Ethicaldigest

Bersama Hadapi DM

Penderita diabetes perlu mengonsumsi makanan dengan kadar indeks glikemik (IG) rendah.  Perlu keterlibatan keluarga, teman dan tenaga medis.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 mencatat, 75% pasien diabetes tidak menyadari dirinya menderita diabetes. Dari 25% pasien yang sudah menyadari terkena diabetes, hanya 17% yang menjalani terapi. Kondisi ini menyebabkan banyak pasien diabetes mengalami komplikasi.

Riskesdas juga menyatakan, terjadi peningkatan penderita diabetes di Indonesia, dari 6,9% (tahun 2013) menjadi 8,5% (2018). Lebih 16 juta orang berisiko terkena komplikasi diabetes, seperti serangan jantung, stroke, kebutaan, gagal ginjal, impotensi,dan kematian. 

Anggapan bahwa diabetes sebagai penyakit turunan,tidak tepat. Menurut Dr. dr. Fiastuti Witjaksono, MS, MSc, SpGK(K), spesialis gizi klinik dari RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, “Diabetes tipe 2 sangat dipengaruhi lingkungan, yakni  gaya hidup.”

Sebagian besar berhubungan dengan obesitas dan obesitas sentral. Lemak menutupi sel , sehingga insulin tidak bisa masuk ke dalam sel. Diabetes terjadi akibat ketidakmampuan mengolah gula di dalam sel untuk menjadi energi.” Akibatnya, gula terus beredar di dalam darah,” terang dr. Fiastuti dalam acara Gerakan Lawan Diabetes Bersama Dia, di Jakarta, 13 November  lalu. Sekitar 90-95% penderita diabetes di dunia mengidap diabetes tipe2 (DM 2).

Pada penderita diabetes melitus tipe 1 (DM1), sistem kekebalan tubuh penderita menyerang dan menghancurkan sel-sel pankreas yang memroduksi insulin. Diabetes juga bisa terjadi pada ibu hamil (diabetes gestasional). Masih ada diabetes tipe lain, yang penyebabnya bukan faktor genetik, gaya hidup atau kehamilan; biasanya karena infeksi berat.

 “Pada diabetes gestasional terjadi resistensi insulin, karena plasenta menghasilkan hormon yang melawan insulin,” terang Dr. dr. Fatimah Eliana, SpPD, KEMD, FINASIM. Pasien diabetes rentan mengalami komplikasi, yang bersifat akut atau kronis. Komplikasi akut terjadi saat kadar gula darah berfluktuasi, berisiko mengakibatkan hipoglikemi dan hiperglikemi. Sedangkan komplikasi kronis, merupakan bentuk dari hiperglikemi yang berkelanjutan atau tak tertangani dengan baik.           

“Hipoglikemi harus segera ditangani karena berisiko menyebabkan kematian dengan cepat,” kata dr. Eli.

Pola makan  

Dalam tatalaksana diabetes, perubahan gaya hidup adalah terapi pertama. Pasien dianjurkan  mengonsumsi makanan dengan kadar indeks glikemik (IG) rendah, sehingga tidak terjadi lonjakan gula darah dan menahan rasa kenyang lebih lama.

Disarankan lebih sering makan dalam porsi kecil, untuk mencegah fluktuasi gula darah. Penderita diabetes harus makan teratur (seusai jadwal), yakni 3 kali makan besar dan 2-3 kali snack. “Penderita diabetes harus makan tiap 2-3 jam. Kalau tidak sarapan, risiko hipoglikemia naik. Makan terakhir bukan jam 18.00-19.00, tetapi sebelum tidur. Antara jam 21.00 – 22.00 malam. Pilih makanan yang tidak cepat menaikkan kadar gula darah, seperti camilan buah atau susu khusus diabetes, agar  risiko hipoglikemia sepanjang malam rendah,” urai dr. Fiastuti. 

Susu khusus diabetes diformulasikan khusus dengan nutrisi seimbang, untuk membantu memenuhi kebutuhan nutrisi penderita diabetes. Memiliki indeks glikemik rendah. Tersedia dalam berbagai format untuk melengkapi pola makan penderita DM, sebagai pengganti sarapan dan malam hari sebelum tidur.

Menurut Kiki Maria Sembiring, Group Business Unit Head of Special Needs Nutrition Kalbe Nutritionals, selaku produsen Diabetasol, susu khusus diabetes bisa dicampur ke dalam makanan, sebagai variasi jika penderita merasa bosan bila harus minum susu. “Untuk memberikan rasa kenyang lebih lama, harus dengan takaran yang pas, yakni 4 sendok takar,” terangnya.

Diabetasol sejak diluncurkan tahun 1996 menawarkan solusi nutrisi bagi penyandang diabetes, untuk membantu mengatur pola makan harian. Dalam peringatan Hari Diabetes Sedunia 2019, Diabetasol melakukan kampanye ‘Lawan Diabetes Bersama Dia’.

‘Bersama Dia’ mengandung makna mengajak semua pihak untuk berkontribusi melawan diabetes, mulai dari keluarga, teman dan tenaga medis. “Jika satu keluarga makan sehat dan olahraga bersama, penyandang diabetes terbantu untuk beradaptasi menjalani gaya hidup sehat. Mengelola diabetes membutuhkan perawatan harian dan pelajaran terus-menerus tanpa henti. Bisa terjadi bila ada dukungan keluarga,” tutur Kiki. (jie)