Ethicaldigest

Hiperemesis Gravindarum: Penanganan Mual-Muntah pada Kehamilan

Hiperemesis gravindarum menyulitkan wanita hamil di minggu-minggu peryama kehamilan. Pemberian cairan dan elektrolit adalah pengobatan lini pertama, untuk Hiperemesis gravindarum. “Tujuannya untuk mengatasi dehidrasi yang terjadi pada penderita,” ucap dr. Damar Pramusito, Sp.OG dari Divisi Fetomaternal, Departemen Obstetri-Ginekologi, FK Universitas Indonesia. Untuk mengatasi muntah, penderita dapat diberi obat-obatan antiemetik.

Jika dalam beberapa hari tidak ada respon dan gejala tidak berkurang, bahkan memberat, pikirkan gastroenteritis, kolesistitis, pancreatitis, hepatitis, ulkus peptikum, pielonefritis dan perlemakan hati kehamilan. Selain itu, menurut dr. Damar, dukungan psikologis dari tim medis atau pun keluarga, penting untuk membantu kesembuhan pasien.

Pola Makan dan Gaya Hidup

Pengaturan pola makan dan perubahan gaya hidup, adalah pendekatan lini pertama untuk wanita dengan mual dan muntah. Pendekatan ini meliputi makan dalam jumlah kecil dan sering, menghindari perut kosong, menghindari makanan kaya lemak dan pedas (bahkan membaui atau memasak makanan jenis ini), makan dry crackers sebelum bangkit tidur di pagi hari, dan makanan mengandung protein tinggi sebelum istirahat di malam hari.

Ada penelitian berbasis bukti, mengenai efektifitas pendekatan-pendekatan ini. Dalam satu survey, wanita melaporkan bahwa tindakan ini bermanfaat, dan beberapa wanita melaporkan bahwa gejalanya menghilang total. Sebagian besar wanita tidak merasa penting utuk mengurangi gejala. Dalam survey internasional oleh Goodwin dan kawan-kawan, 22% wanita yang mengalami hiperemesis gravidarum menyatakan, intervensi pengaturan makan mungkin efektif.

Satu penelitian acak dan observasional menemukan, menggunaan multivitamin sebelum kehamilan dan/atau sebelum 65 minggu masa gestasi, dapat menurunkan insiden mual dan muntah.  Tidak ada penelitian klinis yang secara langsung menguji penggunaan multivitamin sebagai pengobatan preventif untuk mual dan muntah. Sebaliknya, zat besi dalam vitamin prenatal diketahui dapat menyebabkan gangguan saluran cerna pada beberapa wanita. Karenanya salah satu yang sering disarankan klinisi, adalah menghentikan penggunaan vitamin prenatal sampai mual dan muntah membaik.

Pengobatan Nonfarmakologis

Banyak wanita memilih menggunakan terapi non farmakologis untuk mual dan muntah, karena khawatir efek samping obat selama perkembangan embrionik dan janin. Dalam satu survey, 61% partisipan mengatakan bahwa mereka lebih memilih menggunakan pengobatan komplementer dan alternative. Tetapi, hanya 8% yang membicarakan hal ini dengan dokter kebidanan.

Terapi farmakologis

Ada beberapa katagori obat, sebagai monoterapi atau kombinasi, untuk mengatasi mual dan muntah. Beberapa kategori obat, berdasarkan mekanisme kerja yang berbeda, mencakup vitamin, antihistamin, antikolinergik, antagonist dopamine, fenothiazine (yang mengantagonist reseptor dopamine di sistim saraf pusat), butyrophenones, antagonist serotonin dan kortikosteroid. Dari semua obat, kata dr. Damar, Metoklopramid dan Ondasentron adalah yang paling banyak digunakan pada wanita hamil.

Semua obat harus dievaluasi keamanan dan efikasinya, sebelum dianjurkan digunakan. Badan Obat dan Makanan Amerika Serikat, mengkategorikan obat-obatan berdasarkan bukti keamanan pada kehamilan. Hal ini dirangkum pada tabel 1. Karena vitamin B 6 sering digunakan tersendiri atau ditambahkan dengan terapi farmakologis lain, vitamin B6 ditinjau lebih dulu.

Tabel 2. Klasifikasi keamanan obat pada kehamilan

Obat, Produk, atau kelas obat Klasifikasi Keamanan pada kehamilan
Multivitamin A
Jahe Tidak diketahui
Piridoksin A
Doksilamin-piridoksin A
Antihistamin B
Fenothiazin C
Metoklopramid B
Ondansentron B
Kortikosteroid C

Terapi Hiperemesis Gravindarum, Dari Vitamin Hingga Kortikosteroid