Satu penelitian terbaru menunjukkan, minocycline (beberapa merek), antibiotik spektrum luas yang sering digunakan untuk mengobati jerawat, bisa menjadi obat tambahan yang berguna untuk memperbaiki fungsi global dan kualitas hidup orang dengan gangguan depresi berat (MDD).
“Penelitian ini memberi bukti awal, tentang manfaat minocycline sebagai terapi tambahan untuk depresi. Lebih lanjut, penelitian ini akan meningkatkan pemahaman kita mengenai biologi depresi dan pada gilirannya, mungkin, memberi target baru pengobatan,” kata Olivia M. Dean, PhD, Deakin University School of Medicine, Victoria, Australia. Penelitian ini dipublikasikan secara online di Australian and New Zealand Journal of Psychiatry.
Hipotesis peradangan
Saat ini, pengobatan konvensional untuk MDD memberi angka remisi rata-rata sebesar 30%. Perlu terapi tambahan untuk meningkatkan keberhasilan pengobatan standar, dengan memusatkan perhatian pada jalur yang biasanya tidak ditargetkan pengobatan konvensional.
“Hipotesis inflamasi” menjelaskan bahwa depresi, muncul akibat peningkatan aktivasi kekebalan tubuh. Pandangan ini didukung hasil pengamatan yang menunjukkan, depresi disertai peningkatan kadar sitokin pro-inflamasi.
Minocycline, antibiotik tetrasiklin, telah digunakan secara klinis untuk pengobatan jerawat jangka panjang. Terlepas dari efeknya pada mikroba, penelitian praklinis menunjukkan bahwa terapi ini dapat menghambat aktivasi mikroglial, yang mengakibatkan penurunan peradangan dan kadar sitokin inflamasi yang lebih rendah.
Semakin banyak bukti klinis mengenai manfaat potensial minocycline, dalam pengobatan gangguan kejiwaan. Di antaranya adalah laporan kasus, yang menunjukkan perbaikan signifikan gejala depresi dengan minocycline dan kekambuhan setelah pengobatan dihentikan.
Untuk menyelidiki potensi peran minocycline sebagai terapi tambahan untuk MDD, para peneliti melakukan penelitian acak terkontrol membandingkan minocycline 200 mg/hari dengan plasebo, dengan evaluasi follow up 4 tahun.
Partisipan harus memenuhi kriteria DSM-IV untuk depresi unipolar, memiliki skor Montgomery-Åsberg Depression Rating Scale (MADRS) >25 dan menjalani terapi antidepresan stabil setidaknya 2 minggu sebelum randomisasi.
Outcome primer adalah perbaikan skor MADRS. Pengukuran efikasi lain meliputi Clinical Global Impression–Improvement (CGII) dan Clinical Global Impression–Severity (CGI-S), Patient Global Impression (PGI), dan Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A).
Para peneliti mengukur kualitas hidup dengan kuisioner Quality of Life Enjoyment and Satisfaction, dan mengukur fungsi tubuh menggunakan Social and Occupational Functioning Scale.
Para peneliti secara acak memberi 71 partisipan minocycline (n = 36) atau plasebo (n = 35). Semua partisipan menyelesaikan setidaknya satu kunjungan post baseline. Total 57 pasien menyelesaian fase pengobatan 12 minggu, dan 55 pasien menyelesaikan follow up 3 minggu.
Perbaikan sangat signifikan
Tidak ada perbedaan pada baseline dalam penggunaan obat, antara pasien yang menerima minocycline dan yang menerima plasebo. Secara keseluruhan, partisipan memiliki gejala depresi sedang sampai berat, dengan skor MADRS baseline 31,7 (± 4,0) dan 31,0 (± 4,6) pada kelompok plasebo dan kelompok minocycline. Durasi rata-rata penyakit sejak diagnosis sekitar 14 tahun.
Sekitar 73% sampel memenuhi kriteria depresi melankolis, sekitar 42% memiliki gangguan kecemasan komorbid. Para peneliti tidak menemukan perbedaan yang signifikan di minggu ke 12m, antara kelompok minocycline dan plasebo dalam perubahan outcome primer—yaitu skor MADRS (ukuran efek 95% confidence interval [ES CI] = 0,46 [-7,1, 3.2]; P = .02 ). Meski demikian, ada perbedaan 4 poin antara kelompok pada endpoin pengobatan. Tidak ada perbedaan signifikan, pada minggu ke 16 pada MADRS (ES CI = 0,41 [-6,9, 3,5]).
Ada kecenderungan perbaikan gejala kecemasan, sebagaimana terlihat pada skor HAM-A setelah 12 minggu menggunakan minocycline (ES CI = -0,36 [6,7, 0,8]; P = 0,057) dan follow up 4 minggu, (ES CI = -0,15 [-6,4, 2,1]; P = 0,068.
Sebaliknya, para peneliti menemukan peningkatan signifikan (ES CI = 0,62 [-1,8, -0,3]; P = 0,022) selama fase pengobatan 12 minggu, pada CGI-I, yang bertahan pada periode follow up (ES CI = 0,33 [-1,5, 0,0]; P = .050). Peningkatan ini terlihat pada skala PGI pasien-rated selama periode 16 minggu, (ES CI = -0,14 [2,9, 3,8]; P = .017). Meski ada kecendrungan kuat, PGI tidak signifikan diakhir fase pengobatan 12 minggu.
Ada perbaikan “sangat signifikan” dalam fungsi dan kualitas hidup pada kelompok minocycline, dibandingkan pasien yang menerima plasebo. Kelompok minocycline menunjukkan perbaikan dari waktu ke waktu sampai minggu ke 12, dan perbaikan dipertahankan pada minggu ke 16.
Temuan serupa diperoleh pada Q-LES-Q, yang juga signifikan dari waktu ke waktu sampai minggu ke 12 dan minggu ke 16 (ES CI = -0,12 [0,0, 0,2], P = 0,0048; dan ES CI = -0,14 [0,0, 0,1 ], P = .0095 masing-masing). Tidak ada perbedaan signifikan dalam jumlah efek samping (P = .999).