Ethicaldigest

Pemeriksaan HbA1c 2

Pemeriksaan High Performance Liquid Chromatography (HPLC), merupakan metode yang dapat memberi informasi terkait kelainan hemoglobin. “Pada pemeriksaan HPLC, terdapat gambaran puncak tak dikenal atau graph. Walau pun pemeriksaan ini terpengaruhi oleh hemoglobinopathy, setidaknya kita bisa mengetahui ketika ada kelainan hemoglobin,” lanjutnya.

Pemeriksaan HbA1c menggunakan metode imunotubulometri, juga mengalami perkembangan. “Kini pemeriksaan imunotubulometri generasi baru, dapat memberikan hasil yang lebih spesifik, dapat mengenal asam amino yang lebih pendek,” tutur Prof. Marzuki.

Belum ada standardisasi pemeriksaan HbA1c di Indonesia, menyebabkan masih besarnya variasi hasil HbA1c antar satu laboratotium dengan yang lain. “Salah satu hal yang menyebabkan perbedaan hasil HbA1c, antara lain metode yang digunakan,” tuturnya. Terkait isu ini, Prof. Marzuki dan Prof. Sidartawan senada, menyarankan pemeriksaan HbA1c pada laboratorium yang sama untuk pemantauan diabetes. Hal ini untuk mengurangi faktor variasi antar laboratorium, yang masih sering dijumpai di Indonesia.

Prof. Sidartawan mengatakan, berdasar pengalamannya keliling Indonesia untuk memberikan seminar,  masih banyak dokter yang belum melakukan bahkan belum mengetahui pemeriksaan HbA1c. “Dalam mengobati pasien diabetes, dokter harus memahami apa target pengobatan, bagaimana mencapai target itu dan toolsnya apa saja,” ujarnya.

HbA1c adalah salah satu metode pemantaun gula darah, yang penting dilakukan pada pasien diabetes.

Metode pemantauan gula darah yang lain

Prof.  Sidartawan memaparkan berbagai pemeriksaan gula darah lain yang tersedia. “Selain pemeriksaan HbA1c, terdapat pemeriksaan glycated albumin, 1,5-anhydroglucitrol, fructosamine dan continous glucose monitoring,” ujarnya.

Glycated albumin merupakan marker gula darah, dengan waktu paruh yang lebih singkat. Derajat glikasi protein serum, dalam hal ini albumin, memberikan penilaian kontrol glikemik dalam waktu yang lebih singkat, dibandingkan hemoglobin. Hal ini akibat waktu paruh albumin yang lebih pendek, yaitu sekitar 14-20 hari. Pemeriksaan ini bermanfaat, khususnya pada keadaan di mana pemeriksaan HbA1c tidak dapat digunakan, misalnya pada pasien dengan kelainan hemoglobin.

“Bila Anda memberikan obat seperti metformin atau sulfonilurea, dan ingin melihat trend gula darah setelah 2 minggu, Anda tidak dapat melakukan HbA1c karena tentu belum terjadi perubahan,”  tutur Prof.  Sidartawan. “Dengan pemeriksaan glycated albumin, dapat dilihat trend gula darah dalam waktu yang lebih singkat.”  Namun demikian, pemeriksaan glycated albumin masih memasuki tahap awal dan belum dilakukan rutin di Indonesia.

1,5-Anhydroglucitrol (1,5-AG) adalah sebuah monosakarida yang ditemukan pada makanan. Penggunaan 1,5-AG untuk pemantauan pasien diabetes, diperkenalkan pertama kali di Jepang tahun 1981. Dalam keadaan gula darah normal, 1,5-AG hasil filtrasi glomerulus akan di reabsorbsi di tubulus proksimal ginjal. Ketika gula darah meningkat, terjadi penurunan reabsorbsi 1,5-AG, dan menyebabkan jumlah 1,5-AG yang bersirkulasi dalam darah menurun. Penurunan kadar 1,5-AG, menunjukkan adanya peningkatan kadar gula darah pada pasien.

Continuous Glucose Monitoring System (CGMS) merupakan metode pemeriksaan gula, yang dapat memberikan kadar glukosa interstitial saat itu dan memberi informasi secara terus menerus. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menempatkan sensor glukosa di bawah kulit, yang dapat digunakan sampai beberapa hari. Sensor ini terhubung dengan sebuah transmitter, yang dapat melanjutkan informasi ke penerima (seperti pager).

Pemeriksaan CGMS dapat memberi gambaran fluktuasi kadar gula harian, yang dialami pasien. Pemeriksaan yang terus menerus ini juga dapat memberikan informasi kadar gula setelah pemberian insulin, olah raga, atau makan. Selain itu, metode ini memberi informasi pada keadaan tertentu. Misalnya malam hari yang berguna untuk memberikan acuan dosis insulin yang digunakan, atau pasien diabetes dengan keadaan hipoglikemia.

Prof. Marzuki dan Prof. Sidartawan menekankan pentingnya pemeriksaan HbA1c, untuk pemantauan gula darah pada pasien diabetes. Sampai saat ini, HbA1c masih merupakan metode pemantauan gula darah yang paling umum.  Sedangkan indikator gula darah lain seperti glycated albumin, 1,5-AG atau fructosamine, masih belum umum dilakukan.

Dokter tidak dapat mengetahui profil gula darah pasien, jika hanya melakukan pemeriksaan gula darah sewaktu. Namun, dokter harus mengetahui  kelemahan pemeriksaan HbA1c sehingga interpretasi hasil pemeriksaan tepat dan akurat.

Pemeriksaan HbA1c