Ethicaldigest

Manfaat Suplementasi Vitamin Neurotropik

Suplementasi vitamin neurotropik kombinasi terbukti dapat mengurangi gejala neuropati dengan berbagai etiologi. Aman dikonsumsi jangka panjang.

Asian Journal of Medical Science Januari 2018 mempublikasikan hasil penelitian, yang dilakukan di 9 kota besar Indonesia tentang manfaat suplementasi vitamin neurotropik kombinasi pada gejala neuropati perifer.

Seseorang yang terdiagnosa neuro­pati, pada beberapa tipe dapat 100% sem­buh. Intervensi awal bisa meningkatkan hasil akhirnya. Mengeliminasi penyebab neuropati bisa mencegah kerusakan lebih jauh pada sistem saraf.

Tujuan tatalaksana adalah untuk me­ngontrol penyakit/penyebab neuro­pa­ti, seperti diabetes, infeksi dan lain-lain. Atau mengurangi gejala yang timbul. Sebagai manajemen pengurang rasa sakit dipakai analgesik, gabapentin, pregabalin, NSAID, agen topikal atau obat-obat narkotik.

“Untuk neuropati karena defisiensi vitamin, diberikan kombinasi vitamin B,” papar dr. Manfaluthy Hakim, SpS(K), Kepala Divisi Neurofisiologi Klinik dan Penyakit Neuromuskular Departemen Neurologi FKUI-RSCM. 

Ia bersama  Nani Kurniani, Rizaldy Pinzon, dkk, melakukan penelitian yang bertujuan mengevaluasi efektivitas dan keamanan kombinasi vitamin B1, B6 dan B12 dosis tetap, pada pasien neuropati pe­ri­fer derajat ringan sampai sedang, de­ngan beragam etiologi. Proses rege­ne­rasi saraf perifer sangat lambat dan hanya bisa terjadi jika sel saraf tersebut masih hidup.

Studi ini merupakan penelitian prospective, open label, multi-center dan single arm observation, dengan total subyek 411 penderita neuropati, berusia 18-65 tahun. Sebanyak 104 subyek men­derita diabetes melitus, 44 orang dengan carpal tunnel syndrome, 112 orang neu­ropati idopatik, neuropati karena sebab lain 25 orang, sebab kombinasi sebanyak 126 partisipan. Gejala yang dirasakan me­liputi nyeri tertusuk, rasa seperti terbakar, paresthesia (kesemutan) dan baal.

Selama penelitian yang dilakukan se­la­ma 90 hari, responden mengonsumsi sa­tu tablet/hari vitamin neurotropik kombi­nasi; vitamin B1 100mg, vitamin B6 100mg dan B12 5000µg dari Neurobion Forte. Pemeriksaan (visit schedule / V) dilakukan pada hari ke 0 (baseline / V1), hari ke 14 (V2), hari ke 30 (V3), hari ke 60 (V4) dan hari ke 90 (V5).

“Metode pengujian menggunakan Michigan Neuropathy Screening Instrument (MNSI) dan Toronto Clinical Neuropathy Score (TCNS),” kata dr. Luthy.

MNSI dipakai untuk menilai neuropati perifer distal simetris pada pasien diabetes. Mencakup dua penilaian terpisah: kue­sioner berisi 15 pertanyaan dengan peni­lai­an pribadi tentang gejala neuropati yang dirasa, dan eksaminasi tubuh bagian ba­wah oleh praktisi medis yang meliputi ins­peksi dan penilaian sensasi getaran dan re­flek ankle. Termasuk pemeriksaan ke­lain­an bentuk kaki, kulit kering, luka dan infeksi.

TCNS merupakan salah satu cara penegakan diagnosis dan stadium poly­neu­ropati, menggunakan tiga pengu­kur­an: skor gejala (kesemutan, baal, dll), skor reflek (reflek lutut dan ankle), serta tes saraf sensorik (sensasi temperatur, getaran, dll).

Peneliti mendapati penurunan semua gejala neuropati yang signifikan mulai hari ke 14 (V2) sampai akhir studi (V5). Rasa nyeri seperti tertusuk dari skor baseline 1.50 (skor maksimal 3.00) menjadi sekitar 1.30 pada V2 dan 0.50 di hari ke 90 (V5). Rasa terbakar dari sekitar 0.60 (baseline) menjadi 0.50 dan sekitar 0.20, pada hari ke 14 dan 90. Paresthesia dan kebas yang awalnya sekitar 1.70 menjadi 1.5 dan 0.60 (V2 dan V5).

“Secara keseluruhan, gejala neuropati berkurang sebanyak 62,9%. Masing-masing pengurangan gejala seperti rasa sakit tertusuk hingga 64,7%, rasa terbakar berkurang 80,6%, kesemutan 61,3% dan kebas hingga 55,9%,” urai dr. Luthy.

Gejala umum neuropati dari sisi etiologi ikut berkurang. Neuropati diabetes menjadi 24% (V2) dan 66% di akhir studi (V5), carpal tunnel syndrome dari 20,4% (V2) turun sampai 64,7% (V5), idiopatik dari 13,1% (V2) menjadi 57,7% (V5), penyebab lain 28% (V2) ke 62,6% (V5) dan penyebab kombinasi dari 21,1% (V2) berkurang ke 64,3% (V5).

Kualitas hidup semua partisipan (fisik maupun mental) juga meningkat secara signifikan, sampai akhir penelitian. Dalam penelitian NENOIN (Neurobion non-interventional) Study ini didapati, efek samping konsumsi rutin kombinasi vitamin neurotropik dalam jangka panjang relatif kecil (dapat ditoleransi).

“Studi ini membuktikan, konsumsi vitamin neurotropik tidak hanya mencegah, tapi juga bisa mengurangi gejala keru­sakan saraf tepi,” pungkasnya. (jie)

Ilustrasi: Michal Jarmoluk from Pixabay