Ethicaldigest

Aspirin Bisa Diandalkan Untuk Pasien Diabetes Dengan Gagal Jantung

Sebuah penelitian berskala besar terhadap pasien berusia lanjut dengan diabetes tipe 2 (DM2) dan gagal jantung (HF)  menemukan bahwa aspirin menurunkan angka kematian. Dalam penelitian ini terlihat bahwa obat ini untuk pencegahan primer memiliki angka kematian yang lebih rendah; terutama kematian karena berbagai sebab dengan atau tanpa rawat inap karena gagal jantung. Juga terlihat angka kejadian infark miokard atau stroke non fatal yang lebih rendah. Penelitian dilakukan selama 5 tahun. Yang mengejutkan, risiko perdarahan serupa pada kedua kelompok.

Ini merupakan penelitian observasional pada pasien yang berobat ke layanan primer di United Kingdom. Menurut penulis utama Charbel Abi Khalil, MD, Weill Cornell Medicine-Qatar, Doha, penelitian ini sudah dipresentasikan di sesi ilmiah American College of Cardiology 2018.

Tidak ada guideline yang jelas tentang penggunaan aspirin pada pasien dengan DM2 dan gagal jantung, tanpa riwayat stroke atau infark miokard sebelumnya. “Ini menjelaskan, mengapa dalam penelitian ini sebagian menggunakan obat ini dan sebagian lagi tidak,” kata Abi Khalil pada the heart.org.

“Kami terkejut melihat peningkatan paradoks serangan jantung dan stroke nonfatal, sejajar dengan penurunan angka kematian,” katanya. Dia mengingatkan, “Ini adalah studi retrospektif.” Terlalu dini untuk menarik rekomendasi pengobatan dari temuan ini. Dia mengakui bahwa tidak ada rekomendasi guideline khusus untuk pencegahan primer dengan aspirin, pada pasien-pasien tersebut. Peneltian retrospektif ini memiliki keterbatasan. 

Untuk menyelidiki dampak obat ini pada pencegahan primer pada pasien dengan DM 2 dan gagal jantung, Abi Khalil dan kawan-kawan mengidentifikasi 12.534 pasien pada database pasien Health Improvement Network (THIN) yang datang ke layanan primer di United Kingdom. Pasien berusia 55 tahun atau lebih tanpa inrak miokard, stroke, arteri periferal atau fibrilasi atrial sebelumnya.

Lebih 50% (6567 pasien) menggunakan obat lain, lainnya menggunakan aspirin; sebagian besar dosis rendah (75 mg/hari). Hanya 137 pasien menggunakan obat ini dengan dosis lebih tinggi (≥100 mg/hari).  Selama rerata follow up 5,2 tahun sampai 16,7 tahun, outcome primer—gabungan mortalitas karena berbagai sebab dengan atau tanpa rawat inap karena gagal jantung—10% lebih kecil pada pasien yang menggunakan aspirin (hazard ratio, 0,89; 95% CI, 0,84 – 0,94), setelah penyesuaian berbagai variabel.

Meski demikian, pasien yang menggunakan aspirin mengalami peningkatan 50% risiko infark miokard dan stroke non fatal, tapi tanpa perbedaan signifikan risiko perdarahan mayor.