Ethicaldigest

Faktor Risiko CDI Pasien Rawat Inap

Pasien yang menjalani rawat inap memiliki risiko lebih tinggi terkena infeksi Clostridium difficile (CDI) selama perawatan, jika mereka mendapat penghambat pompa proton (PPI), antagonis H2, sukralfate, atau beberapa antibiotik tertentu. Ini hasil sebuah penelitian retrospektif multisenter baru.

Meski mekanisme peningkatan risiko infeksi masih belum jelas,”Hasil ini mendorong perlunya pengamatan pada pasien-pasien yang mendapat antibiotik dan pengobatan, yang mengganggu regulasi asam lambung,” tulis Troy Watson, PharmD, dan rekan dari Hospital Corporation of America di Nashville, dalam sebuah artikel di Clinical Infectious Disease, Desember 2017.

Dampak penghentian pemberian terapi penekan asam bersama dengan pemberia antibiotik yang terkontrol, dapat menurunkan secara signifikan kejadian CDI di rumah sakit. Peneliti menemukan bahwa carbapenems, sefalosporin generasi ketiga dan keempat, metronidazole dan piperacillin/tazobactam meningkatkan risiko CDI. Risiko menurun dengan penggunaan clindamycin, macrolides dan  tetracyclines.

“Temuan-temuan berkenaan dengan penggunaan clindamycin cukup mengejutkan, karena clindamycin telah diklasifikasikan sebagai risiko tinggi berkembangnya CDI, baik di masyarakat atau saat perawatan di rumah sakit,” tulis peneliti. “Temuan ini bisa karena penurunan penggunaan clindamycin sejalan dengan waktu.Hasil ini menunjukkan, efek protektif dari tetracycline dan makrolid sesuai dengan hasil-hasil temuan sebelumnya.” 

Untuk mengidentifikasi faktor risiko, Dr, Watson dan rekan menganalisis data dari 1.237.537 orang dewasa berusia 18 tahun atau lebih, yang dipulangkan dari 150 rumah sakit dalam sebuah sistem kesehatan AS (Hospital Corporation of America), antara 1 Oktober 2015 hingga 30 September 2016.  Para peneliti memusatkan perhatian pada infeksi yang didapat di rumah sakit dan tidak melibatkan pasien hamil dan persalinan, pasien yang tidak memberi data lengkap atau mereka dengan tes tinja positif C difficile dalam 3 hari pertama di rumah sakit.

Secara keseluruhan, 4587 (0,37%) pasien memiliki CDI onset di rumah sakit. Rata-rata, pasien dengan CDI lebih besar kemungkinannya menjalani perawatan akut jangka panjang dan memiliki Case Mix Index yang lebih tinggi dan lama perawatan intensif yang lebih panjang, telah menggunakan antibiotik lebih lama dan menderita diabetes, penyakit Crohn, atau kolitis ulserativa. Untuk setiap penambahan usia 1 tahun, risiko CDI pasien meningkat 0,5%, dan wanita memiliki kemungkinan infeksi 1,2 kali lebih besar daripada pria.

Pasien yang mendapat PPI memiliki kemungkinan 44% lebih besar mengalami CDI onset rumah sakit. Mereka yang menerima antagonis H2 memiliki kemungkinan 13% lebih besar, dan yang menerima sukralfate memiliki peluang 37% lebih besar (P <0,001 untuk masing-masing).

Antibiotik yang paling terkait dengan peningkatan risiko untuk CDI termasuk carbapenems, sefalosporin generasi ketiga dan keempat, metronidazol dan piperasilin / tazobaktam, berkisar antara 1,25 – 2,28 kali kemungkinan lebih besar (P <.001). Pasien yang menerima dua atau lebih antibiotik berbeda, memiliki 1,65 kali lebih besar kemungkinan infeksi.

Pasien memiliki risiko infeksi yang lebih rendah jika mereka menerima tetrasiklin, makrolida, atau klindamisin (rasio odds, 0,393-0,704; P <0,005 untuk masing-masing). “Kombinasi PPI dengan [fluoroquinolones], sefalosporin generasi ketiga, sefalosporin generasi keempat, klindamisin atau karbapenem tidak secara signifikan mengubah kemungkinan CDI di rumah sakit,” lapor para penulis.

Temuan terakhir ini bertentangan dengan hasil meta-analisis sebelumnya yang menyimpulkan bahwa, “Penggunaan PPI dan antibiotik bersama-sama menghasilkan risiko yang lebih besar dibanding PPI saja,” tulis mereka.