Ethicaldigest

Buka Sumbatan Pembuluh Darah dengan Terapi Reperfusi

Terapi reperfusi segera diindikasikan untuk semua pasien, dengan gejala yang timbul dalam 12 jam dengan elevasi segmen ST yang menetap atau Left Bundle Branch Block yang baru. Terapi reperfusi diindikasikan bila ada iskemia.

Yang pertama kali yang harus dilakukan seorang professional medis dalam manajemen infark miokard akut, adalah mendiagnosis pasien secara tepat dan cepat. Secara umum kita ketahui bersama bahwa terapi awal untuk kasus infark miokard akut, adalah dengan mengembalikan perfusi secepat mungkin untuk menyelamatkan kerusakan miokardium. Hal ini bisa dilakukan dengan terapi mekanik seperti dengan melakukan intervensi koroner perkutan (PCI), bahkan operasi coronary artery bypass graft (CABG) dan terapi farmakologis.

Infark miokard dengan elevasi ST(ST Elevation Myocardial Infarct), merupakan bagian dari spektrum sindrom koroner akut (SKA). Kondisi ini terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak, karena sumbatan trombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya. Trombus arteri koroner terjadi dengan cepat di bagian vaskuler yang mengalami injuri. Injuri dicetuskan oleh faktor-faktor seperti merokok, hipertensi dan akumulasi lipid.

Menurut Dr. dr. Basuni Radi, Sp.JP(K), terapi reperfusi segera, baik dengan PCI atau obat, diindikasikan untuk semua pasien STEMI dengan gejala yang timbul dalam 12 jam. Terapi reperfusi (sebisa mungkin berupa PCI primer), diindikasikan apabila terdapat bukti klinis maupun EKG adanya iskemia. Bahkan bila gejala telah ada lebih dari 12 jam atau jika nyeri dan perubahan EKG tampak tersendat.

Terapi reperfusi dilakukan jika ada fasilitas reperfusi di rumah sakit terdekat. Jika tidak ada, berikan terapi fibrinolitik. “Bila ada, pastikan waktu tempuh dari tempat kejadian (baik rumah sakit atau klinik) ke rumah sakit tersebut apakah kurang atau lebih dari (2 jam). Jika lama tempuh antara tempat kejadian lebih dari 2 jam, pilihan terapi adalah fibrinolitik,” jelasnya. Setelah fibrinolitik selesai diberikan, jika mungkin pasien dikirim ke pusat dengan fasilitas PCI.

Intervensi koroner perkutan primer

PCI primer adalah terapi reperfusi yang lebih disarankan dibandingkan dengan fibrinolisis, apabila dilakukan oleh tim yang berpengalaman dalam 120 menit dari waktu kontak medis pertama. PCI primer diindikasikan untuk pasien dengan gagal jantung akut berat atau syok kardiogenik, kecuali bila diperkirakan pemberian PCI akan tertunda lama, dan bila pasien datang dengan awitan gejala yang telah lama.

Stenting lebih disarankan dibandingkan angioplasti balon untuk PCI primer. Tidak disarankan melakukan PCI secara rutin pada arteri yang tersumbat lebih dari 24 jam, baik yang telah maupun belum diberi fibrinolisis. Bila pasien tidak memiliki indikasi kontra terhadap terapi antiplatelet dual (dual antiplatelet therapy-DAPT), dan kemungkinan dapat patuh terhadap pengobatan, drug-eluting stents (DES) lebih disarankan daripada bare metal stents (BMS).

Farmakoterapi periprosedural

Pasien yang akan menjalani PCI primer, sebaiknya mendapat terapi antiplatelet ganda (DAPT) berupa aspirin dan penghambat reseptor ADP sesegera mungkin sebelum angiografi (Kelas I-A), disertai  antikoagulan intravena (Kelas I-C). Aspirin dapat dikonsumsi secara oral (160- 320 mg). Pilihan penghambat reseptor ADP yang dapat digunakan, antara lain:

  1. Ticagrelor (dosis loading 180 mg. Kemudian, diberikan dosis pemeliharaan 90 mg 2x sehari) (Kelas I-B).
  2. Atau clopidogrel (dosis loading lebih tinggi, yaitu 600 mg, diikuti 150 mg per hari), bila ticagrelor tidak ada atau kontraindikasi (Kelas I-C).

Antikoagulan intravena harus digunakan dalam PCI primer. Pilihannya yang dapat digunakan antara lain:

  • Heparin yang tidak terfraksi (dengan atau tanpa penghambat reseptor GP Iib/IIIa rutin), harus digunakan pada pasien yang tidak mendapat bivarlirudin atau enoksaparin (Kelas I-C).
  • Enoksaparin (dengan atau tanpa penghambat reseptor GP Iib/IIIa) dapat dipilih, dibanding heparin yang tidak terfraksi (Kelas IIb-B).
  • Fondaparinuks tidak disarankan untuk PCI primer (Kelas III-B).
  • Pada pasien yang direncanakan untuk PCI primer  tidak disarankan memberikan terapi fibrinolisis (Kelas III-A).

Tidak ada PCI, Terapi Fibrinolitik pun Jadi