Ethicaldigest

dr. Muhammad Zaiem

Sunat atau khitan sudah dikenal sejak zaman dulu, dan peralatan khitan tentunya belum secanggih sekarang. “Anak yang akan dikhitan biasanya dipegangi beramai-ramai, lalu bagian kulit penutup penisnya dipotong. Ini terjadi di Afrika,” ujar pakar khitan dewasa dr. Muhammad Zaiem.

Di masyarakat Dayak Ketungau Sesat di Sekadau (Kalimantan Barat), dulu jika seseorang belum besepie’ (khitan), tidak boleh menduduki jabatan dalam masyarakat, sulit mendapat jodoh bahkan dikucilkan. Menurut kepercayaan mereka, orang yang tidak besepie’ tidak mempunyai harga diri dan dianggap belum dewasa. Besepie’ biasanya dilakukan pada anak lelaki berumur 10 – 15 tahun, dipimpin seorang manangg sepie’ (pemimpin upacara adat). ri.

Kini, metode khitan terus berkembang; ada metode konvensional, laser sampai klemp. Pada metode konvensional yangmerupakanmetode pertama khitan, kulit penutup kepala penis dipotong sedikit-sedikit, dimulai dari bagian atas, melingkar ke kanan kemudian ke bawah. Berlanjut melingkar ke kiri mengarah ke bawah. “Risikonya bisa menyebabkan perdarahan dan luka terbuka,” ujar ayah dua  anak ini.

Para peneliti mengembangkan metode baru, untuk mempermudah dan mempercepat tindakan khitan dan agar lebih aman, yaitu dengan teknik laser. Teknik ini menggunakan alat electric cauter. Prinsip kerjanya mirip solder. Lempeng besi tipis dipanaskan dengan listrik, setelah panas dan ujung laser memerah, kemudian digunakan untuk memotong kulit penutup kepala penis. “Metode laser sudah ada sejak tahun 1980-an,” jelas pemilik Graha Rumah Sunatan, Bekasi. Ada pun klemp adalah metode khitan dengan teknik penjempitan; sebelumnya berkembang di Eropa tepatnya Jerman dan Belanda. “Teknik ini popular dilakukan di Indonesia, karena memiliki beberapa keunggulan. Di antaranya, pasien bisa langsung beraktifitas, prosedur khitan lebih cepat, dan hasil estetik lebih bagus.”