Ethicaldigest

“Tujuannya Mencapai Kontrol Total Asma” 2

Asma tidak bisa dihilangkan, tapi bisa dikontrol agar tidak terjadi eksaserbasi yang dapat menyebabkan remodeling pada saluran nafas. Ada beberapa faktor menghalangi penderita mencapai kontrol total, di antaranya tidak teratasinya penyakit penyerta, seperti GERD. Dengan mengobati GERD, pasien asma bisa sembuh? Berikut petikan wawancara VITR HUTOMO dari Ethical Digest dengan dr. Budhi Antariksa, Sp.P(K), Ph.D, staff pengajar Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:

Kriteria-kriteria apa yang dipakai untuk menentukan asma yang terkontrol?

Bagaimana kehidupannya sehari-hari (quality of Life), bagaimana kondisi asma di malam hari, ada tidak pemakaian obat pelega, ada tidak kunjungan ke gawat darurat. Melihat  spirometrinya cenderung menuju normal atau dalam batas normal.

Apakah peak flow meter masih digunakan?

Peak flow meter buat masyarakat umum tidak gampang mendapatkannya. Selain itu, butuh biaya  lebih besar, karena harganya sekitar Rp.300-500 ribu. Itu hanya untuk melihat aliran puncak ekspirasi. Pada  Asthma Controol Test kita hanya menjawab pertanyaan-pertanyaan subyektif, tapi cukup kuat untuk menilai keadaan asmanya. Kalau peak flow meter ini pasien bisa membeli akan lebih bagus, karena ada parameter yang obyektif. Biasanya dipakai setiap pagi dan malam, kalau kecenderungannya turun, mungkin akan terjadi eksaserbasi maka pendeteksian dengan  peak flow meter lebih sensitive. .

Berdasar GOLD, obat terbaik adalah dengan kortikosteroid hirup dan long acting beta 2 agonist. Berapa persen efektifitas pengobatan ini?

Kalau dilihat definisi asma, maka dasar penyakit ini adalah inflamasi kronis. Ditandai dengan bronkospasme atau penyempitan saluran nafas. Jadi, obat asma tidak akan jauh dari obat antiinflmasi, dan obat yang dapat melebarkan penyempitan jalan nafas. Diberikan obat beta 2 agonist, gunanya untuk melebarkan jalan nafas ditambah steroid. Berdasarkan definisi tersebut, maka obat terbaik adalah LABACs atau long acting beta 2 agonist with cortikosteroid.

Dalam panduan pengobatan, pemakaian LABACs lebih superior daripada steroid inhaler. Hasil penelitian menyebutkan, walau dosis steroid inhaler dinaikkan, misalnya dari 200 menjadi 400, LABACs tetap lebih superior, meski dengan dosis steroid nya 200 namun di gabung dengan long acting beta 2 agonist. Superior dalam hal peak flow meter-nya lebih tinggi, leganya lebih cepat. Penelitian juga menyatakan bahwa kedua obat ini bersifat sinergi.

Bagaimana prinsip pemberian dosis dari LABACs?

Prinsip pelaksananya melihat, apakah sudah mencapai kontrol total atau belum. Kalau belum, kita lihat apakah obat apa yang dipakai sudah sesuai dengan anjuran. Dalam pedomannya ada langkah-langkah pemberian obat, step 1, 2, 3, 4 dan 5. Step 1 untuk penatalaksanaan saat ada serangan atau akut. Setelah serangan berakhir, dilihat apakah kriterianya masuk pada terkontrol, terkontrol sebagian atau tidak terkontrol sama sekali.

Dan dilihat, obat apa saja yang sudah didapat. Kalau obatnya sudah tepat, tapi masih belum terkontrol total. Obat ini bisa ditingkatkan dosisnya, atau kita anjurkan pakai kombinasi. Kalau belum pernah pakai kombinasi, kita anjurkan pakai kombinasi dengan dosis rendah dulu. Sekitar seminggu atau 2 minggu, kita lihat kembali. Setelah 2 minggu pasien bisa menilai sendiri status asmanya dengan menggunakan Kuesioner Asthma Control Test , Kalau dalam 2 minggu belum ada perbaikan, dosis bisa dinaikkan, sampai mencapai kontrol total. Kalau sudah terkontrol total,  kita anjurkan untuk mempertahankan dosis tersebut sampai 7-8 minggu atau 3-6 bulan. Biasanya, saya akan ambil 3  bulan.

 Satu bulan pasien datang masih terkontrol total, dosis diteruskan. Bulan kedua masih terkontrol, dosis teruskan. Kalau bulan ketiga masih terkontrol, dosis saya turunkan. Jadi, dosis diturunkan setelah 7-8 minggu atau 3 bulan. Kadang, pasien bosan atau ingin cepat-cepat ‘ lepas’ dari inhaler. Jadi, dia kadang berhenti  atau turunkan sendiri, atau selang seling. Hari ini pakai, besok tidak. Kadang ada yang begitu, ya memang itu keinginan pasien. Dan ada pasien yang berpikir, kalau saya pakai obat ini terus nanti akan ketergantungan.

 “TUJUANNYA MENCAPAI KONTROL TOTAL ASMA”