Ethicaldigest

Sitagliptin, Efeknya Sejak 1 jam Pertama dan Bertahan 24 jam

Nilai HbA1c sangat berhubungan dengan risiko komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler pada penderita diabetes. “Nilai HbA1c  yang tinggi meningkatkan risiko komplikasi. Sebaliknya, nilai HbA1c yang terlalu rendah berisiko menyebabkan hipoglikemia,” kata dr. Imam  Subekti, Sp.PD-KEMD, dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UNiversitas Indonesia.

Sekitar 38% penderita diabetes mellitus tipe 2 mengalami hipoglikemia simtomatis. Ini akan menyebabkan penurunan kualitas hidup, ketidakpuasan terhadap pengobatan dan menurunnya kepatuhan terhadap pengobatan. Kata dr. Imam, hipoglikemia menjadi penghalang bagi dokter untuk mentitrasi dosis insulin, yang akhirnya menghambat pencapaian kontrol glikemia yang optimal.

“Memberikan terapi secara individual adalah kunci tercapainya kontrol gula darah secara optimal, tanpa menyebabkan terjadinya hipoglikemia,” katanya. Konsensus tatalaksana diabetes menargetkan HbA1c <7%. Targetnya lebih ketat (6-6,5%) pada orang usia muda yang lebih sehat. Sedangkan pada orang berusia tua, dengan komorbiditas, berisiko hipoglikemi dan sebagainya targetnya 7,5-8%.

Dalam konsensus Perhimpunan Endokrinologi Indonesia tahun 2015, terapi obat lini pertama adalah metformin. Jika metformin dalam 3 bulan tidak bisa mencapai HbA1c kurang dari 6,5%, ditambahkan obat kedua. “Kita diberikan berbagai pilihan obat kedua, di antaranya adalah DPP-4 inhibitor,” kata dr. Imam.

DPP-4 inhibitor memiliki efikasi yang jelas, pada kadar gula darah puasa dan dua jam setelah makan. Dan golongan obat ini bersifat netral pada kemungkinan terjadinya hipoglikemia, penambahan berat badan, kejadian penyakit kardiovaskuler dan interaksi antara obat.

Sebuah penelitian, Single Dose OGTT Study, menyelediki efektivitas salah satu DPP-4 Inhibitor, sitagliptin dengan dosis 25 mg dan 200 mg. Terlihat bahwa penhambatan aktivitas DPP-4 sudah mulai terjadi, sejak jam pertama dan berlangsung selama 24 jam. Di sisi lain, obat ini menghibisi sel alfa, sehingga kadar glucagon turun.

Ada tiga penelitian sejauh ini, yang meneliti kombinasi antara metformin /sitagliptin dengan metformin sulfonylurea (Nauck 2007, Arechavaleta 2011 dan Odyssee 2014). Penelitian Nauck tahun 2007 menunjukkan, DPP IV sitagliptin dan metformin memiliki hasil yang setara deban sulfonylurea /metformin. Tapi, kombinasi sitagliptim /metformin tidak menyebabkan penambahan berat badan, dan memiliki risiko hipogliemik lebih rendah dibanding kombinasi metformin /sulfonilurea.

Arechavaleta dan kawan-kawan tahun 2011 memperlihatkan, pasien menggunaan kombinasi metformin /sitagliptin mengalami episode hipoglikemik > 1 lebih sedikit (7 pasien), dibanding kelompok yang menggunakan metformin /glimepiride (22 pasien). Episode hipoglikemia juga lebih rendah pada kelompok yang menggunakan kombinasi sitagliptin/ metformin, dibanding glimepiride /metformin.

Sedangkan perubahan berat badan kecil dan serupa, antara kelompok yang menggunakan sitagliptin /metformin dan glimepriide /metformin. Median durasi pengobatan kelompok metformin /sitagliptin (43,2 bulan), secara signifika lebih lama (P < 0.0001) dibanding kelompok metformin /sulfonilurea (20,2 bulan).

Sedangkan penelitiam Odyssee menunjukkan, variasi HbA1c lebih rendah dan lebih stabil pada pasien menmggunakan metformin/sitagliptin, dibanding pasien yang menggunakan metformin/ sulfonilurea.

Trial Evaluating Cardiovaskular Outcome with Sitagliptin (TECOS) adalah penelitian yang menilai keamanan kardiovaskuler jangka panjang dari penambahan sitagliptin pada regimen pengobatan biasa, dibanding monoterapi pengobatan yang biasa digunakan pasien. Penelitian ini dilakukan pada pasien diabetes tipe 2 dan berpenyakit kardiovaskuler.

“Yang menarik, HbA1c pada mereka yang menggunakan sitagliptin jauh lebih rendah daripada mereka yang tanpa sitagliptin,” kata dr. Marulam M Pangabean, Sp.PD-KKV. Pada orang yang menderita gagal jantung, tidak ada penambahan risiko gagal jantung pada yang mendapat sitagliptin, dibandingkan mereka yang menggunakan pengobatan biasa. Yang berbeda adalah penambahan obat-obatan anti hipoglikemik, dan insulin lebih banyak pada mereka yang mendapat pengobatan biasa.

Mengenai kompliksi non kardiovaskuler, seperti pankratitis akut, kanker pancreatitis dan hipoglikemia berat, lebih sedikit pada yang menggunakan stagliptin (60 pasien), disbanding yang menggunakan pengobatan lain (143 pasien)

Penyebab Gagal Ginjal: Antara Diabetes dan Hipertensi