Ethicaldigest

Peran Insulin Basal dalam Tatalaksana Diabetes Terkini

Diabetes merupakan masalah kesehatan serius, yang angka kejadiannya terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Data International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan, tahun 2000 ada 151 juta penderita diabetes di seluruh dunia. Tahun 2013, angkanya meningkat menjadi 382 juta. Diperkirakan, angka kejadiannya akan meningkat menjadi 592 juta pada tahun 2035.

Indonesia termasuk negara dengan populasi penderita diabetes terbesar di dunia. Di tahun 2013, data IDF menempatkan Indonesia di urutan ketujuh sebagai Negara dengan populasi diabetes terbesar di dunia. Dan tahun 2014, peringkat Indonesia naik menjadi urutan kelima sebagai Negara dengan populasi penderita diabetes terbanyak. 

Meski dampak dari hiperglikemia kronis sangat serius, “Masih sedikit penderita diabetes yang bisa mencapai target HbA1C,” ujar Prof. dr. Achmad Rudijanto, Sp.PD-KEMD, Ketua Perhimpunan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), pada Insulin Summit 2016, yang berlangsung di Hotel Ambarukmo, Yogyakarta. 

Penelitian DiabCare tahun 2008 memperlihatkan bahwa rata-rata HbA1C di Asia Tenggara, masih jauh dari target yang ditetapkan American Diabetes Association. Di sisi lain, DIABCARE 2008 memperlihatkan bahwa seiring perjalanan waktu, terjadi penurunan fungsi sel beta. Pengobatan hanya bisa menurunkan HbA1c dalam kurun waktu 1-5 tahun, setelahnya secara progresif HbA1c meningkat.

Pentingnya Inisiasi Insulin dini

Menurut Prof. Dr. dr. Sidartawan Sugondho, Sp.PD-KEMD, kontrol gula darah akan mengalami kemunduran bersamaan dengan waktu, meski telah diberi obat-obatan oral antidiabetes. “Perjalanan penyakit yang progresif dan penurunan fungsi sel beta, memerlukan optimalisasi pengobatan secara konstan dan intensifikasi pengobatan,” kata Prof. Sidartawan. “Karenanya, penambahan terapi insulin menjadi penting untuk mempertahankan kontrol gula darah jangka panjang.” 

“Sebagai klinisi, kita punya banyak pilihan terapi yang tepat untuk pasien. Memulai terapi insulin basal adalah cara yang mudah untuk mencapai kadar glua darah puasa yang optimal,” kata Prof. Sidartawan. Penelitian Nathan D dan kawan-kawan menunjukkan bahwa insulin tetap merupakan terapi penurun gula darah yang paling efektif, dibanding terapi penuruan gula darah lainnya.

Guideline American Diabetes Association tahun 2015, merekomendasikan pemberian  insulin basal pada penderita diabetes yang tidak mencapai target penurunan HbA1c setelah 3 bulan menggunakan monoterapi metformin. Sedangkan dalam konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tahun 2015, insulin basal langsung diberikan dalam kombinasi dua obat, ketika pasien datang dengan HbA1c diatas 7,5%.

Insulin basal diberikan malam sebelum tidur, atau pagi hari, dengan dosis awal 10 unit/hari atau 0,1-0,2 unit/kg berat badan, titrasi dosis 2-4 unit atau 10-15%. Dosis disesuaikan 1-2 kali seminggu, sampai sasaran gula darah puasa tercapai. Jika terjadi hipoglikemia atau gula darah puasa kurang dari 70mg/dl, cari dan atasi penyebabnya dan turunkan dosis 4 unit (atau 10-20%). Target gula darah puasa 80-130 mg/dl.

Levemir (salah satu insulin basal yang dipasarkan di Indonesia), memiliki alogaritma 3-0-3 untuk memudahkan titrasi dosis. Untuk tahap awal, insulin levemir digunakan dengan dosis 10 U atau 0,1-0,2 U per Kg berat badan. Jika gula darah puasa >110 mg/dL, dosis ditingkatkan 3 unit. Dan, jika gula darah puasa antara 80-110 mg/dL, dosis dipertahankan atau 0.  Namun, jika gula darah puasa <80mg/dL, dosis diturunkan sebanyak 3 Unit.

Beda Levemir & Glargine

Dr. Radhakrisna Sothiratnam dari Columbia Asia Hospital, Malaysia, mengatakan pada dasarnya insulin glargine dan detemir memiliki masa kerja yang sama, yaitu selama 24 jam. Namun, ada beberapa kelebihan dari insulin detemir dibandingkan insulin glargin. Menurut dr. Radhakrisna, kerja insulin detemir lebih bisa diprediksi, mengontrol gula darah lebih baik, risiko hipoglikemia lebih rendah dan tidak menyebabkan penambahan berat badan.

Kelebihan lain dari insulin detemir adalah, insulin ini sudah disetujui penggunaanya pada wanita hamil dan anak-anak berusia di atas 2 tahun. Sedangkan insulin glargine belum disetujui penggunaannya pada wanita hamil dan anak-anak. Disamping itu, insulin detemir aman digunaan pada penderita diabetes dengan gangguan fungsi hati dan ginjal, dapat digunakan pada pasien yang menggunaan insulin pump, aman pada pasien geriatri dan pasien rawat inap. 

Intensifikasi dengan insulin bolus

Prof. DR. dr. Karel Pandelaki, Sp.PD-KEMD, dari FK Universitas Sam Ratulangi, Manado, menjelaskan untuk intensifikasi insulin ada beberapa pilihan: insulin basal plus atau basal bolus dan insulin premix. “Masing-masing insulin ini memiliki karakteristik yang berbeda-beda,” ucap Prof. Karel.

Insulin basal digunakan untuk menurunkan gula darah puasa. Keuntungannya insulin ini hanya perlu 1-2 kali suntik. Tapi, terkadang pasien memerlukan insulin prandial untuk mencapai target HbA1c. Itu karena insulin prandial memiliki kerja cepat, sehingga sangat baik untuk memperbaiki gula darah setelah makan. Kekurangannya, insulin ini memerlukan banyak suntikan dan memerlukan insulin basal untuk memperbaiki gula darah puasa.

Insulin premix dapat memperbaiki gula darah puasa dan prandial. Lebih sedikit suntikan dari prandial. Kekurangannya, dosis masing-masing jenis insulin tidak bisa disesuaikan dengan  kebutuhan pasien.

Dalam intensifikasi terapi insulin, ada beberapa faktor yang dipertimbangkan saat memilih insulin yang tepat bagi pasien. Pertimbangannya antara lain, apakah pasien merasa nyaman dengan lebih banyak suntikan atau tidak. Jika merasa nyaman, pilihannya adalah insulin basal bolus. Kalau lebih senang dengan lebih sedikit suntikan, pilihannya adalah premix.

Pertimbangan lain, apakah pasien merasa nyaman dengan monitoring yang lebih sering atau tidak. Jika pasien merasa nyaman, maka pilihannya adalah basal bolus. Jika tidak, pilihannya adalah insulin premix. Dan jika kemampuan pasien utuk menyuntik insulin baik, berikan basal bolus. Tapi kalau buruk, berikan premix.

Salah satu cara untuk mengintensifkan terapi insulin, adalah dengan menggunakan biphasic insulin aspart (BIAsp 30). Mengganti insulin basal dengan Insulin BIAsp 30 dilakukan ketika  pemakaian insulin basal satu kali sehari atau dua kali sehari, tidak bisa mencapai target HbA1. Jika HbA1c masih >8%, bisa langsung diganti dengan BIAsp 30 dua kali sehari. Tapi jika HbA1c diantara 7-8%, periksa gula darah puasa. Jika gula darah puasa diantara 73-110, ganti dengan BIAsp 30.

Penelitian PRESENT dan IMPROVE memperlihatkan, pengunaan BIAsp 30 pada pasien diabetes tipe 2 dapat memperbaiki HbA1c, gula darah puasa dan setelah makan secara signifikan. Yang menarik, episode hipoglikemia menurun pada pasien- pasien yang sebelumnya menggunakan insulin lain, terlepas dari durasi diabetes.

Intensifikasi dengan insulin bolus

Intensifikasi dengan insulin basal bolus merupakan terapi ideal, karena sesuai dengan insulin fisiologis yang dihasilkan tubuh. Ada dua cara pemberian insulin basal bolus, sebagai terapi intensifikasi insulin, yaitu dengan pemberian secara langsung tiga dosis bolus atau penambahan secara bertahap dosis bolus.

Kombinasi GLP-1 dan Insulin Degludec Dalam Tatalaksana Diabetes K