang sudah lama menetap di Australia,” jelas dr. Sidik.

Ada kerjasama dengan smile train, sebuah organisasi amal terbesar yang khusus menangani celah bibir dan langit-langit. Diberikan pengobatan dan perawatan celah bibir dan langit-langit yang aman dan berkualitas, kepada ratusan pasien tidak mampu secara ekonomi. “Tahun 2014, kami melakukan operasi bibir sumbing terhadap anak dan dewasa sebanyak 255 pasien. Tahun 2015, angkanya sebanyak 213 pasien,” ujar drg. Sita. Rumah sakit umumnya tidak menerima operasi bibir sumbing dewasa, karena risiko perdarahannya cukup besar. Di sini kompetensi seorang alhi bedah plastik di uji. “Kami di sini melakukan operasi bibir sumbing dewasa,” paparnya.

Sebagai Rumah Sakit Khusus Bedah, Bina Estetika memiliki dokter bedah plastik dan dokter bedah umum. Juga ada dokter spesialis kulit dan kelamin, dokter penyakit dalam serta dokter anastesi dan dokter umum. “Itu yang membedakan kami dengan klinik-klinik kecantikan,” jelas drg. Sita. Sebagai fasilitas penunjang, terdapat fasilitas laboratorium dan high care unit. “Adanya fasilitas penunjang, dapat memberikan rasa nyaman yang lebih bagi pasien dan keluarga, serta dokter yang melakukan tindakan medis,” ujarnya.

Menurut dr. Sidik, tindakan estetika memerlukan informasi lebih dibanding dengan tindakan medis yang lain. Tak lain karena, “Pasien yang datang tidak dalam kondisi sakit. Mereka itu sehat, hanya ingin memperbaiki penampilan. Di era sekarang, penampilan menarik sudah menjadi kebutuhan utama,” jelasnya. Komunikasi yang baik akan membuat pasien yakin dan merasa tenang.

 Sebagai rumah sakit tipe C, RSKB Bina Estetika memiliki 25 tempat tidur. Satu ruangan kelas 3 berisi 6 tempat tidur. Ada ruangan Kelas 2, Kelas 1 dan VVIP. Proporsi VVIP dan kelas 1 lebih banyak, karena pasien estetika relatif jarang yang mau di kelas 3.

Lama rawat pasien umumnya singkat, antara 1-2 hari. “Kebanyakan pasien malah one day care,” ujar drg. Sita. Perawatan dimaksudkan untuk melakukan observasi dan memberi kenyamanan serta rasa aman pada pasien setelah dilakukan tindakan. Kebanyakan pasien yang datang adalah kaum hawa; hanya sekitar 10% pasien laki-laki. Bed Occupation Rate (BOR) sekitar 14%, karena pasien umumnya tidak perlu  rawat inap. Jumlah kunjungan setiap bulannya berkisar antara 40 pasien. Mengenai tarif suatu tindakan, sangat bergantung pada kualitas pelayanan. “Di sini, ketika pasien memasang silikon untuk memancungkan hidung tidak sekedar dipasang lalu ditutup kembali. Ada penambahan teknik dan benefit yang lebih baik, membuat biayanya sedikit lebih mahal.  Penggunaan alat dan obat-obatan sangat mempengaruhi harga. “Intinya, berbekal pengalaman kami selama hampir 25 tahun di bidang estetika dan rekonstruksi, kami berupaya memberikan pelayanan  terbaik untuk pasien.”