Ethicaldigest

Obat Antidiare untuk HIV/AIDS

Diare pada penderita HIV/AIDS dapat terjadi karena penyakitnya mau pun obat antiretroviral yang diminum. Tidak jarang, hal ini menyebabkan dehidrasi yang berbahaya. Saat ini, tersedia obat antidiare yang dapat membantu meredakan diare pada pasien dengan HIV/AIDS yang sedang menjalani pengobatan antiretroviral.

Obat baru yang disetujui FDA ini bernama Fulyzaq, mengandung Crofelemer. Obat ini dapat diberikan pada penderita HIV/AIDS yang mengalami diare, yang bukan disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau parasit. Yang sering terjadi adalah diare yang berkaitan dengan pemberian obat antiretroviral, sehingga pasien terpaksa menghentikan atau mengganti terapi. Crofelemer diberikan dua kali sehari untuk mengatasi diare cair, akibat sekresi air dan elektrolit di saluran cerna.

Crofelemer berasal dari getah tumbuhan Croton lechleri dan merupakan obat resep botani kedua yang disetujui FDA. Persetujuan ini didasarkan atas percobaan klinis terhadap 374 pasien HIV positif, yang mendapat antiretroviral dengan riwayat diare selama lebih dari satu bulan. Pasien dengan diare akibat infeksi atau penyakit saluran cerna, tidak diikutsertakan dalam percobaan ini. Sebanyak 17,6% pasien mengalami respon positif dibanding yang mendapat plasebo sebanyak 8%. Efek antidiare Crofelemer dapat bertahan sampai 20 minggu.

Sebelum memberikan Crofelemer, hendaknya dokter melakukan pemeriksaan lebih dulu. Apakah diare yang terjadi disebabkan oleh infeksi atau penyakit di saluran pencernaan. Efek samping yang ditemukan selama percobaan, antara lain infeksi saluran napas atas, bronkitis, batuk, flatulensi, dan peningkatan kadar bilirubin.