Ethicaldigest

Graves Ophthalmopathy

Graves ophthalmopathy yang dikenal juga sebagai tyroid associated ophthalmopathy (TAO), merupakan gangguan inflamasi autoimune pada jaringan orbital retro, dengan pencetus yang berkesinambungan. Kondisi ini, menurut dr. Cicilia Hendarmin, SpM, dari Rumah Sakit Gading Pluit, Jakarta, “Ditandai dengan retraksi kelopak mata, keterlambatan kelopak mata dalam mengikuti gerak mata (lid lag), proptosis (penonjolan mata), myopati ekstraokuler restriksi dan neuropathy optik progresif.”

Beberapa penelitian menyebutkan, TAO terjadi pada wanita 2,5-6 kali lebih sering dibanding pada pria. Meski demikian, kasus terberat lebih sering dijumpai pada pria. TAO terjadi pada rentang usia 30-50 tahun, dan kasus berat sering dijumpai pada mereka dengan usia 50 tahun keatas. Data terbaru memperkirakan, TAO terjadi pada 16/100.000 wanita dan 2,9/100.000 pria.

Belakangan patogenesis dari TAO mulai jelas untuk dipahami, salah satunya karena peningkatan volume otot extraocular dan jaringan ikat retroorbital adiposa, yang disebabkan adanya peradangan dan akumulasi glikosaminoglikan hidrofilik (GAG) terutama asam hyaluronic pada jaringan. Lebih lanjut, sekresi GAG oleh fibroblas yang meningkat oleh aktifasi cytokines sel T seperti tumor necrosis factor (TNF)- alpha dan gamma interferon.

Akumulasi GAG menyebabkan perubahan tekanan osmotic, yang pada giliranya menyebabkan akumulasi cairan, pembengkakan otot, dan peningkatan tekanan di orbit. Perubahan inilah yang secara langsung menyebabkan bola mata terdorong ke depan, yang dapat mengakibatkan terganggunya fungsi otot ekstraokular dan aliran vena orbit. Pada pemeriksaan histologis, otot ekstraokular mengalami pembengkakan. Pada beberapa otot juga menunjukkan adanya fremegmentasi dan infiltrasi, dengan limfosit yang kebanyakan merupakan limfosit T.

Dengan kata lain, sel T di sini memliki peran penting pada terjadinya ophthalmopathy. Dalam sebuah studi in vitro pada jaringan retroorbital pada pasien dengan graves, menunjukkan bahwa infiltrasi sel T diaktivasi oleh fraksi jaringan retroorbital. Di lain pihak, retroorbital fibroblas mensekresikan GAG sebagai respon dari sitokin, seperti halnya interferon gamma dan TNF – Alpha yang disekresi T Sel Helper (CD4+) dari jenis Th1.

Beberapa penelitian nmenyebutkan bahwa insulinlike growth factor 1 receptor (IGF-1R)  merupakan sebuah autoantigen yang memiliki peran penting pada terjadinya TAO. Sirkulasi sel T secara langsung akan melawan antigen pada sel-sel folikular tiroid. Pengenalan antigen ini pada fibroblas tibial dan pretibial. Interaksi antara CD4 T sel yang teraktifasi dan fibroblas, menghasilkan pengeluaran sitokin ke jaringan sekitarnya khususnya interferon-interleukin- 1 dan tumor nekrosis faktor. Sitokin-sitokin ini atau yang lainnya kemudian merangsang ekspresi dari protein-protein immunomodulatory, dalam fibroblas orbital yang selanjutnya meningkatkan respon autoimun pada jaringan ikat orbital. IGF-1R selanjutnya merangsang produksi glycosaminoglikan oleh fibroblast, kemudian merangsang proliferasi dan fibroblat dan terjadi akumulasi glycosaminoglikan dan edema pada jaringan ikat orbita.

Peningkatan volume jaringan ikat dan pengurangan pergerakan otot ekstraokuler, dihasilkan dari stimulasi fibroblast untuk menimbulkan manifeatasi klinis oftalmopathy.

Kebanyakan pasien dengan TAO, didiagnosis mengalami hipertiroid. Pada 20% euthyroidsm juga dapat terjadi TAO, demikian halnya dengan penderita tiroiditis hashimoto, dan kanker tiroid. Selain itu studi di Eropa menyebutkan bahwa pada mereka yang merokok, risiko terjadinya TAO meningkat 2,4 kali.