Ethicaldigest

Penggunaan Probiotik Pada Kehamilan

Banyak wanita yang sejak awal kehamilan, mengalami gangguan pada pencernaan. Peningkatan hormon, kelelahan dan stress merupakan faktor yang mempengaruhi keseimbangan flora normal di usus. Akibatnya, wanita hamil lebih rentan mengalami konstipasi, nausea, muntah dan perut kembung.

Probiotik tidak hanya dapat mengurangi gejala tersebut di atas, namun juga membantu mengembalikan keseimbangan flora normal di usus. Bahkan, dalam penelitian terhadap wanita hamil yang mengalami konstipasi, penggunaan beberapa strain probiotik dapat membantu mencegah dan memperbaiki konstipasi, hanya dalam dua minggu.

Sebagai bonus, studi mengatakan konsumsi probiotik selama kehamilan dapat mencegah terjadinya berbagai infeksi, dengan meningkatkan imunitas. Termasuk di antaranya infeksi saluran kemih, kandidiasis dan radang kulit, yang sering terjadi selama kehamilan.

Yang mengejutkan, penelitian menunjukkan bahwa penggunaan probiotik selama kehamilan berpotensi mencegah terjadinya kelahiran prematur. Hal ini berkaitan dengan manfaatnya, dalam mencegah terjadinya vaginosis bakterial. Kelahiran prematur merupakan penyebab kematian 60-80% pada neonatus. Sebanyak 30-50% di antaranya, berkaitan dengan infeksi yang dialami oleh ibu.

Sebuah studi di Norwegia yang dipublikasikan dalam American Journal of Clinical Nutrition Oktober 2010, wanita hamil yang memiliki kebiasaan mengonsumsi produk probiotik berisiko lebih rendah terhadap terjadinya persalinan prematur.

Pada studi kecil Cochrane Pregnancy and Childbirth Group, probiotik yang diberikan secara lokal dapat mengatasi infeksi vagina pada wanita hamil. Pemberian bertujuan untuk mengembalikan keseimbangan flora dan keasaman pada vagina secara lokal, tanpa mempengaruhi tubuh secara sistemik.

Selain manfaat pada ibu, probiotik memberi manfaat bagi janin yang ada dalam kandungan. Di antaranya, menurunkan risiko terjadinya necrotizing enterocolitis (NEC) yang sangat berbahaya, dan menurunkan risiko terjadinya eksim, asma, serta reaksi alergi lainnya. Studi yang mempelajari efek probiotik terhadap alergi dan sensitisasi atopik anak pada dua tahun pertama, menunjukkan adanya penurunan prevalensi eksim sebesar 49% pada anak yang mendapat suplemen HN001.

Ini didukung oleh studi lanjutan yang dipimpin Kristin Wickens, PhD, terhadap 425 bayi selama 4 tahun setelah pemberian L rhamnosus (HN001;6 x 109 cfu/hari) dan Bifidobacterium animalis subsplactis (HN019; 9 x 109 cfu/hari), atau plasebo. Suplemen diberikan pada ibu sejak kehamilan 35 minggu sampai anak lahir, dilanjutkan sampai 6 bulan setelah lahir melalui ASI, dan semua bayi mendapat suplemen sejak lahir sampai usia 2 tahun.

Hasilnya, prevalensi terjadinya eksim sebelum usia 4 tahun menurun secara signifikan, pada anak yang mendapat HN001 (HR 0,57; 95% CI, 0,39-0,83) dibandingkan dengan yang mendapat plasebo. Prevalensi rhinokonjungtivitis pada usia 4 tahun (RR 0,38; 95% CI, 0,18 – 0,83) juga menurun secara signifikan, pada anak yang mendapat HN001. Tidak ada hasil yang bermakna pada yang mendapat HN019.

Apakah probiotik aman diberikan pada wanita hamil? Data menunjukkan, suplemen probiotik jarang sekali diserap secara sistemik pada orang yang sehat. Studi meta-analisis dan sejumlah percobaan acak terkontrol menunjukkan, pemberian selama trimester ketiga tidak meningkatkan efek samping terhadap janin. Secara umum, pemberian probiotik secara oral atau vaginal aman, dan dapat ditoleransi dengan baik.

Yang menjadi kekhawatiran adalah terjadinya infeksi sistemik, akibat probiotik yang dikonsumsi. Meski sangat jarang, ada laporan mengenai bakteremia dan fungemia yang terjadi berkaitan dengan probiotik. Risiko bakteremia oleh Lactobacillus, diperkirakan kurang dari 1 banding 1 juta orang. Sedangkan risiko fungemia oleh Saccharomyces boulardii, diperkirakan 1 banding 5,6 juta orang; risiko ini lebih rendah pada mereka yang sehat.

EFEK PEMBERIAN PROBOTIK PADA GANGGUAN SALURAN CERNA