Preeklampsia merupakan sindrom klinis pada masa kehamilan (setelah 20 minggu), ditandai dengan peningkatan tekanan darah (>140/90 mmHg) dan proteinuria (0,3 gram/hari) pada wanita yang sebelumnya tekanan darahnya normal.
Preeklampsia merupakan penyakit sistemik yang selain ditandai oleh hipertensi, juga disertai peningkatan resistensi pembuluh darah, disfungsi endotel difus, proteinuria, dan koagulopati. Pada 20% wanita preeklampsia berat, didapatkan sindrom HELLP (Hemolysis, Elevated Liver Enzyme, Low Platelet Count) yang ditandai dengan hemolisis, peningkatan enzim hepar, trombositopenia akibat kelainan hepar dan sistem koagulasi.
Preeklamsia yang lebih lanjut, eklampsia, merupakan jenis preeklampsia berat, ditandai dengan adanya kejang dan terjadi pada 3% dari seluruh kasus preeklampsia. Kerusakan otak pada eklampsia, disebabkan oleh edema serebri. Perubahan substansia alba yang terjadi, menyerupai ensefalopati hipertensi. Komplikasi serebrovaskuler, seperti stroke dan perdarahan serebri, merupakan penyebab kematian terbesar pada eklampsia.
Pada kehamilan preeklampsia, invasi arteri uterina ke dalam plasenta dangkal, aliran darah berkurang, menyebabkan iskemi plasenta pada awal trimester kedua. “Hal ini mencetuskan pelepasan faktor-faktor plasenta, yang menyebabkan terjadinya kelainan multisistem pada ibu,” ujar Prof. Dr. dr. Suhardjono, SpPD-KGH, KGer, FINASIM.
Pada wanita dengan penyakit mikrovaskuler, seperti hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit kolagen, didapatkan peningkatan insiden preeklampsia. Hal ini mungkin didahului gangguan perfusi plasenta. Tekanan darah pada preeklampsia sifatnya labil. Peningkatan tekanan darah disebabkan adanya peningkatan resistensi vaskuler.
Etiologi
Etiologi preeklampsia tidak diketahui pasti. Meski demikian, banyak hipotesis yang diajukan untuk mengetahui kondisi preeklamsia. Di antaranya faktor genetik, iskemi plasenta, difungsi endotel, dan gangguan imunologis.
Faktor genetik
Terdapat suatu kecenderungan, faktor keturunan berperan dalam patogenesis preeklamsia. Dilaporkan adanya peningkatan angka kejadian preeklampsia, pada wanita yang dilahirkan oleh ibu yang menderita preeklampsia.
Bukti yang mendukung peran faktor genetik pada kejadian preeklamsia, adalah peningkatan human leukocyte antigene (HLA) pada penderita preeklampsia. Beberapa penelitian melaporkan hubungan antara histokompatibilitas antigen HLA-DR4 dan proteinuri hipertensi. Diduga, ibu-ibu dengan HLA haplotipe A 23/29, B 44 dan DR7, memiliki risiko lebih tinggi untuk terjadi preeklampsi dan IUGR, dari pada wanita tanpa haplotipe.
Iskemik plasenta
Pada kehamilan normal, proliferasi trofoblas akan menginvasi desidua dan miometrium dalam 2 tahap. Pertama sel-sel trofoblas endovaskuler menginvasi arteri spiralis, yaitu dengan mengganti endotel, merusak jaringan elastis pada tunika media dan otot polos dinding arteri, serta mengganti dinding arteri dengan material fibrinoid. Proses ini selesai pada akhir trimester I. Dan pada masa ini, proses tersebut telah sampai pada deciduomyometrial junction.
Pada usia kehamilan 14-16 minggu, terjadi invasi tahap kedua dari sel trofoblas. Sel-sel trofoblas akan menginvasi arteri spiralis lebih dalam, hingga ke dalam miometrium. Selanjutnya terjadi proses seperti tahap pertama, yaitu penggantian endotel, perusakan jaringan muskulo-elastis, serta perubahan material fibrinoid dinding arteri. Akhir dari proses ini adalah pembuluh darah yang berdinding tipis, lemas dan berbentuk seperti kantong terjadi dilatasi secara pasif, menyesuaikan dengan peningkatan aliran darah pada kondisi kehamilan.
Di samping itu, terjadi lesi seperti arterosklerosis pada arteri spiralis yang dapat mengakibatkan lumen arteri bertambah kecil, bahkan mengalami obliterasi. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan aliran darah ke plasenta, yang selanjutnya berhubungan dengan luasnya daerah infark pada plasenta.
Disfungsi endotel
Saat ini salah satu teori tentang preeklampsia yang sedang berkambang adalah teori disfungsi endotel. Endotel menghasilkan zat-zat penting yang bersifat relaksasi pembuluh darah, seperti nitric oxide (NO) dan prostasiklin (PGE2).
Disfungsi endotel merupakan keadaan, di mana didapatkan adanya ketidakseimbangan antara faktor vasodilatasi dan vasokonstriksi. Prostasiklin merupakan prostaglandin yang dihasilkan di sel endotel, yang berasal dari asam arakidonat, di mana dalam pembuatannya dikatalisir oleh enzim siklooksigenase. Prostasiklin akan meningkatkan cAMP intraselular pada sel otot polos dan trombosit, memiliki efek vasodilator dan anti agregasi trombosit.
Tromboksan A2 dihasilkan oleh trombosit, berasal dari asam arakidonat dengan bantuan enzim siklooksigenase. Tromboksan memiliki efek vasikonstriktor dan agregasi trombosit. Prostasiklin dan tromboksan A2 mempunyai efek yang berlawanan, dalam mekanisme yang mengatur interaksi antara trombosit dan dinding pembuluh darah.
Pada kehamilan normal terjadi peningkatan prostasiklin oleh jaringan ibu, plasenta dan janin. Sedangkan pada preeklampsia, terjadi penurunan produksi prostasiklin dan peningkatan tromboksan A2, sehingga terjadi peningkatan rasio tromboksan A2 terhadap prostasiklin.
Pada preeklampsia, kerusakan sel endotel mengakibatkan menurunnya produksi prostasiklin. Itu karena endotel merupakan tempat pembentukan prostasiklin dan meningkatnya produksi tromboksan sebagai kompensasi tubuh terhadap kerusakan endotel. Preeklampsia berhubungan dengan adanya vasospasme dan aktivasi sistem koagulasi hemostasis. Perubahan aktivfitas tromboksan memegang peranan sentral pada proses ini dimana hal ini sangat berhubungan dengan ketidakseimbangan antara tromboksan dan prostasiklin.
Kerusakan endotel vaskuler pada preeklampsia menyebabkan penurunan produksi prostasiklin, peningkatan aktivasi agregasi trombosit dan fibrinolisis yang kemudian akan diganti trombin dan plasmin. Trombin akan mengkonsumsi antitrombin III sehingga terjadi deposit fibrin. Aktivasi trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan A2 dan serotonin sehingga akan terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.
Imunologis
Beberapa penelitian menyatakan kemungkinan maladaptasi imunologis sebagai patofisiologi dari preeklampsia. Pada penderita preeklampsia terjadi penurunan proporsi T-helper, dibandingkan dengan penderita yang normotensi yang dimulai sejak awal trimester dua. Antibodi yang melawan sel endotel ditemukan pada 50% wanita dengan preeklampsia, sedangkan pada kontrol hanya terdapat 15%.
Maladaptasi sistim imun dapat menyebabkan invasi yang dangkal dari arteri spiralis oleh sel sitotrofoblast endovaskuler dan disfungsi sel endotel yang dimediasi oleh peningkatan pelepasan sitokin (TNF α dan IL-1), enzim proteolitik dan radikal bebas oleh desidua.
Sitokin TNF α dan IL-1 berperan dalam stress oksidatif, yang berhubungan dengan preeklampsia. Di dalam mitokondria, TNF α akan mengubah sebagian aliran elektron untuk melepaskan radikal bebas – oksigen, yang selanjutnya membentuk lipid peroksida dimana hal ini dihambat oleh antioksidan.
Radikal bebas yang dilepaskan oleh sel desidua, menyebabkan kerusakan sel endotel. Radikal bebas-oksigen dapat menyebabkan pembentukan lipid perioksida, yang membuat radikal bebas lebih toksik dalam merusak sel endotel. Hal ini menyebabkan gangguan produksi nitrit oksida oleh endotel vaskuler, yang akan mempengaruhi keseimbangan prostasikin dan tromboksan dimana terjadi peningkatan produksi tromboksan A2 plasenta dan inhibisi produksi prostasiklin dari endotel vaskuler.
Akibat stress oksidatif akan meningkatkan produksi sel makrofag lipid laden, aktivasi dari faktor koagulasi mikrovaskuler (trombositopenia) serta peningkatan permeabilitas mikrovaskuler (oedem dan proteinuria).
Antioksidan merupakan kelompok besar zat yang ditujukan untuk mencegah terjadinya over produksi, dan kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas. Telah dikenal beberapa antioksidan yang poten terhadap efek buruk dari radikal bebas. Di antaranya vitamin E (α-tocopherol), vitamin C dan β-caroten. Zat antioksidan ini dapat digunakan untuk melawan kerusakan sel akibat pengaruh radikal bebas pada preeklampsia.